| 0'2 |

659 91 7
                                    

"Thank's Felix!"

Seungmin pamit dan melambaikan tangannya kepada mobil Felix yang sudah berjalan menjauhi dirinya. Kemudian langkah-langkah kecilnya membawa ia sampai pada pintu utama rumah.

"Seungmin pul—

lang"

Seungmin kagetnya bukan main ketika melihat keluarga kecilnya tengah berkumpul diruang tamu, tapi ibunya lagi terduduk diatas sofa single sedang dalam keadaan menangis dan sesekali menghapus air matanya dengan tisu yanh berada di dalam genggamannya. Sedangkan ayahnya sendiri terlihat sedang dalam mode menahan amarah.

Membiarkan pintu utama itu terbuka, Seungmin melangkah mantap menghampiri ibunya. Berjongkok dihadapan sang ibu, dan mengusap kedua tangannya lembut. Tatapannya tak henti lepas dari adiknya yang juga duduk disana, mengintimidasi meminta penjelasan.

Jeongin mengerti, bangun dari duduknya begitu juga Seungmin. Mereka berjalan ke arah dapur dengan Jeongin yang mendahului.

"Buruan ngomong kenapa bisa kaya gini!"

Kedua tangan ia lipat didepan dada, merotasi kan kedua matanya malas. "Besok lo dijodohin" jawab adiknya singkat.

Seungmin terkejut, melangkahkan kakinya mundur dengan mulut menganga tidak percaya akan perkataan Jeongin sendiri. "Lagi serius gini lu malah ngajak bercanda" katanya diiringi kekehan ringan.

Jeongin yang makin malas dibuat kakanya menghentakan kakinya kesal. "Makanya baca berita, perusahan appa hampir aja bangkrut tau" lalu Jeongin berlalu darisana.

Seungmin hendak berpikir sejenak, mengikuti si adik dan meraih pergelangan tangannya. "Terus kenapa gue yang dikorbanin" ujarnya dengan tatapan kosong.

"Karna lo anak sulung"

DEG

¡

Ini sudah malam, dirinya mendekam dikamar setelah dikunci dari luar semenjak mencoba untuk memberontak dari titah ayahnya. Ibunya yang selalu mendukung dan perhatian padanya tidak bisa berbuat apa-apa.

Seungmin melirik jam digital yang diatas meja belajarnya, hari esok tinggal beberapa jam lagi. Sedangkan besok dirinya akan langsung dibawa kepada calon suami dan mertuanya. "Ck, sialan" gumamnya sambil menahan air mata, meremat ujung piyamanya kuat-kuat.

Makanan yang tergeletak diatas nakas pun belum disentuhnya sama sekali. Ponsel miliknya di rampas si ayah, sampai laptop tak luput dari razianya. Mau minta bantuan ke Felix jadi makin susah caranya.

Cuma ada satu cara yang bisa dirinya lakukan disana. Yaitu melarikan diri lewat jendela besar yang terdapat dikamarnya. Seungmin berjalan kearah sana, membuka jendela besar tersebut, kepalanya ia keluarkan darisana, menengok sekitar dan juga bawahnya. "Kalo lompat dari sini juga gak bakal mati" ujarnya yang kini sudah duduk dikusen jendela.

Seungmin memantapkan pilihannya. Kemudian melangkah pada lemari besar miliknya, memakaikan hoodie dan mengganti celana tidurnya dengan celana jeans hitam. Berjalan kembali dengan kaki telanjang menuju tempat semula, sebab cuma ada satu yang gak ada dikamarnya yaitu sepatu atau sendal.

Seungmin memejamkan kedua matanya, merapalkan doa dalam diam, lalu menjatuhkan diri dari atas sana, dan tepat mendarat diatas semak-semak. "Ssh—aw" Seungmin mengusap-usap bokongnya dan mencoba bangkit berdiri sebelum salah satu anggota keluarga menyadari tindakannya.

TOMORROW WITH YOU [ChanMin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang