Another hectic day di rumah seungwoo. Hari ini ia memiliki jadwal untuk perjalanan bisnis ke Hongkong. Tiket sudah di pesan, akomodasi sudah ada, bahkan barang-barangnya sudah siap untuk dibawa. Namun pagi tadi saat seungwoo sedang tidur, eunsang tiba-tiba masuk ke kamarnya dengan histeris
“YAH!!! Pyo demam yah. Badannya panas banget. Tadi eunsang periksa suhunya 39 derajat pa”
Mendengar hal itu lantas membuat seungwoo panik dan langsung mencari kotak p3k di kamarnya sebelum menuju ke kamar dongpyo. Saat tiba di kamarnya tersebut, ia lihat dongpyo sedang merintih. Di dekatinya kasur anaknya tersebut. Di pegangnya kening anaknya tersebut dan seungwoo dapat merasakan suhu tubuh anaknya yang sangat tinggi. Dongpyo-nya hanya dapat merintih sambil menggigil kedidingan. Seungwoo mengeluarkan thermometer yang ada di dalam kotak p3knya dan memeriksa suhu tubuh dongpyo dan benar saja suhu tubuh anaknya itu mencapai 39 derajat.
“sang tolong ambilin plester ‘dadah demam’ di laci tv”
Eunsang pun segera mengambil plester demam tersebut seperti yang diperintahkan ayahnya. Tak perlu waktu lama untuk eunsang kembali ke kamarnya dengan plester tersebut. Eunsang memberikan plester tersebut kepada ayahnya yang selanjutnya ditempelkan ke kening dongpyo.
Seungwoo menatap sedih anaknya tersebut. Ia tahu betul anak-anaknya kalau sedang sakit pasti sangat membutuhkan kehadiran dirinya. Seungwoo pun berpikir untuk membatalkan keberangkatannya dan merawat anaknya saja. Kerugian memang pasti akan besar mengingat tujuannya kesana untuk menandatangani kontrak kerja sama. Namun anak-anaknya lebih penting dari apapun yang ada di dunia ini. Jika memang harus seungwoo akan membatalkan kepergiannya.
“Yah, ayah gausah khawatir. Ayah pergi aja nanti pagi gapapa” kata eunsang setelah melihat raut ayahnya.
Eunsang tahu betul jalan pemikiran ayahnya. Ia akan memprioritaskan anak-anaknya diatas apapun. Tapi eunsang tahu betul perjalanan bisnis ayahnya ini sangat penting dan sudah direncanakan sejak lama. Ia tidak mau melihat bisnis ayahnya hancur karena ia dan saudara-saudaranya. Apalagi sekarang mereka sudah besar, eunsang yakin ia, bang yohan, dan dodoy dapat merawat dongpyo dengan baik.
“Tapi pyo sakit sang. Masa ayah tinggalin gitu aja. Kalo misalnya nanti kenapa-kenapa pas ayah lagi di luar gimana?”
“Ayah, kan ada bang yohan. Nanti kalo emang pyo kenapa-kenapa kan bisa dibawa ke rumah sakit pake mobil sama abang. Lagian juga ada eunsang sama dodoy yang bakal jagain dongpyo. Lagian hari ini kan juga hari minggu jadi kita libur. Ayah pergi aja ya yah.”
“tapi ayah gak tenang kalo ninggalin kalian doang sendiri”
“Kita gak akan kenapa-kenapa ayah” jawab eunsang yakin
Sejujurnya seungwoo masih sangat dilema. Tapi melihat keyakinan di mata eunsang dan permohonan eunsang agar ia pergi saja akhirnya ia pun menyerah.
“Oke. Ayah pergi tapi ayah gak akan ninggalin kalian sendiri. Nanti ayah minta om wooseok buat kesini ya buat jagain kalian. Udah sekarang eunsang tidur dulu”
Eunsang mengangguk lalu naik ke tempat tidurnya. Setelah memastikan eunsang telah naik ke kasurnya, seungwoo pun mematikan lampu kamar anaknya tersebut dan menutup pintu kamar. Saat tiba di kamarnya, seungwoo mengambil handphonenya dan menekan nomor wooseok. Terdengar suara dering dari handphonenya. Setelah 5 dering, telfon pun akhirnya diangkat oleh wooseok.
“Halo?” terdengar suara wooseok yang terdengar serak karena baru bangun tidur
“Wooseok, maaf pagi-pagi buta gini nelfon kamu.”
“Gapapa woo. Ada apa emangnya?”
“Dongpyo sakit seok”
“HAH SAKIT??? Sakit apa ? Dibawa ke rumah sakit? Sekarang gimana kondisinya?”
Seungwoo tertawa mendengar wooseok yang langsung heboh
“Satu-satu dong nanyanya pak dokter. Kaya lagi interogasi aja kamu. Dia demam tadi aku periksa suhunya 39 derajat. Nggak aku bawa soalnya sebenernya itu demam biasa. Tadi udah aku kasih plester penurun panas dan sekarang anaknya tidur”
“Ya ampun itu tinggi banget. Aku kesana deh sebentar lagi”
“GAK GAK!! Gausah seok ini jam 2 pagi. Lagian juga aku udah pastiin dongpyo gak parah-parah banget. Eum seok boleh gak aku minta tolong aja sama kamu?”
“Boleh woo. Minta tolong apa?”
“Jadi aku tuh hari ini mau ke hongkong buat perjalanan bisnis. Awalnya mau aku batalin aja tapi eunsang kekeuh aku pergi. Jadi aku kayanya akan tetep pergi. Tapi bisa gak kamu jagain anak-anakku? Terutama dongpyo soalnya dia sakit. Kalo dongpyo udah sehat kamu pulang gapapa”
“Boleh boleh banget. Nanti aku ke rumah kamu jam 6an ya”
“Kamu gapapa? Anak-anakmu?”
“Gausah khawatir woo. Aku gapapa. Dan aku yakin chacha sama ujun malah bakal seneng banget karena bisa main sama temen-temennya.”
“Makasih banyak ya seok. Maafin aku ngerepotin”
“Apaan sih. Gak ngerepotin kok ah. Aku malah seneng kamu minta aku buat jaga mereka. Nanti aku kesana jam 6an gapapa kan? Soalnya aku mau beres-beres dulu dan nunggu anakku bangun”
“Gapapa kok seok. Yaudah sekarang kamu tidur lagi dulu aja”
“Hem iya kak. Aku tidur dulu ya. Good night kak”
“Night seok. Selamat tidur”
Setelah sambungan telepon terputus, seungwoo meletakkan hpnya kembali diatas meja sebelah tempat tidurnya dan bersiap untuk tidur. Ia akan melewati hari yang melelahkan nanti di pesawat.
KAMU SEDANG MEMBACA
4+2 =1 (Seunseok)
FanfictionKisah cinta antara seorang duda 4 anak dan duda 2 anak. Bagaimana perjalanan kisah cinta mereka nantinya? (Han seungwoo X Kim wooseok)