{ Sekarang }
Suasana hari ini lebih menyeramkan dibanding death glare dari Jessica, untuk itu dua maknae berinisiatif meninggalkan Apartemen Yuri, mengikuti kepergian Jessica 30 menit yang lalu.
Disini, di ruang apartemen Yuri hanya ada dirinya dan sang kekasih yang masih saja bungkam satu sama lain. Yuri sibuk mengganti chanel Televisi yang sebenarnya tidak ada satu program pun yang minat ia tonton. Sedang gadis pemilik Eyesmile, sibuk dengan ponselnya, entah apa yang ia cari disana. Ia asyik sendiri dengan kegiatannya itu meski tidak untuk hatinya.
"Aku lupa. Kau ingin minum?"
"Tidak perlu, aku bisa ambil sendiri jika ingin."
Mereka kembali diam ketika Yuri hanya mengangguk, ia terlihat bodoh kali ini. Untuk apa basa-basi dengan sang kekasih, ini justru terkesan mereka bagai orang asing.
"Tidak ada jadwal kah hari ini?" Kembali ia melontarkan kalimat yang terdengar basa-basi untuk kedua kalinya.
"Satu jam lagi dari sekarang." Jawaban singkat keluar dari mulut sang kekasih yang masih belum melepaskan ponsel dari tangannya.
Yuri menelan ludah, membasahi tenggorokan nya yang seketika kering kerontang dengan suasana di apartemennya sendiri.
"Terimakasih sudah kemari untuk menjengukku." Yuri ragu mengatakan hal ini namun apa boleh buat dari pada mereka seperti patung.
Kini Tiffany berhenti dengan ponselnya, ia menegakan badan, memandang Yuri yang ada di sofa sebelah. "Aku kemari karena Hyunnie." Ucapannya ini entah mengapa menohok hati Yuri.
"Lagipula kau baik-baik saja aku rasa, hemm of course sudah baik, someone special sudah kemari, true?"
Kedua nya saling mendesah, sudah bisa menebak bahwa waktunya telah tiba mengenai pembahasan ini.
"Rindu nya sudah terobati, kan?" Katanya Sarkas.
Yuri menunduk saat menerima tatapan tajam dari sang kekasih, ia sudah tidak bisa gerak apapun di situasi seperti sekarang.
"Tidak apa, jangan seperti orang yang tidak tahu apa-apa Yul. Jessie kemari jelas peduli terhadapmu. Dia mengkhawatirkanmu dari yang aku lihat." Tiffany mengatakan apa yang ia tahu tentang sikap Jessica 30 menit yang lalu di ruangan ini.
"Dia tidak tahu aku sakit, sampai bertemu dengan Yoona tanpa sengaja."
"Dan tetap saja, pada akhirnya dia tahu kau sakit." Intonasi Tiffany mulai meninggi saat Yuri seolah membela Jessica.
"Lalu bagaimana denganmu, kau tidak mengkhawatirkan aku?"
"Sama sekali tidak. Lagipula kenapa kau sakit? Sakit karena terlalu merindukan Jessie?"
Ingin sekali Yuri mengusap dada agar bisa bersabar lebih atas setiap penekanan yang sang kekasih lontarkan.
"Lalu bagaimana denganmu Fany? Rasa untuk Taeyeon bukankah masih tertinggal di sebagian hatimu? Atau justru segenap hatimu huh?"
Tiffany mengerjap, sedikit terkejut dengan apa yang baru saja ia dengar. Namun senyum terlihat dari bibirnya, senyum tipis itu tak bisa Yuri tangkap sebagai senyum tentang apa. Tiffany berdiri, melangkah ke hadapan Yuri, ia membungkuk lalu menatap mata Yuri dengan lekat. Jarinya menelusuri wajah kekasihnya hingga berhenti di bibir Yuri.
"Jika memang masih ada rasa untuk Taeyeon, apa yang akan kau lakukan Yul?" Tatapan nya sama sekali tidak berpindah. "Setidaknya bersama Taeyeon aku tidak pernah merasa sesakit ini seperti denganmu, dia tidak pernah lagi berurusan dengan masa lalu nya, setidaknya dia jujur ketika mengatakan ingin kembali dengan Jessie, dia tidak pernah sedikitpun berbohong padaku. Harusnya mulut mu ini bisa belajar dari semua member termasuk Taeyeon, Yul." Setelahnya Tiffany memejamkan mata, menahan air matanya agar tidak keluar.