"Mandi sana! Kamar mandi ada di pintu sebelah kiri di dapur. Aku mau masak.", Tegasnya pada Rami.
Rami menurut saja dan langsung mengekor Pinia menuju dapur.
Dia tinggal sendiri selama ini. Batin Rami.
*****
"Baju dan celana ini pasti muat. Ah celana dalam!"
Kenapa aku yang jadi kerepotan sendiri?, Pikirnya.
"Ah, celana dalam Miki! Dasar cowok lembek!"
Pinia segera meraih telepon genggam dan menelpon seseorang.
"Kamu masih pake ga?!"
"..."
"Ohh udah kurusan ya? Kapan ke sini?"
"..."
"Oke, makasih Miki!"
Kutaruh di sini saja. Batinnya.
Pinia pun membuka seluruh baju basahnya dan meraih handuk, memakainya. Lalu, kembali ke dapur untuk memasak makan malam.
*****
Krieett
Hah?! Piny kok cuma pake handukan? Ga salah liat?!, Batin Rami. Seperti bergejolak dirinya karena terkejut melihat pemandangan seperti ini.
"Bajumu di dalam. Celana dalam itu punya sepupuku yg gemulai, pernah nginap di sini sama keluarga. Setelah itu, ke meja makan.", Perintahnya dingin.
"Baik.", Jawab Rami singkat.
Rami pergi ke kamar Pinia, dengan niat dari apa yang di perintahkan wanita itu.
Hmm, kamar yang sederhana dan rapi. Batinnya memuji.
*****
'Mengapa aku mau aja ngajak dia masuk ke rumahku?! Dadaku terasa berat..', batin Pinia.
Pinia duduk di pinggiran ranjang king size-nya, karena dia suka tidur sendiri di ranjang yang besar. Masih memakai handuk sambil berpikir yang tidak-tidak.
'Tapi dia kan suamimu, tidak! Tidak! Aku tidak mau melakukan yang seperti itu, ini hanya perjodohan karena perusahaan!', batinnya lagi.
Sementara, Rami sedang menahan gejolaknya karena baru pertama kali ini mereka berdua di dalam kamar yang sama tanpa baju hanyak handuk.
"Piny, aku izin memakai baju ya. Mohon maaf jika terlihat sesuatu, hehe...", goda Rami ke istrinya.
"Siapa juga yang mau melihat, aku juga mau pakai baju! Jangan coba-coba untuk mengambil keuntungan ya!", sahut Pinia kesal.
'Ternyata, Piny tidak pernah berubah. Pfft...'
