Sebuah Kepastian

1.2K 175 10
                                    

Seungwoo membanting pintu yang tadi dibukanya lalu ia pergi meninggalkan kelas tersebut. Sementara itu, wooseok yang sadar dari kekagetannya langsung berlari mengejar seungwoo.

Cukup sulit bagi wooseok mengejar seungwoo mengingat kaki seungwoo yang panjang sehingga langkah yang diambilnya sangat besar. Saat wooseok sudah berhasil mengejarnya, wooseok menarik tangan seungwoo.

"Woo..." wooseok menarik nafas terlebih dahulu. Karena ia capek lari-lari mengejar seungwoo. Seungwoo hanya berhenti tanpa menengok ke arahnya. Wooseok pun akhirnya berjalan ke depan seungwoo. Namun seungwoo masih belum mau melihat kearahnya. Matanya masih menatap ke depan dan tidak ada ekspresi di wajahnya.

"Hei liat aku." Kata wooseok seraya menangkup wajah seungwoo. Dibawanya wajah itu untuk melihatnya. Sekarang seungwoo sudah melihat wooseok walaupun ekspresi di wajahnya masih datar.

"Aku gak ada apa-apa sama seungyoun, woo. Tadi itu dia cuma ngambilin cicak yang jatoh ke kepala aku. Kamu kan tau aku takut banget sama cicak. Jadi dia yang bantuin nyingkirin cicaknya."

Seungwoo masih terdiam.

"Kamu gak percaya sama aku?" Tanya wooseok sedih.

Seungwoo masih diam. Akhirnya wooseok pun melepaskan tangannya dari wajah seungwoo.

"Yaudah terserah kamu kalo emang kamu gak percaya sama aku. Tapi aku beneran gaada apa-apa sama seungyoun. Dan lagian juga aku gak ngerti ngapain kamu marah? Dan buat apa juga aku jelasin semuanya ke kamu? Kita gak bukan apa-apa."

Setelah mengucapkan itu, wooseok pun pergi dari hadapan seungwoo. Namun baru dua langkah, seungwoo menarik tangannya dan membawanya pergi. Seungwoo terus berjalan dengan menarik wooseok.

" woo lepasin. Sakit."

Namun seungwoo tetap berjalan. Hingga akhirnya mereja masuk ke dalam sebuah ruangan kosong yang wooseok duga adalah ruang penyimpanan alat. Dibukanya pintu ruangan itu oleh seungwoo dan dibawanya wooseok masuk ke dalam lalu pintu kemudian dibanting oleh seungwoo hingga tertutup.

"Woo sakit. Lepasin tangan aku." Ucap wooseok lagi mencoba melepaskan genggaman seungwoo di pergelangan tangannya.

Sekarang seungwoo melihat ke arahnya dengan tatapan marah. Seungwoo sangat marah, wooseok tau itu. Seungwoo tidak pernah terlihat semarah ini dan wooseok sangat takut.

"Seok kamu itu milik aku. Gak ada yang boleh nyentuh kamu selain aku. Apalagi si cho seungyoun sialan itu. Dia pasti punya maksud lain. Aku percaya sama kamu. Tapi aku gak percaya sama si cho sialan itu."

"Woo, aku bukan siapa-siapa kamu. Seenaknya aja kamu bilang aku ini punya kamu disaat kamu aja gak pernah memperjelas hubungan kita."

Seungwoo diam. Wooseok menghela nafas. Ia tahu seungwoo pasti akan seperti ini. Ia tahu seungwoo akan menggantungkan hubungan mereka lagi. Oleh karena itu, ia lebih memilih untuk menyudahi percakapan mereka ini. Karena percuma saja, toh ujung2nya mereka akan kembali ke titik awal.

"Udah woo aku capek ngomong sama kamu. Tapi aku gak suka kamu ngelarang-larang aku. Aku mau deket sama seungyoun kek, ciuman sama dia kek, atau tidur sama dia itu bukan h--- hmph"

Wooseok tidak sempat menyelesaikan ucapannya karena bibirnya sudah dibungkam oleh bibir seungwoo. Awalnya hanya bibir mereka saja yang menempel. Namun seungwoo mulai memperdalam ciuman mereka dan wooseok pun terbawa oleh permainan seungwoo. Mereka terus berciuman hingga wooseok merasakan nafasnya menipis dan ia memukul dada seungwoo. Seungwoo pun melepaskan ciumannya.

Jarak mereka sangat dekat saat ini, seungwoo menempelkan dahinya pada dahi wooseok. Ditatapnya dalam dua hazel indah tersebut. Hazel yang selalu bisa membuatnya tenggelam di dalamnya.

4+2 =1 (Seunseok)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang