Mark belum selesai menghitung-hitung pengeluaran "rumah tangga" barunya yang mengesalkan itu. Uang yang diberi Paman Seo sangat amat tidak cukup untuk biaya hidup mereka.Woah!! Bahkan jika dikalkulasi, biaya sekolah Haechan satu semester saja bisa menelan habis setengah dari persediaan uangnya sekarang ini. Belum lagi jarak rumah dan sekolah yang terbilang cukup jauh itu. Haechan tentu tak akan mau dibonceng di tengki bensin setiap pagi. Sekalipun berhasil dipaksa Mark, tapi untuk menjemputnya pun akan berat sekali. Mark harus kuliah. Mengizinkan Haechan untuk naik kendaraan umum jelas tak mungkin. Ia masih kecil. Sedapat mungkin Mark harus mempersempit kemungkinan bocah setan itu diculik orang. Siapa sih yang tak ingin menculik putera tunggal salah satu orang terkaya di Korea? Nah, bukankah itu berarti Mark harus keluar uang lagi untuk berlangganan taxi antar jemput untuk "istri" nya itu?
Lalu apa Mark juga harus membelikan segala macam pakaian dan peralatan sekolah? Memberi makan saja setengah mati rasanya. Lalu siapa yang akan memasak dan mengurus rumah? Setan kecil itu harus sekolah dan Mark pun bekerja. Ah... terpaksa Mark harus meminta bibi di rumahnya untuk bekerja di sini. Biar saja ayah ibunya mencari asisten rumah tangga yang baru.
Untuk sesaat Mark dapat bernafas lega hingga dia kepikiran sesuatu. Jika anak itu sakit keras bagaimana? Kemana dia harus mencari uang? Dia tentu sangat bisa meminjam uang dari paman Seo. Namun di kontrak itu jelas tertulis kalau segala bentuk pinjaman finansial selama masa pernikahan akan memperpanjang masa kontrak hingga Mark berhasil mengembalikan uang tersebut. Jadi bagaimanapun Mark tak bisa meminjam pada siapapun, yang artinya dia harus bekerja sambil kuliah.
Sial!! Dengan gusar Mark meremas lembaran-lembaran dollar yang masih baru itu. Uang sialan!! Dulu dia sangat berterimakasih ketika atas usul mendiang nyonya Seo Mark ditawari menjadi orang kepercayaan keluarga Seo. Mengurus izin-izin dan pelicin. Pekerjaan yang mudah sekali namun berimbalan tinggi. Dan Mark selalu dibayar dalam dollar, supaya tidak cepat habis katanya. Namun siapa sangka pekerjaan itu menjeratnya dalam perjanjian terkutuk ini!!
Pick up pengantar barang yang dijanjikan paman Seo telah tiba membawa barang-barang milik Mark dan Haechan. Masih membisu, Haechan menyereti semua kardus-kardus besar berisi barang miliknya sendiri tanpa mengharapkan bantuan Mark sedikitpun.
Mark juga tidak berniat membantu anak itu. Dia bisa melihat betapa kepayahan bocah itu mendorong kardus-kardus itu setapak demi setapak. Terlihat tangannya memerah dan juga sedikit lecet. Biar saja. Mark tidak peduli.
Barang milik Mark tidak banyak. Ibunya memberskan semuanya dengan rapi dan tak ada yang tertinggal, kecuali gitar kesayangannya. Terpaksa Mark mengambil sendiri gitar itu nanti sore, sekalian menjemput bibi.
Pukul tujuh malam, dengan gitar di punggungnya Mark kembali ke rumah. Ditunggunya taxi yang membawa bibi beserta banyak belanjaan yang tadi mereka beli. Mark berinisiatif membeli segala perlengkapan dapur dan juga bahan-bahan makanan.
Malam itu, bibi hanya sempat memasak makanan rumah sederhana yang dimakan Mark sendirian di meja makan. Lalu Haechan? Tenang saja, bocah itu akan mendapatkan makanan spesial.
Setelah mencampurkan banyak sekali cabai bubuk, makanan untuk Haechan diletakkannya di kursi yang tadi siang di geretnya ke depan pintu kamar anak itu. Kursi itu kemudian menjadi salah satu alat komunikasi mereka di hari-hari mendatang.
Rumah besar itu terasa sangat sepi dan hambar. Tak ada percakapan apapun yang pernah terdegar selain suara televisi dan juga "ah-uh-oh" nya bibi setiap kali ingin mengatakan sesuatu pada tuan dan nyonya barunya. Memang, bibi memiliki cacat bawaan lahir tidak bisa berbicara.
Haechan tak pernah kelihatan membawa teman ke rumah. Ia selalu pulang pada waktunya. Seandainya ia harus bepergian atau pulang terlambat tak pernah ia lupa untuk mengatakannya pada bibi atau mrnyerahkan secarik kertas bertuliskan ke mana dia pergi, bersama siapa, alamat dan nomor ponsel teman yang pergi bersamanya lalu meletakkan kertas itu di kursi di depan pintu kamarnya. Kursi penghubung antara dia dan Mark.
KAMU SEDANG MEMBACA
SI PENGANTIN KECIL (MARKHYUCK)
Fiksi PenggemarMark hampir gila saat dia dipaksa menikahi seorang anak kecil, putera tunggal dari salah seorang paling berpengaruh di Korea Selatan. Kuliah saja tidak becus, bagaimana bisa menafkahi anak orang?? Ayah sinting mana yang dengan senang hati menikahkan...