Part 1 - Cantik yang sia-sia.

5.2K 500 31
                                    

Allara menghembuskan napas untuk yang kesekian kalinya karena hari ini aktivitas bersekolahnya telah dimulai kembali. Tidak, Allara bukannya benci sekolah, hanya saja ia suka libur. Libur yang sangat panjang.

Bus yang Allara tumpangi berhenti di pemberhentian tidak jauh dari sekolah Allara, harusnya Allara turun di sini, tapi sampai bus kembali berjalan, Allara masih sibuk menghela napas.

Menerima nasib kembali masuk sekolah, Allara tersadar dari lamunannya tentang alangkah baiknya jika libur di perpanjang. Seketika wajahnya menjadi panik.

"Astaga, Paman, hentikan busnya." Allara berteriak pada supir. Akan tetapi, sudah menjadi aturan bus hanya bisa berhenti di pemberhentian selanjutnya.

Allara mengutuk dirinya sendiri. Ia melihat jam tangannya dan wajahnya semakin panik. Sebentar lagi jam masuk sekolah.

"Kau benar-benar pintar, Allara. Hari pertama kembali ke sekolah dan kau terlambat." Allara duduk gelisah menunggu pemberhentian selanjutnya.

Bus berhenti, ia segera turun dan berlari. Alangkah bagusnya jika kakinya bisa berlari lebih cepat. "Berhenti berkhayal, Allara!" Allara memarahi dirinya sendiri. Satu kelebihan Allara, ia suka berkhayal. Dan khayalannya terkadang sangat luar biasa. Ia bisa menjadi penulis novel fantasi hebat jika bakatnya itu disalurkan dengan benar.

"Allara!" Suara panggilan menghentikan Allara. Ia menoleh ke sisi jalanan dan melihat seorang gadis dengan tunggangan motor berhenti di dekatnya. Allara melihat bundaran putih dan sayap muncul di kepala dan punggung gadis yang ia lihat.

"Ivy, kau penyelamatku." Allara segera naik ke atas motor milik temannya.

Ivy adalah sahabat Allara, mereka sudah berteman sejak mereka menginjakan kaki di sekolah menengah pertama.

"Kenapa kau turun di pemberhentian di sana?" tanya Ivy.

"Entahlah, aku sendiri tidak tahu. Aku memikirkan tentang libur yang harusnya di perpanjang, dan ketika aku berhenti berpikir tentang itu, aku melihat ke sekeliling dan bus sudah melewati sekolahan kita." Allara menjawab seadanya.

Ivy memasang wajah datar. Sahabatnya tidak pernah berubah sama sekali. Menurut Ivy ini masih cukup baik karena Allara hanya melewatkan satu pemberhentian bus, beberapa waktu lalu Allara pernah melakukan hal yang sama dan melewatkan tiga pemberhentian bus karena memikirkan tentang akhir sebuah film di bioskop yang tidak sesuai dengan perkiraannya.

Allara memang seperti itu. Tipe yang suka memikirkan hal-hal yang harusnya tidak ia pikirkan terlalu panjang dan berakhir menjadi rumit.

"Kau harus berhenti memikirkan sesuatu ketika berada di dalam bus, Allara. Atau sopir bus akan membawamu memutari kota," seru Ivy dengan nada mengingatkan.

"Sepertinya kau benar, Ivy. Aku harus melakukan itu." Allara menjawab setelah memikirkan kata-kata Ivy beberapa saat.

Ivy hanya berdoa semoga saja kali ini Allara benar-benar melakukannya, karena sepanjang ia mengenal Allara, temannya itu selalu mengatakan hal yang sama dan berakhir dengan mengulanginya lagi dan lagi.

Motor Ivy telah sampai di parkiran sekolah. Allara turun dari kendaraan milik temannya dan tersenyum ceria. Syukurlah ia tidak terlambat. Akan sangat menyebalkan jika ia terlambat dan mendapatkan hukuman. Ia harus berterima kasih pada Ivy karena telah menyelamatkannya di hari pertama kembali sekolah.

"Ivy, terima kasih karena telah menyelamatkanku." Allara menatap Ivy serius.

Ivy menanggapi ucapan Allara dengan wajah acuh tak acuh. "Sama-sama, Allara. Mungkin di kehidupan yang lalu aku telah berbuat kesalahan padamu hingga akhirnya di kehidupan ini aku menjadi malaikat penyelamatmu."

My Cold BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang