"HADEH AKHIRNYA SELESAI,"
minhee rebahan di lantai ruang tamu rumahnya dongpyo. dia mejamin matanya sebentar sebelum akhirnya melek dan bangun lagi.
"matematikanya belum,"
cepet cepet minhee buka buku matematikanya, ngambil pensilnya. dia baca dan cermatin soalnya, terus nyoret nyoret di kertasnya.
"udah nggak tau, aku nyerah," kata dongpyo sambil naruh pensilnya. minhee ikutan, beda sana junho yang masih berkutat sama soal.
"makan kek, laper,"
dongpyo berdiri buat ambil cemilan. sedangkan minhee sama junho tetep di tempat. hp minhee bunyi nandain panggilan masuk. junho ngelirik minhee yang cuma ngelengos liat hpnya.
"nggak diangkat?" tanya junho. minhee gelengin kepala.
"nggak usah. nggak penting kok,"
junho cuma angkat bahu sedikit, terus lanjut nugas. nggak lama, dongpyo balik, bawa cemilan pastinya. minhee sorak antusias, asli otaknya capek buat mikir. dia kudu makan.
hp minhee bunyi lagi, kini menarik atensi seorang son dongpyo.
"angkat, hee. telepon itu,"
minhee ngambil hp nya, alih alih ngejawab telepon, dia malah nge reject panggilannya.
"loh?" heran dongpyo. tapi junho ngode ke dongpyo buat ngeiyain minhee aja. junho ngerti temennya itu nggak lagi baik baik aja.
waktu mereka asik ngobrol, panggilan masuk lagi ke hp minhee. kali ini minhee nyambar hp nya. dia berdiri terus menjauh dari situ.
"iya bun,"
"minhee lagi ngerjain tugas,"
"enggak main, ini ngerjain tugas,"
"iya bun, minhee pulang,"
"iya,"
"disuruh pulang?" tanya junho waktu minhee balik lagi. minhee ngangguk sambil nyengir.
"iya nih, hehe. aku duluan ya!"
bagi minhee, belajar udah jadi makanan sehari hari. karena itu dulu waktu kelas satu, dia jadi juara kelas. semakin dia pinter, semakin bangga orang tuanya.
semakin ngelunjak juga mintanya. gitu kata minhee.
juara kelas, caketos, olimpiade, semua udah pernah dicobain sama minhee.
nyangka gak lu minhe jadi caketos, itu semua gara gara permintaan bundanya.
dan anehnya, minhee gabisa nolak.
dan minhee capek jadi penurut.
"minhee pulang,"
"puas mainnya?"
minhee mejamin mata sebentar, nyiapin bahan debat.
"minhee belajar bun, bukan main,"
"ada buktinya?"
minhee hembusin napas kasar, "bunda selalu minta bukti, bunda nggak percaya sama minhee?"
"bunda cuma pengen kamu jujur,"
"jujur? selama ini bunda anggap minhee bohong?"
minhee ngacak rambutnya, "minhee capek harus belajar terus, minhee nggak punya banyak temen, minhee udah nurutin semua kata kata bunda sama ayah, apa masih kurang?"
"bahkan bunda sama ayah nggak pernah dengerin minhee, kalian nggak peduli sama minhee, kalian peduli sama nilai minhee!"
minhee ngelempar tasnya ke sofa, bikin bundanya kaget.
"terserah bunda mau percaya atau enggak. minhee udah bilang jujur sama bunda. terserah bunda mau anggap minhee anak yang kaya gimana,"
minhee naik ke kamarnya. ninggalin bundanya yang kaget sama perbuatan anaknya. terserah, minhee lega ngucapin semua itu tadi. cowok tinggi itu nutup pintu kamarnya, setengah dibanting. minhee langsung duduk di belakang pintu kamarnya, nggak nangis. minhee marah, bukan sedih.
minhee nggak pernah minta yang aneh aneh, minhee cuma minta satu hal. minhee cuma minta ayah dan bundanya bisa dengerin minhee.
minhee nggak akan minta yang lain, sebelum permintaannya ini terkabul.
lama sekali aku up nya.. maafkan aku...
kapan kapan aku bikin yg chajun jugadeh:)
kapan kapan!