***
Pagi ini seperti biasa aku hanya duduk manis di teras depan kantor. Aku sedang menunggu anak-anak pulang. Mengingat tadi aku sudah janji akan menjemputnya.
Jam baru menunjukkan pukul sepuluh pagi. Aku baru saja selesai mengerjakan pekerjaanku di Kantor, yang hanya berkutat di depan komputer. Selain mengajar anak-anak, aku juga sekarang ditugaskan untuk membantu pekerjaan di Kantor, dari jam 8 sampai 10 pagi.
Hm ... cukup melelahkan, meski hanya duduk manis sembari menatap layar komputer.
Pandanganku terus fokus ke Qur'an miniku. Aku sedang menghafal. Besok adalah jadwal tahsinku. Dan aku belum menyetorkan hafalanku sebelumnya. Ya ampun...
Pandanganku beralih menjadi menatap gerbang dengan mulutku yang terus berkomat-kamit membaca hafalan yang akan disetorkan nanti.
Mendadak aku terdiam. Saat tiba-tiba motor matic itu memasuki gerbang. Sejenak, aku terus memerhatikan pria itu, pria yang mengendarai maticnya. Rasanya aku pernah melihatnya. Pria itu sudah tidak asing lagi. Tapi siapa?
Aku tersentak, buru-buru menundukkan kepalaku, menatap Qur'an miniku, saat pria itu menoleh ke arahku.
"Kok kayak nggak asing, ya?" gumamku, menatap motor beat yang mulai menjauh.
"Ustadzah, Assalamualaikum!!"
Aku tersenyum, saat melihat anak-anak berlarian ke arahku. Mereka ternyata sudah pulang.
"Besok-besok jemput lagi ya, Ust."
Aku tersenyum mengangguk. Aku mulai berdiri. Menggandeng tangan mungil mereka. Kami berlima saling menggandeng satu sama lain. Seharusnya, ada lima belas anak. Namun sebagiannya lagi kelasnya dipindahkan.
Aku tersenyum. Kami mulai berjalan sembari bersenandung ria, melantunkan sholawat-sholawat lain. Pikiranku tentang pria yang tadi seolah aku melupakannya untuk sejenak. Jika sudah bersama mereka, rasanya aku tidak ingin memikirkan yang lain.
"Ustadzah, tadi aku ketemu Ikhwan yang ganteng banget."
"Hah?"
***
Ini merupakan hari kedua aku menjemput anak-anak. Seperti biasa aku selalu menunggunya di depan kantor. Sambil menunggu mereka pulang, kali ini aku memilih memainkan ponsel yang entah sudah berapa hari tidak aku sentuh. Bukan apa-apa. Aku benar-benar lupa menaruhnya.
Terdengar suara motor yang memasuki area gerbang. Aku kembali memperhatikannya. Orang itu lagi, orang yang dengan motor maticnya sama seperti kemarin. Entah kenapa, rasanya wajah orang itu benar-benar tidak asing lagi. Tapi siapa?
Lagi dan lagi, aku kembali menundukkan kepalaku, saat dia menoleh ke arahku. Mencoba mengalihkan pandanganku ke layar ponsel. Meski sebenarnya aku ingin kembali melihat dengan jelas wajah orang itu.
"Siapa si? Rasanya bener-bener ngga asing lagi deh." gumamku, berusaha berpikir keras, mencoba mengingat siapa pria tampan itu.
Hari-hari berikutnya, aku masih terus menjalankan rutinitasku yaitu menjemput anak-anak dan menunggunya di depan kantor. Bukan hanya itu, aku juga jadi lebih sering bertemu dengan si pengendara motor matic itu. Yang membuatku terkejut dan benar-benar tidak mengerti. Kemarin, kami kembali dipertemukan. Pria itu tersenyum ke arahku. Senyuman yang benar-benar seperti memiliki sebuah arti. Namun, aku tidak tahu apa maksud dari semua itu.