iv. perlahan runtuh

411 69 2
                                    

───── Pada akhirnya Athlas berhasil mengajak ketiga kembarannya berlibur, bahkan sang ayah yang seringnya beralasan sibuk dan tak punya banyak waktu itu berhasil bergabung dalam acara liburan singkat yang Arshaka dan Althair usung dadakan begitu k...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

───── Pada akhirnya Athlas berhasil mengajak ketiga kembarannya berlibur, bahkan sang ayah yang seringnya beralasan sibuk dan tak punya banyak waktu itu berhasil bergabung dalam acara liburan singkat yang Arshaka dan Althair usung dadakan begitu keduanya terbangun dari lelap.

Menjadikan villa kecil dengan pelataran luas diwilayah puncak milik keluarga Manggala sebagai tempat liburan mereka, yang untuk sejenak Athlas lupa bahwa hubungannya dengan sang ayah tak lagi sehangat hari ini semenjak setahun belakangan, pun entah kapan terakhir dirinya banyak melepaskan tawa karna guyonan yang kembarannya suarakan.

Semilir angin sejuk khas dataran tinggi buat figur Athlas yang telah tenggelam sepenuhnya dalam coat milik ayahnya dan hoodie hitam kepunyaan Ananda masih bergidik kala angin berhembus pelan, nyatanya angin puncak masih mampu menembus pertahanan tubuhnya yang sudah super tebal ini.

"Yakin mau tidur ditenda? Ngga mau di villa aja? Hari ini cuacanya dingin loh La, belum lagi nanti kalo turun kabut bakal makin dingin udaranya." baritone sang ayah buat Athlas berpasrah saat kedua pipi tirusnya diapit dua tangan besar figur tunggal Manggala dewasa.

Labium tipisnya tertarik, membentuk satu senyum teduh yang susah payah Athlas tunjukan untuk coba tenangkan hati ayah yang hari ini beri banyak dirinya perhatian penuh kehangatan buat jiwanya tenang.

"Eum Ala yakin seratus persen yah." kepalanya mengangguk penuh keyakinan, lalu berikutnya Athlas memilih undur diri dari hadapan sang ayah untuk menghampiri ketiga kembarannya.

Karna teriakan Arshaka dan Althair sudah mengalun memintanya untuk datang membantu, dan karna Athlas tak ingin ada perang dunia ketiga diantara mereka, maka disinilah figurnya tiba.

Membantu menyiapkan alat membakar daging, sedangkan Arshaka dan Althair tengah menyusun sate barbekyu dibawah pengawasan Ananda langsung.

Pemandangan yang cukup mengerikan, mengingat jabatan Ananda adalah bungsu on top. Maka salah sedikit saja, tamat riwayat mereka.

Sesekali ekor matanya melirik ketiga kembarannya yang tengah beradu argumen, terkekeh kecil kala rungunya berhasil menangkap amukan Althair dan Ananda bersamaan yang mengatakan Arshaka adalah manusia freak karna membenci eksistensi paprika dalam sate barbekyu.

Haruskah Athlas bergabung? Menjadi bagian dari kubu Arshaka yang sama sama mempertanyakan apa kegunaan paprika dalam menu bakar bakaran mereka malam ini, disaat daging sudah lebih dari cukup sebagai sesuatu yang bisa disebut sebagai sate.

Tapi sepertinya disisi Manggala dewasa disampingnya jauh lebih menyenangkan, dengan kayu bakar kering yang berusaha dirinya nyalakan. Barangkali hangatnya kayu bakar bisa ikut Athlas rasakan, karna ada ayahnya yang ikut membantu Athlas mengerjakan bagiannya.

"Kembar satenya udah siap belum? Ribut mulu nih kalian, nih kakak udah selesai nyalain apinya." seruan ayah buat keempatnya menoleh serentak.

Sedikitnya ada perasaan hangat juga aneh kala panggilan yang dulu disematkan pada mereka bertiga, terutama Athlas kembali disuarakan merdu penuh kasih sayang.

blue birthdayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang