Bulu mata lentik Allara bergerak. Iris abu-abunya menatap ke langit-langit kamar yang terasa asing baginya.
"Di mana ini?" Allara melihat ke sekitarnya. Bukan kamarnya, bukan juga kamar Ivy. Allara segera bangkit. Ia memeriksa pakaiannya kemudian bernapas lega karena ia masih menggunakan pakaian lengkap.
Allara mencoba mengingat-ingat kejadian semalam. Terakhir ia merasa seperti gempa bumi lalu ia tidak ingat apa-apa lagi.
Pintu kamar mandi yang terbuka membuat Allara terlonjak kaget. Lebih kaget lagi ketika melihat Sky keluar dengan handuk yang melilit di pinggangnya. Allara memerah seketika ketika melihat Sky bertelanjang dada. Sungguh pemandangan yang luar biasa.
"Ah, kau sudah bangun. Pintu keluar ada di bawah. Kau pergilah." Sky tidak peduli dengan sorot mata Allara yang seperti wanita haus belaian, ia mengusir Allara pergi dari kediamannya tanpa basa-basi lalu kemudian melangkah menuju ke walk in closet.
"Aku rasa kau memiliki masalah dengan pendengaranmu, Nona Allara." Sky bicara sembari meraih kaos lengan panjang berwarna abu-abu.
"Anda memiliki tubuh yang bagus, Mr. Axellio." Allara masih tidak mau turun dari ranjang Sky. Ia malah mengamati Sky. Sangat tahu diri sekali.
"Aku tidak meminta kau menilai tubuhku. Keluar dari rumahku sekarang juga." Sky menatap Allara tajam.
"Rumahku?" Allara mengerutkan keningnya. "Apa!! Jadi ini rumah Anda." Seketika Allara heboh sendiri. Ia segera turun dari ranjang dan mendekat ke Sky tanpa rasa risih. "Kenapa Anda membawaku ke rumah Anda?"
Sky memutar bola matanya malas. "Aku sudah berkali-kali bertanya di mana rumahmu dan kau tidak menjawab. Kau mabuk dan hampir diserang oleh pria hidung belang."
Allara mencoba kembali mengingat. Samar-samar ia ingat kejadian semalam. Bukannya lega, ia malah mendesah kecewa.
Sky merasa heran. Apakah Allara tidak bersyukur ia selamatkan. Jadi, gadis ini lebih suka dilecehkan?
"Harusnya Anda mengambil kesempatan ini, Mr. Axellio."
Sky tidak mengerti maksud ucapan Allara. Kesempatan? Kesempatan apa?
"Saya kecewa karena bangun dengan pakaian lengkap seperti ini." Allara melihat ke pakaiannya yang lengkap.
Sky nyaris menjatuhkan jam tangan yang ia pilih untuk kenakan hari ini karena kata-kata Allara. Bagaimana bisa ada gadis sejujur Allara. Benar-benar minta dilecehkan.
"Aku tidak tertarik pada bocah ingusan," jawab Sky tanpa perasaan.
"Tapi saya suka Anda."
"Dan aku tidak memiliki kewajiban untuk membalas rasa sukamu. Enyah dari hadapanku!" Sky menolak Allara mentah-mentah.
Allara tidak sakit hati. Sebaliknya ia menatap Sky lekat. "Saya baru sedikit berusaha. Mungkin setelah saya cukup berusaha keras Anda akan membalas perasaan saya."
"Perlu aku beritahu. Aku tidak menyukaimu. Tidak akan pernah," tegas Sky. Tatapan matanya menyiratkan seberapa ia serius saat ini.
Allara tersenyum manis. "Bukan tidak, tapi belum." Koreksinya.
Sky yakin Allara tidak mengerti penolakan, atau mungkin tidak mengerti bahasa manusia. Entah itu di bidang akademis, atau kehidupan pribadi, Allara sama-sama susah menangkap ucapan orang lain. Hanya Allara dan alien yang bisa saling memahami.
Sky melewati Allara, ia membawa pakaiannya hendak menuju ke kamar mandi.
"Kau mau ke mana, hah?!" Sky berhenti melangkah tepat di depan pintu kamar mandi.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cold Boyfriend
RomantizmAllara Quinn, gadis ceria yang duduk di bangku kelas 2 sekolah menengah atas di Kota S. Sky Axellio, pria berumur 25 tahun yang menjadi guru Matematika pengganti di sekolah Allara. Allara menyukai Sky yang tidak lain adalah gurunya sendiri. Dengan...