Jennie menghembuskan napas lega setelah selesai membersihkan meja yang penuh dengan coretan crayon maupun tempelan kertas kecil-kecil. Gadis berambut hitam itu bangkit dan mengemas mainan yang berserakan dilantai.
Setelah memastikan ruangan bertema ceria itu rapi dan bersih, gadis itu segera melepas apron merah muda yang melekat pada pinggangnya dan melipat benda tersebut, lantas, memasukkannya pada loker yang berada di sudut ruangan.
Ponsel yang ia letakkan pada meja berdering pelan, menandakan sebuah panggilan masuk. Segera, Jennie mengambil ponselnya dan men-deal icon hijau di sana.
"Eonnie, datang kerumahku. Aku terkena flu."
Nada parau dari si penelepon membuat Jennie sedikit khawatir.
"Lisa, ada apa?"
"Eomma pergi ke Jepang untuk urusan bisnis. Eomma bilang kakakku akan kembali ke Seoul malam ini, tukar posisi, tapi dia belum datang."
"Lalu?"
"Eonnie datanglah menemaniku. Aku sendirian di rumah. Takut. Aku juga mendadak terkena flu setelah kemarin bermain bola salju dengan Jungkook."
"Aigoo, sudah tahu kemarin udara dingin. Kenapa main salju?"
"Hehehe, mianhae eonnie. Aku juga tidak tahu kalau akan sakit."
"Baiklah, aku akan kesana. Aku akan berbelanja dulu."
"Aniya, eonnie tidak perlu berbelanja. Persediaan bahan makanan sudah lengkap di rumah. Eonnie tinggal datang dan memasak saja. Hehehe."
"Astaga, kau pikir aku ini pembantumu? Ya sudah, aku tutup telponnya, aku akan kesana sekarang."
"Ok, be carefull eonnie~,"
Jennie segera memasukkan ponselnya dalam tas dan memakai mantel hitam miliknya. Gadis itu berpamitan pada rekan kerjanya yang kebetulan juga sudah bersiap untuk pulang.
Butiran-butiran salju turun, membuat Jennie merapatkan mantelnya dikarenakan suhu udara yang begitu dingin. Matanya tak sengaja menangkap kedai penjual bakpao di pinggir jalan.
"Pasti enak jika makan bakpao hangat di cuaca dingin seperti ini. Mungkin beli beberapa tidak masalah." gumam Jennie riang, dengan senyum yang selalu ia sunggingkan pada orang yang lewat, entah di kenal atau tidak. Gadis itu melangkah menuju kedai bakpao tersebut.
🍂
Pria berkulit pucat itu mendengus jengkel ketika bel yang ia tekan untuk kesekian kalinya, tak kunjung membuat seorang pun dari dalam rumah punya inisiatif untuk membuka pintu.
"Astaga, ini rumahku sendiri! Kenapa juga aku harus menekan bel?" pria itu langsung saja membuka pintu besar berwarna putih ketika menyadari kebodohannya.
"Ah, Tuan Muda sudah datang, mari saya bawakan kopernya." seorang pelayan langsung menyambut dengan mengambil alih koper dari tangan si pria.
"Kemana Lisa?"
"Nona Muda berada di kamarnya, sakit. Dan sedang menunggu temannya datang."
"Baiklah, kau boleh pergi, tolong letakkan saja koperku di kamar, biar aku yang membereskan nanti." titahnya dan langsung di angguki oleh pelayan berusia setengah baya tersebut.
Pria itu menghela napas dan mulai berjalan mendekati kamar sang adik yang berada dekat dengan ruang santai, di bukanya pintu kamar dan mendapati adik perempuannya yang sedang menatap serius pada laptop yang menayangkan serial drama favoritnya di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ineffable ✔
Short StoryIneffable (n) terlalu hebat untuk di gambarkan oleh kata-kata, - Yoonnie fanfiction [AU] Start; 18/01/20 End; 20/01/20 Finish ✅