Ini jelas di luar bayang ekspetasi. Batas kendali manusia tidak dapat merubah pion takdir sebab cara semesta bermain penuh muslihat, manipulatif, menjerumuskan ke dalam labirin berkelok-kelok dan buta ranah. Lajurnya adalah mutlak, tidak dapat diutak- atik sesuka ego; sesekali terjebak pada semak buntu bukan masalah, biarkan Sang Penguasa jagat raya menuntunmu, hanya terus melangkah hingga menemukan jalan keluar. Kau boleh memutuskan petunjuk mana yang akan kau ambil, bukan berbalik menentang-Nya.
Hwayoung tak menyesali pilihan untuk menyetujui lamaran tersebut namun perkara ini tidaklah mudah diterima dengan lapang dada, terlebih ia membenci segala kecanggungan datang bak mimpi buruk—terhadap sosok itu, presensi lelaki yang kerap disegani bila ia bertindak senonoh, sering memberi nasihat jika ia berlaku kurang wajar atau menyumpahi dengan umpatan kasar andai ia memancing kadar emosional, lalu kini berganti peranan sebagai pasangan sehidup semati. Kenyataan lain lebih mengejutkan adalah buih perasaan seorang Min Yoongi sekarang sudah berbentuk telaga siap bermuara menuju penggalan jiwanya, bagaimana Hwayoung tidak terguncang akan semua itu?
Pernah satu hari Hwayoung melontarkan pertanyaan mewakili segenap rasa penasaran, sejak kapan Yoongi menyukainya?
Lantas lelaki tersebut mendeklarasikan pernyataan bahwa ia baru saja menyadari tentang cinta berbentuk abstrak tersinyalir terhadap Hwayoung. Gadis itu adalah jawaban perihal tidak seriusnya ia menjalin hubungan dengan lusinan wanita lain, lantaran mulutnya sangat piawai bermanipulasi sementara batin jelas menolak mentah-mentah segala omongan dusta perbuatan si lidah tak bertulang.
Dan untuk sekali selamanya, Hwayoung memutuskan menyerah membiarkan kenangan lampau ia bersama Taehyung sekadar puing masa lalu yang mustahil dirombak ulang. Menyimpan seluruh momentum manis kemesraan mereka dalam halaman terakhir, tiada kelanjutan atas kisah keduanya yang telah karam dilahap gelombang laut. Kemudian mencari sampul buku lain, menorehkan hitam putih tinta bercampur kertas di lembar paling utama, perahu yang sempat tenggelam diterjang badai berujung menemukan daratan berbeda.
Hwayoung termenung lama menghadap cermin rias, paras manisnya semakin kentara setelah membubuhkan gincu senada warna kelopak sakura pada permukaan bibir. Siang ini ia harus menyiapkan kebutuhan terkait acara pernikahannya yang diselenggarakan lusa mendatang. Memang terkesan mendesak akibat usulannya sendiri, Hwayoung hanya mencemaskan pendiriannya terkadang berubah tak menentu. Yoongi sudah mereservasi tempat beserta dekorasi terlebih dahulu, barulah ia fokus pada keperluan calon mempelai wanita.
.
.
.
"Maaf merepotkanmu, Kim ..."Yerin bergumam pelan, menundukkan pandangannya lantaran tak enak hati merepotkan lelaki yang kini sedang bertukar bangku kemudi. Ia bergeser pindah ke kursi penumpang sembari menyerahkan kunci mini cooper miliknya, tidak sepatutnya Yerin memaksa lelaki tersebut menemaninya mencari cincin pasangan. Jelas sekali bukan kemauan Yerin membeli barang semacam itu, orangtua mereka menekannya dengan Taehyung agar lebih fokus terhadap jenjang asmara keduanya.
Tidak semestinya lelaki tersebut menuruti permintaan ini, kemanakah perginya Kim Taehyung yang menjadi pihak pertama tuk memberontak lalu menyusun kembali siasat dalam menggagalkan perjodohan diantara mereka?
"Tidak apa-apa. Lagipula aku tahu dimana toko perhiasan terbaik, kau pasti menyukainya."
Astaga, Yerin tidak menyangka jika kalimat itulah terkuar menimpali perbincangan keduanya. Ia menelisik raut sosok tersebut yang sebegitu santai membalas ucapannya barusan, tidak semrawut seperti kemarin.
"Aku juga harus mengambil gaun pesananku."
"Baiklah, akan kutemani."
"Ada apa denganmu, Kim? Penurut sekali, eh?"
KAMU SEDANG MEMBACA
I Was Mean For You
FanfictionBagaimana jadinya seseorang yang sudah kau anggap sebagai kakak kandung sendiri kini harus menikahimu? Hwayoung bisa gila. Hanya karena tragedi malam itu dimana Yoongi masuk ke kamarnya dalam kondisi mabuk berat akibat pernikahannya dibatalkan, calo...