Perasaan Aneh

18 6 0
                                    

Baru saja Rafa memasuki ruang osis pribadinya ia jadi teringat satu hal, ya benar tadi pak Renal memberi amanah untuk Rafa. Amanah tentang ia harus mengajak Cassalen jalan-jalan memperkenalkan semua yang ada di penjuru sekolah.

"Aduh mampus gue, kok bisa lupa sih." ucapnya dalam hati, kemudian beranjak dari ruang osis itu padahal niatnya kesini untuk mengecek proposal yang di ajukan Dita -- sekertaris Rafa.

Di perjalanan menuju kelas ia berpapasan dengan Dita, ia acuh tak acuh toh kalian tahu ia es berjalan. Dita berhenti tepat di hadapannya membuat Rafa mau tak mau berhenti lalu menaikan satu alisnya, tau akan hal itu Dita langsung mengucapkan apa yang sejak tadi ia tunda untuk di ucapkan kepada Rafa.

"Gue nyari lo daritadi, proposal yang gue ajuin udah lo baca kan? Gue sama anak-anak butuh persetujuan lo hari ini juga." ucap Dita

"Nanti pulang sekolah kumpulin anak osis yang lain, kita rapat." ucap Rafa kemudian melanjutkan langkahnya tanpa menengok sedetikpun kepada Dara.

Dara mendengus, ketua osis tapi seenaknya kalo bukan dia yang menjabat jadi osis mana mungkin dia diam saja jika di campakan begini, Rafa sialan.

"Lo ganteng Raf, tapi sayang sifat dingin lo itu yang bikin semua cewek yang mau deketin lo mikir seribu kali." ucap Dita dalam hati, melihat Rafa sudah menghilang di ujung koridor membuat ia melanjutkan langkahnya menuju ruang osis.

Setelah melewati beberapa koridor lalu menaiki beberapa tangga akhirnya Rafa sampai di kelasnya, ruang osis memang berada di bawah. Berada di kawasan anak X jadi jika ingin kekelas ia harus melewati beberapa koridor dan menaiki anak tangga yang lumayan menguras tenaga.

Di kelasnya memang tidak ada guru mengajar jadi ia tak perlu izin jika ingin masuk kelas, seperti biasa di kelasnya tidak gaduh seperti kelas lainnya. Terdengar mustahil tapi memang ini nyatanya, kelas terfavorit di sekolahnya.

Baju saja Rafa membuka pintu tatapan semua penjuru kelas langsung menatap kearahnya, sedetik kemudian mereka melanjutkan aktivitas masing-masing. Niatnya ke kelas untuk menemui Livia dan minta maaf kepada Livia karna hal itu sampai tak terlintas di benaknya.

Ketika melihat Luna tengah terlelap, wajahnya yang damai itu membuat menarik perhatiannya untuk berlama-lama menatap wajah itu, memang tidak ditutupi apa-apa sehingga Rafa bisa menikmatinya kapan saja.

"Lo lucu juga ya kalo lagi tidur, gaada galak galaknya." ucapnya dalam hati kemudian ia duduk disebelah Luna, ia terus menerus memandangi wajah Luna sampai-sampai ia tidak sadar jika sedari tadi Gara memperhatikannya.

Gara melihat Rafa tengah memandangi Luna ia tidak langsung menegurnya melainkan ia memperhatikan Rafa terlebih dahulu, bagaimana tidak Rafa terlihat terang-terangan sedang memandangi wajah Luna yang tengah terlelap dan ini adalah hal yang langka.

Gara memanfaatkan situasi seperti ini, ia mengeluarkan handphone membuka aplikasi kamera kemudian mengabadikan pemandangan di depan. Ia tersenyum senang melihat kemajuan terhadap sahabatnya, karna yang ia lihat Rafa lebih cenderung terang-terangan menolak mentah-mentah cewek yang menyukainya.

Tak heran jika Gara kali ini senangnya bukan main melihat kemajuan dari Rafa sahabatnya, sahabat kecilnya kini sedang jatuh cinta. Ya meskipun Gara tidak yakin jika Rafa mempunyai rasa kepada Luna, tapi dari yang dia lihat dia yakin 100% jika Rafa tengah menyukai Luna.

Rafa teringat satu hal, niatnya kekelas untuk meminta maaf kepada Livia. Sampai lupa gara-gara memperhatikan wajah gadis pemarah ini, apakah tadi tidak ada yang melihatnya saat dirinya menatapi wajah Luna? Bagaimana jika salah seorang teman dikelasnya memperhatikannya lalu memberi tahu hal ini kepada Luna? Bisa besar kepala dia nanti.

Ah sudahlah, toh ia juga pria wajar saja jika menyukai wanita. Hanya sebatas menyukai, bukan mencintai. Bisa-bisa dimutilasi Rafa jika berpacaran dengan Luna masih jadi teman saja dia sudah berani memukul badan, ahhh mungkin Rafa sengsara nanti bukan bahagia.

Melihat Luna yang mulai sadar dari tidurnya membuat Rafa otomatis kembali kepada mode es andalannya haha, ia melihat sekitar. Tidak ada Livia didalam kelas, kemana dia? Ah mungkin dia sedang ke toilet ucapnya dalam hati.

Lain halnya dengan Livia ia terlihat kebingungan mencari toilet pelajar wanita, bagaimana tidak disini ada dua pintu yang tidak ada keterangan antara toilet wanita dan pria.

Livia bingung sambil memegangi perutnya yang terasa sakit, akhir-akhir ini Livia sering masuk angin dan Livia yakin ini gara-gara semalam ia lupa tutup jendela kamarnya.

Huft menyebalkan, gimana dong ini aku ga tahan banget mana gaada murid yang keluar diantara dua pintu ini ucap Livia dalam hati sambil memegangi perutnya yang terasa sakit sekali akibat ditahan.

"Eh lo kok diem disitu sih? Mau ke toilet tinggal masuk aja kali." ucap Rio kemudian melewati Livia lalu membukakan pintu toilet sebelah kanan.

"Masuk. Gue tau lo nahan boker kan? Sana ke air tar boker di celana tau rasa lo, cantik-cantik boker di celana kan galucu." ucapnya sesekali menatap wajah gadis manis di hadapannya ini.

Tanpa pikir panjang Livia langsung masuk tak memikirkan Rio yang mengerutukinya tidak tahu terima kasih, untuk cantik coba aja kalo ga cantik mungkin udah gue lelepin ke kolam belakang ucapnya sambil menutup pintu.

Akhirnya setelah beberapa menit Livia di dalam toilet ia membuka pintu toilet dengan perasaan lega, meskipun pusing di kepalanya melanda tanpa ampun. Livia sempat memegangi kepalanya sebelum ia melanjutkan langkahnya ke pintu utama toilet, mungkin karna masih jam pelajaran toilet wanita terlihat sangat sepi tanpa ada seorang pun didalamnya selain dirinya.

Koridor sangat sepi ya karna masih jam pelajaran , hanya ada beberapa murid itu juga tidak terlalu banyak. Pusing dikepalanya sangat terasa saat Livia akan membukakan pintu kelasnya, sebisa mungkin Livia menahannya.

Setidaknya sampai Livia duduk tepat di bangkunya, namun sialnya saat tangannya tepat memegang gagang pintu keseimbangan tubuh Livia tidak terkendali mengakibatkan Livia ambruk di tempat.

Saat mendengar suara seseorang jatuh diluar semua murid dikelas langsung melihat ke sumber suara, berbeda dengan Gara ia langsung bangun dari tempat duduknya berjalan gontai kedepan pintu dengan perasaan aneh yang menggebu gebu.







Gimana? Suka ga sama ceritanya? Aku harap kalian suka ya, maaf up aku kali ini pendek banget. Jangan lupa share, vote ya temen-temen :)

GARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang