Helen terduduk di ruang tamu sambil memijat pelipis. Kepalanya sedikit berdenyut ketika bangun pagi ini. Nyaris semalaman Helen tidak bisa tidur dengan nyenyak. Kepalanya terus dipenuhi dengan kejadian yang dialami Emily di pesta ulang tahun G&D Corp. Belum lagi kondisi Peter yang terguncang setelah mengetahui kondisi Emily yang dia sembunyikan bersama Aaron.
Air mata Helen mengalir melihat sang suami terus menyalahkan dirinya sendiri, lantaran sudah membuat putri mereka tertekan oleh orang-orang di perusahaan. Ia pun meminta maaf karena telah menyembunyikan kondisi Emily dari Peter. Selain karena permintaan Emily sendiri, Helen tidak ingin membuat kesehatan Peter semakin menurun.
"Nyonya, sarapan sudah siap."
Seorang pelayan datang menghampiri Helen. Wanita itu membalas dengan anggukan kecil. Dilihatnya pelayan tadi hendak menaiki tangga menuju lantai 2.
"Biar aku lihat dulu keadaan Emily. Tolong kau siapkan sarapan untuk Emily dan antarkan ke kamarnya," kata Helen.
"Baik, Nyonya."
Selesai berbicara dengan pelayan itu, Helen berjalan menaiki tangga. Ketika membuka pintu kamar Emily, Helen terkejut karena mendapati ranjang putrinya kosong, bahkan sudah rapi.
"Emily?" Helen mengedarkan pandangan ke sekeliling mencari gadis itu. Tak lama kemudian, ia melihat putrinya baru keluar dari bilik wardrobe. Emily sudah berpenampilan rapi mengenakan blouse warna cokelat dengan ruffle pada bagian dada, serta bawahan pencil skirt berwarna hitam.
"Selamat pagi, Ibu." Emily menyapa dengan senyuman hangat. Raut wajahnya tampak lebih cerah dibandingkan semalam.
Helen menghampiri Emily, lalu menangkup wajah gadis itu. Sorot mata Helen memancarkan kecemasan. "Kau baik-baik saja?"
Emily mengangguk berulang kali, seolah sedang meyakinkan Helen bila kondisinya memang sudah membaik.
"Apa kau mau berangkat ke kantor?" Helen memandangi kembali penampilan Emily. "Sebaiknya hari ini kau beristirahat di rumah. Biar Aaron yang menangani pekerjaanmu."
"Tidak, Bu. Aku akan tetap berangkat ke kantor." Emily tersenyum memberi pengertian. "Ibu tidak perlu khawatir. Aku sudah merasa lebih baik sekarang."
"Emily ...."
"Ibu, aku minta maaf atas apa yang terjadi semalam. Aku sudah membuatmu cemas." Emily menatap penuh penyesalan. "Aku tidak siap dengan suasana pesta kemarin dan—"
"Ibu sudah tahu, Aaron sudah menceritakan semuanya pada Ibu."
Mata Emily membelalak. "Apa? Aaron sudah bercerita?"
"Ya." Helen menghela napas. "Dan ayahmu juga sudah mengetahuinya. Termasuk ... kondisimu selama mulai menggantikan posisinya di perusahaan. Saat Ibu dan Aaron sedang berdiskusi dengan Brian, ayahmu mendengar percakapan kami."
Bahu Emily serasa lemas. Helen menyadari perubahan ekspresi wajah putrinya tersebut, dan segera menggenggam tangan Emily. "Kau harus tetap tenang. Ayahmu akan mengerti semuanya."
Emily tidak berkomentar apa-apa. Kepalanya terlanjur dipenuhi cara untuk menghadapi ayahnya setelah kejadian kemarin.
Tiba-tiba terdengar suara dering ponsel. Emily berjalan menuju nakas untuk mengambil ponselnya. Ia menautkan kedua alisnya saat membaca nama kontak Alice di layar.
"Siapa yang menelepon?" tanya Helen pensaran.
"Alice." Emily melirik sekilas pada Helen, sebelum menjawab telepon dari sahabatnya. "Halo?"
"Emily, aku dengar dari Brian kalau kemarin kau mengalami serangan lagi. Kau baik-baik saja?"
"Aku baik-baik saja, Alice. Kau tidak perlu cemas. Kemarin hanya kelelahan saja," jawab Emily. Ia merasa bersalah menyembunyikan sesuatu dari sahabatnya tersebut. Ia hanya tidak ingin membuat Alice mencemaskannnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just for You [Lanjut di Dreame/Innovel]
Любовные романыDi mata Richard Parker, Emily Wayne berbeda dari wanita-wanita yang pernah menjalin hubungan dengannya. Tak hanya memberikan penolakan secara terang-terangan, Emily bahkan berani menampar Richard di hadapan banyak orang. Aksi gadis itu pun menuai hu...