Part 4

1.6K 80 0
                                        

Kembali kuarahkan pandangan pada pria yang sedari tadi menunduk di depanku.

“Udah?” tanyaku dingin dengan alis terangkat.

Bayu memandangku sesaat lalu mengangguk pelan.

“Mulai sekarang, kita bukan siapa-siapa. Dan jangan pernah sok akrab setelah hari ini,” lanjutku.

“Neng, mau maafin Aa?” Agak ragu ia bertanya.

“Nggak tahu. Tapi kalo benci, sih, udah pasti.” Aku menjawab sambil mengedarkan pandangan. Kulihat Yuda seperti tengah mengamati kami sambil tersenyum.

“Aa bener-bener minta maaf, Neng. Aa harap silaturahmi kita gak akan pernah putus.”

Ada nada memohon dalam ucapannya yang membuat rasa benci itu semakin menjadi. Namun hal yang ajaib adalah, entah mengapa aku tidak merasa sakit hati ataupun sedih sedikitpun.

“Gimana nanti. Udah? Saya sibuk.” Aku lantas menarik tas dan bersiap pergi.

“Iya, Neng. Udah. Makasih banyak ya, Neng. Aa bener-bener minta maaf.”

Tanpa jawaban dan  tanpa memandang pada Bayu, kutinggalkan meja dengan kasar. Tanpa sengaja aku menumpahkan Mocca Latte di atas meja hingga membasahi baju serta celana Bayu. Aku tidak perduli. Aku hanya ingin segera berlalu dari sini.

Saat langkahku mendekati meja tempat di mana Yuda sedari tadi mengamati aku dan Bayu, tiba-tiba saja ia bertanya dengan suara lumayan kencang.

“Jadi, sekarang Lo udah jomlo?”

Aku hanya melirik sekilas seraya memutar bola mata malas dan kembali melanjutkan langkah.

“Jadi pacar gue aja, gimana?” lanjutnya. Pertanyaan Yuda membuat langkahku terhenti. Kutatap wajahnya sesaat. Entah bagimana, aku merasa  tampak ada keseriusan dari mata beriris coklat itu.

“Boleh, lah,” jawabku asal dan sesaat melirik pada Bayu yang tampak terkejut. Sama halnya dengan Yuda yang juga tampak terkejut. Sepertinya ia tidak menduga jawabanku akan seperti itu.

“Hah?” Dengan ekspresi terkejut Yuda segera menghampiriku.

“Lo barusan jawab apa?” tanyanya lagi saat aku dan dia hanya berjarak satu langkah.

Tubuhnya yang lebih tinggi dariku memaksa kepala ini sedikit mendongak untuk berbicara dengannya.

“Bisa anterin gue pulang sekarang nggak, Pacar?” kataku seraya menekankan kata terakhir di depan wajahnya.

Senyum lebar terlukis jelas di hadapanku. Dengan secepat kilat Yuda meraih kunci motor yang tadi ia letakkan di atas meja.

Dengan pemuh semangat ia meraih tanganku untuk segera pergi dari sana. Sempat kulihat Bayu yang berdiri dari bangku memperhatikan kami berlalu. Refleks aku tersenyum miring melihat ekspresinya. Ada sedikit rasa puas di hatiku melihat wajahnya.

Jika kamu kira aku akan menangis karena terluka, kamu salah. Mulai hari ini, aku hanya akan membuatmu menyesal karena telah membodohiku.

-bersambung-

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 23, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

(Bukan) Kisah Patah HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang