04

287 42 0
                                    

seharusnya, kepulangan orangtua dari tugas di luar kota menjadi sesuatu yang menyenangkan bagi seorang anak.



dongpyo pikir juga begitu. tapi sepertinya, tidak selalu begitu.



"ayo mah, kita makan bareng!" usul dongpyo riang.

mama dongpyo tersenyum, "hari ini papah sama mamah ada meeting, pyo. jadi mungkin nggak bisa keluar lama lama."

"kalau nanti malem?"

"kamu tau kan, meetingnya mamah sama papah kalau selesai jam berapa," katanya lagi, sambil mengelus rambut putra semata wayangnya.

dongpyo tampak sedikit kecewa, namun sebuah ide terlintas di benaknya.

"kalo gitu, kita makan di rumah aja! spesial hari ini, mamah nggak usah masak. dongpyo yang masak, buat makan siang, gimana?"

mama dongpyo menunjukkan ekspresi setuju, "boleh! mamah bilangㅡ" bunyi dering ponsel menyela perkataan mama dongpyo.

"ㅡah sebentar mamah angkat telepon dulu. ya, halo?"

dongpyo tetap duduk di sofa sambil ngutak atik hp nya. grupchatnya dengan minhee dan junho rame, ah iya. dongpyo ada janji main sama mereka.

three maskenthir
junho, minhee, you

minhee
|WEY JADI GAK MAEN
|PYO
|JUN

junho
|tuan rumah bisa gak

minhee
|MASA GAK BISA SIH

junho
|siapa tau

minhee
|WEY DONGPYO

|gak bisa ges
|hehe maap

minhee
|NAPA PULA?
|oh
|mamah sama papah pulang?

|iyes
|mo maem
|ya kalo pada mau dateng gakpapa sih

junho
|gak usah pyo
|kamu qtime sama keluarga dulu
|kita kan udh sering

minhee
|nah iya
|sip, selamat qtime pyo

|oke
|makasiih


dongpyo mematikan layar hp nya waktu mamanya berjalan ke arahnya.

"maaf ya dongpyo, meetingnya dimajuin. mamah sama papah harus berangkat sekarang. kita makannya lain kali, ya?"

dongpyo senyum terpaksa, "iya nggapapa, mah. makan bareng kan bisa lain kali," katanya.

dongpyo berjalan ke kamarnya. sejujurnya, dia sedikit kecewa. sudah sebulan mama dan papanya ditugaskan di luar kota. dongpyo cuma ingin mereka punya waktu untuk ngobrol bersama.

"pyo? papah berangkat ya!" papa dongpyo muncul di ambang pintu, udah pakai setelan rapi. pria paruh baya itu mendekat.

"mamah udah cerita, besok kita makan bareng, oke? papah janji,"

dongpyo sudah tau, besok bakal jadi halu. janji bakal diingkari.

"iya, pah. udah sana berangkat. nanti telat!"

"oke! kamu emang anak yang ngertiin orangtuanya. papah sama mamah berangkat dulu!"




dongpyo memang berusaha ngertiin orangtuanya.


tapi orangtuanya nggak ngertiin dongpyo. bahkan untuk sekadar berusaha mengerti.

apa salah kalau seorang anak pengen punya waktu bareng orangtuanya? dongpyo cuma pengen ngembaliin momen yang hilang itu. hanya itu. sesederhana itu.

namun nyatanya, kedua orangtuanya pergi untuk bekerja, pulang juga untuk bekerja.

di saat dongpyo merasa kecewa begini, saat itulah dia ada di titik terberat dalam hidup.

dongpyo sempat berpikir, apakah dia masih harus bersyukur punya orangtua yang lengkap?



ya. harus.



tapi itu semua rasanya nggak berguna kalau untuk makan sama anaknya saja masih kepentingan kesekian.

dongpyo ini dianggap nggak sih, sama orangtuanya? dia kan anak mereka, wujud kasih sayang mereka. bukan cuma wujud pelampiasan hasrat!


senggak peduli itukah mereka, sampai buat ngajak dongpyo ke taman bermain aja mereka nggak sempat? dongpyo ini berharga nggak sih buat mereka? atau, dongpyo cuma dianggap sebagai pelengkap keluarga?




semuanya, lupakan dongpyo yang heboh di mana mana. nyatanya dia adalah anak yang kurang kasih sayang orangtua.

kasar, tapi itu kenyataannya.





three maskenthir
junho, minhee, you

|sini kerumah
|aku gajadi qtime
|sendiri nih cepetann

































up jam segini

yabiarin

daydreaming ;s.dongpyoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang