part 2 || Ayah?

10K 305 1
                                    

"Mamah?" Leon terbangun dari tidurnya. Hana yang sedang mengobrol bersama dengan kedua orang tuanya langsung berjalan menghampiri putranya.

"Kenapa sayang?" Tanyanya dengan mengelus rambut Leon dengan sayang.

"Siapa mereka?" Tanya Leon saat melihat kedua orang tuanya.

"Ah, mereka Nenek dan Kakek Leon. Orang tua Mamah, sayang." Aku memperkenalkan mereka.

"Leon sakit? Kenapa Leon sakit? Nenek kan jadinya khawatir!!!" Ucap Veronica khawatir dengan cucunya yang sakit itu.

"Leon baik Nek, Nenek tidak perlu khawatirkan Leon. Leon baik-baik saja jika ada Mamah disamping Leon." Ucap Leon membuat Hana tersenyum.

"Ow ya, Nenek senang kalau begitu. Leon tahu Nenek dan Kakek sudah mempunyai hadiah banyak untuk Leon dirumah nanti." Ucap Vero dengan penuh kebahagiaan.

"Benarkah?" Leon bertanya dengan sangat antusias. Ia senang jika Leon bahagia bersama keluarganya kembali.

"Nenek, Nenek dimana Ayah Leon?" Pertanyaan itu membuat Vero dan Darren memegang.

"A-yah....sedang-" ucapan Darren terpotong saat seseorang membuka pintu kamar.

"Ini makanan mu?"

"Ayah..." Panggil Leon kepada Jack. Hana menutup matanya sedangkan Jack menatap Leon dengan alis terangkat satu. Ia menaruh makanan Hana dimeja dan berjalan mendekati Leon.

"Hey...boy...bagaimana kabarmu?" Jack berada didepan Leon seperti mereka yang sudah kenal lama.

"Ayah kemana saja? Leon rindu Ayah. Kenapa Ayah tidak pernah menemui Leon dan Mamah? Apa Ayah tidak sayang dengan Leon?" Pertanyaan beruntut langsung terlontar dari mulut Leon.

"Ayah pergi bekerja, untuk membelikan Leon mainan dan makan untuk Leon. Leon harus mengerti itu!. Tapi sekarang Ayah tidak akan pergi lagi, Ayah akan selalu berada bersama Leon dan juga Mamah..." Jack melirik Hana namun Hana mengalihkan perhatiannya.

"Nak? Dimana Ayah Leon sebenarnya, katakan saja pada kami?" Hana menarik nafas panjang. Ia menatap Ibunya dengan wajah sendu.

"Ia meninggal saat aku melahirkan Leon, ia mengalami kecelakaan dan mobilnya hangus terbakar." Jawabnya, Vero merasa kasihan dan prihatin dengan anaknya itu.

"Biarlah Jack menjadi Ayah untuk Leon." Ucap Darren kepada putrinya itu.

Jack masih berbincang-bincang dengan Leon namun ia masih bisa mendengar percakapan kedua orang tuanya dan Adiknya. Ia menyeringai dan menatap Leon dengan pandangan yang sulit diartikan.

***

Brak

"Katakan, kalau dia itu Anakku?" Tubuhnya bergetar takut, apa yang harus ia jawab?.

"Dia bukan Anak mu? Aku tidak pernah mengandung Anakmu, lagian mana mungkin aku hamil Anak mu, Kak?" Ucapku dengan lancar. Beruntung sekali aku pintar dalam berkata-kata.

"Oh, begitu ya? Jadi dia bukan Anakku?" Jack mengelus lembut pipi Hana yang membuat sekujur tubuhnya merinding takut.

"Kau yakin, itu bukan Anakku? Padahal kita sering melakukannya sayang!!!" Boom....ini adalah Boomerang untukku. Aku menatap matanya dan tersenyum simpul.

"Kakak pikir sperma Kakak akan masuk kedalam rahimku, mungkin Kakak tidak pernah memakai pengaman tapi, aku tidak bodoh. Aku selalu rajin meminum obat pencegah hamil. Asal Kakak tahu ya? Sperma Kakak tidak pernah membuahi sel telurku." Wajahnya berubah menjadi merah.

Amarahnya memuncak disaat Hana mengatakan bahwa spermanya tidak pernah membuahi rahimnya. Itu sungguh merendahkan dirinya, ia terkesan seperti orang mandul Dimata Hana.

Ia memajukan wajahnya, berniat ingin mencium Hana.

"Ka-kak, a-pa yang kau inginkan?" Tanyanya dengan gugup. Ia terus menghindari bibir Jack namun Jack tidak pernah kalah. Ia akan dengan mudah mendapatkan apa yang ia mau.

Bibirnya telah menyentuh bibir Hana. Ia melumatnya dengan pelan mengirimkan sensasi aneh kepada Hana. Tubuhnya terlalu menempel pada tubuh Hana. Suara ketukan sepatu masuk kedalam Indra pendengaran Hana membuat ia semakin kuat memberontak dalam ciuman Jack.

"Hmp....HM......" Ia mendorong-dorong tubuh Kakaknya untuk menyingkir namun, Kakaknya malah semakin liar mencium bibirnya membuat ia ketakutan jika seseorang memergoki dirinya. Semakin lama bunyi sepatu itu terasa semakin dekat hingga dengan sekuat tenaga ia berhasil mendorong Jack.

"Ternyata kalian disini? Leon mencari Ayahnya, cepat temui dia Jack." Jack mangganguk dan pergi dari sana tanpa ada rasa malu sedikit pun.

Darren menghampiri putrinya dan merangkul pundaknya, "Ada apa?"

"Ah, tidak ada Ayah." Aku memeluk pinggang Ayah dengan manja.

"Jangan pikirkan tentang dia, pikirkan saja Anakmu." Aku mengangguk dan memeluk Ayah.

Andai kau tahu Ayah? Aku tidak tahu apa yang akan terjadi nanti. Bila aku mengatakan siapa dia?. Karena itulah aku takut membuat kalian kecewa semakin dalam kepadaku.

"Ayo, kita masuk?" Aku mengganguk dan masuk kedalam ruangan Leon. Di sana Jack mengendong Leon dan berdiri didekat jendela. Terlihat sekali Leon nyaman berada dalam gendongan Jack. Jack pun tidak terlihat keberatan, malah ia seperti sedang mengendong Anaknya.

"Bukanya Jack sudah pantas untuk menikah?" Tanya Mamah kepadaku.

"Ya. Kenapa tidak Mamah Carikan jodoh untuknya?" Tanyaku.

"Hush...sudah sering Mamah jodohkan tapi Kakakmu selalu saja mencampakkan mereka. Jadinya Mamah males untuk menjodohkannya lagi." Aku hanya mengangguk mendengarnya.

"Bagaimana kabar Nicholas dan Nathan?" Aku teringat dengan kedua Adik kembar ku.

"Ah, Meraka baik tidak usah dipikirkan. Lagian mereka berdua dapat dipercaya untuk mengurus perusahaan." Ucap Mamah kepadaku.

"Ow, aku sungguh penasaran dengan mereka berdua. Bagaimana wajah mereka? Apakah mirip dengan Mamah atau Ayah?" Tanyaku dengan menatap bergantian Ayah dan Mamah.

"Kau lihat saja sendiri lah. Mamah pusing memikirkan mereka berdua." Ucap Mamah sambil memegangi kepala.

"Hana, tinggalan bersama kita lagi?" Aku terdiam mendengar penuturan Ayah. Mataku menatap Jack dan Leon yang dengan posisi seperti tadi.

"Aku tidak bisa." Jawabku menunduk.

"Kenapa? Kau jangan takut dengan siapapun. Aku ini Ayahmu, Ayah akan selalu melindunggimu apapun yang terjadi." Aku meneteskan air mata. Ini sangat sulit bagiku.

***

Malam telah larut jam sudah menunjukkan pukul 12 malam lewat. Aku masih terjaga, seperti inilah jika Leon sakit aku akan begadang barhari-bari. Karena, rasa khawatirku jika aku meninggalkan Leon tidur aku takut Leon kenapa-napa.

"Apakah Leon senang disamping Ayah? Leon senang bisa bertemu dengan Ayah? Leon senang bisa digendong Ayah? Mamah tahu, Leon sangat senang hari ini."

"Mamah jadi tidak tega memisahkan Leon lagi dengannya. Apakah Mamah boleh egois untuk diri Mamah sendiri? Apa Mamah harus mengalah demi Leon? Mamah binggung." Perasaanku sekarang, perasaan gundah melingkupi hatiku.

Apakah mungkin ini memang takdirku? Jika memang iya, maka aku akan menerimanya dengan ikhlas. Bulan berarti ia juga mau menerima semua ini, tapi jika memang dia menolaknya mungkin semua akan bertambah rumit nantinya.

"Biarlah dia berjuang untukmu Nak. Sampai dia dapat memecahkannya baru Mamah akan mengambil keputusan untuknya nanti." Ucapku. Aku mengambil bantal leher dan berbaring di sofa dengan badan yang menghadap ranjang Leon.

Ia masih berpikir, ia akan terus berpikir sampai memang dirinya benar-benar mengantuk dan tertidur sendiri.

Ia memang selalu bergadang sampai jam 12 malam. Ia akan tidur paling lama yaitu 5 jam. Karena ia bekerja mencuci baju dan menyetrika pakaian orang.

Apapun pekerjaannya yang penting itu halal dan dapat mencukupi segala kebutuhannya walaupun ia tidak dapat hidup mewah seperti dulu lagi tapi ia senang bisa hidup dengan cukup dan tenang seperti ini.

~*~
*
*

MY Wife IS MY FAMILY ANGEL ( Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang