Seminggu setelah hasil ujian Haechan diumumkan, kontrak mereka berakhir.Semua berkumpul di ruang tamu pasangan itu. Ayah ibu Mark, ayah Haechan dan istrinya yang berkebangsaan Thailand itu, serta notaris yang dulu mengesahkan surat perjanjian mereka.
"Sebelum surat perjanjian ini saya robek, saya ingin terlebih dahulu mengucapkan rasa terima kasih saya yang sebesar besarnya pada Mark yang telah berhasil membimbing dan membesarkan putra tunggal saya, Haechan".
Mendengar kata "berhasil" Mark dan Haechan saling mengerling dan bertukar senyum. Senyum geli.
"Perjuangan Mark selama ini memang luar biasa. Ia bisa membagi dua hidupnya: Antara mencari uang di bar...." Mark hampir-hampir terpelanting mendengar Johnny Seo menyebutkan tempat bekerja yang selama itu dirahasiakannya. Begitu pula Tuan dan Nyonya Lee. "....dan melanjutkan kuliahnya; antara memperhatikan wanita-wanita yang dibawanya memperhatikan bocah kecilnya di rumah...."
Johnny Seo tersenyum lebar melihat hadirin diam tak bersuara.
"Sorry ya, Mark. Selama ini paman mengikuti benar-benar setiap perkembangan yang kalian buat. Bukan karena tidak percaya, tapi karena kuatir kalian berdua sewaktu-waktu butuh bantuan. Tapi kalian berdua ternyata hebat. Betul-betul hebat."
Tuan Lee hanya bisa geleng-geleng kepala sambil berulang kali menjernihkan kerongkongannya. Nyonya Lee tak henti-hentinya memandangi Mark dan Haechan bergantian. Matanya berkaca-kaca penuh haru dan syukur. Pak Notaris yang rupanya sudah diberitahu lebih dahulu ikut tertawa meramaikan suasana. Nyonya kedua Johnny Seo hanya tersenyum basa-basi, pura-pura tidak seberapa paham akan bahasa Korea.
"Di samping ucapan terima kasih itu, saya juga ingin minta maaf sedalam-dalamnya pada Mark yang sebetulnya tak pernah menghilangkan permata-permata saya."
Kali ini hanya Mark dan Haechanlah yang menganga tak bersuara. Yang lain tersenyum tenang-tenang saja.
"Itu sebetulnya bukan permata-permata asli. Kalau asli 'kan saya sendiri yang akan membawanya. Dengan pengawalan khusus......Waktu itu saya sengaja menyuruh kedua tukang pukul saya untuk merampas kotak permata yang menurut mereka kamu serahkan tanpa perlawanan serius. Pengecut ya, tak berani melawan?''
Mark hendak menjelaskan mengapa ia waktu itu tidak mengadakan perlawanan, tapi oleh Johnny Seo ditahan dengan isyarat tangan.
"Okay, okay, tak perlu diterangkan. Saya tahu kamu tak ingin membunuh orang. Kamu lebih suka tinggal bersama anak saya daripada di penjara, ya nggak?" goda Johnny Seo sambil menghembuskan asap cerutunya.
"Sa-saya tidak mengerti untuk apa paman bersusah payah menjebak saya ...."
"Begini, Mark, semuanya bermula dari omong-omong santai antara saya dan orang tuamu. Mereka waktu itu sangat menguatirkan keadaanmu. Katanya kamu malas kuliah dan suka keluyuran sampai pagi."
Mengutip ucapan tuan Lee: "Anak itu sudah kehilangan tujuan hidup. Kehilangan tujuan adalah penyakit yang paling kronis dalam ini."
Tuan Lee mengangguk-angguk. "Betul. Betul."
"Nah, kebetulan sekali saya juga sedang menghadapi masalah yang tak kalah rumit. Saya akui saya bukan orang tua yang baik. Saya tak bisa menurunkan nilai apa-apa pada anak tunggal saya selain filsafat saya yang menghalalkan segala pencarian kesenangan. Saya kuatir Haechan akan rusak sebelum waktunya bila ia mencontoh cara hidup saya. Kalau sudah setua saya mau rusak, rusaklah. Tapi jangan Sampai di saat ia masih remaja......"
".....Oh ya sampai mana saya tadi? Nah, dari omong-omong santai itulah akhirnya tercetus rencana untuk......"
"Tidak lucu!" sela Haechan seketika.
KAMU SEDANG MEMBACA
SI PENGANTIN KECIL (MARKHYUCK)
FanficMark hampir gila saat dia dipaksa menikahi seorang anak kecil, putera tunggal dari salah seorang paling berpengaruh di Korea Selatan. Kuliah saja tidak becus, bagaimana bisa menafkahi anak orang?? Ayah sinting mana yang dengan senang hati menikahkan...