Room 5. ) throwback

1.4K 258 91
                                    

———

Ke enam remaja itu memasuki sebuah ruangan besar dengan banyak bilik didalamnya. Bilik kain yang menyambung satu sama lain, dengan sekat sebuah kain yang memisahkan ranjang satu dengan yang lainnya.
Jeno berjalan pelan, mendekati satu bilik disebelah kanan untuk mengecek isi dari sebuah kotak dari kardus yang tergelatak diatas tempat tidur.



" ini rumah sakit ya? "  ujar hyunjin sambil menoleh ke kanan dan kiri, badannya masih membopong jaemin yang sepertinya masih kelelahan.







" iya, "  jawab jeno lirih, " gue nemuin berkas atas nama lo young. "  Jeno melirik jinyoung serius, ditangannya ada sebuah kertas yang baru saja ia baca seluruhnya.




" lo pernah nabrak orang? " 




Perkataan jeno membuat seluruh pasang mata diruangan tersebut menatap jinyoung bingung, jinyoung meneguk salivanya kasar dan menunduk sedikit. Dengan berat hati dirinya mengangguk. " pernah, " 


" anjir gila lo— "

" Gue gak sengaja! "  jinyoung membantah omongan hyunjin dengan cepat, ditatapnya satu persatu teman-temannya dengan wajah serius. Tangannya mengepal, nafasnya memburu, darimana permainan konyol ini tau rahasia besar yang selama ini berusaha ia tutupi dengan rapi.


"  gue gatau dia siapa- yang jelas dia main lewat gitu aja waktu gue lagi ngendarain mobil di jalan raya. Gue— gak sempet ngerem dan cewe itu ketabrak gitu aja . . . " 


" cewek? "

Jinyoung mengangguk, " kalo gak salah namanya kwon eunbin. "

Mereka semua terdiam, hanya suara nafas yang menjawab penuturan jinyoung. Jaemin didudukan hyunjin pada sebuah kursi ditengah ruangan— jeno meletakkan kertas kertas yang dipegangnya, sementara sisanya masih menatap jinyoung tak percaya.












" jeno....sunwoo itu siapa? "  siyeon menoleh pada jeno sambil berkata lirih, jeno membulatkan matanya seketika, menatap siyeon dan menghampiri gadis itu di bilik ketiga sambil merebut kertas yang dipegangnya.

Jeno membaca setiap inti kalimat, keringatnya bercucuran, jantungnya berdegup kencang.



Gak mungkin.



" sunwoo siapa? "

" bukan urusan lo—" 

" terus kenapa lo pukul dia sampai mati?! " 

Nada bicara siyeon mengeras mengikuti suara jeno yang membentaknya, tidak ada raut takut pada wajah siyeon saat bertatapan dengan jeno. Jarak mereka dekat, hanya beberapa inci. Jeno mengacak rambutnya frustasi lalu duduk di tengah ruangan— disamping jaemin.




" dia temen gua, waktu sma disekolah gua yang dulu. Kita berantem, dia mukul gua tanpa sebab dan gua gaterima. Gua pukul dia dan ternyata pukulan gua terlalu kencang sampai dia jatuh ditengah jalan— "

Jeno menggantungkan kalimatnya, ditatapnya kertas tersebut lekat-lekat, matanya mulai berair, berusaha sekuat mungkin menahan emosi yang meluap didadanya— jaemin menepuk pundak jeno pelan— menenangkan pria itu.

" sampai ada truk yang lewat dan ngelindes badannya— gue cuma diem, gue takut. Gak ada seorang pun disana dan akhirnya gue lari. Gue lari ninggalin dia yang udah ancur lebur di jalan. "


jeno menundukan kepalanya, menarik nafas panjang sampai akhirnya dia merasakan sebuah sentuhan menepuk kepalanya pelan.

Na jaemin.

" semua orang pernah buat kesalahan, disesali atau tidak itu urusan masing-masing. "






" ini . . . Semua catatan riwayat kita? " ujar seoyeon mengacak acak isi kotak dari bilik kedua di sebelah kiri, matanya menyapu bersih semua tulisan yang ada, semua tercatat lengkap dengan foto dan rincian kejadian.





" hyunjin, lo pernah ngagetin temen lo sampe dia jatoh ke sungai terus hilang sampai sekarang. "

Seoyeon menatap hyunjin tak percaya, hyunjin hanya menelan salivanya kasar sambil mengangguk pelan.

" ini punya hwall– " seoyeon terus mengacak semua kotak yang ada didalam ruangan tersebut, entah apa fungsinya tapi ia yakin ada alasan dibalik semua permainan ini.

" hwall pernah nyebarin foto porno mantannya, lee nakyung yang dia ambil dari ponsel pribadinya nakyung. Nakyung bunuh diri memutus urat nadi nya di kamar mandi sekolah."



" holy shit— " umpat hyunjin pelan, tak menyangka jika sahabat nya pernah melakukan hal seburuk itu.

Hyunjin memang pernah berbuat kesalahan besar, namun hwall benar benar tak bisa dimaafkan.



" yeon— "

seolah tak mendengarkan apapun dan siapapun, seoyeon terus membalik balikan kertas seperti orang gila. dia benar-benar ingin tahu apa tujuan dirinya dan semua teman-temannya ada disana.


" jaemin– "

jaemin menoleh pada seoyeon, gadis itu menatapnya datar dan berjalan pelan sambil menyodorkan sebuah kertas ke hadapannya.








" kenapa lo biarin temen lo digigit ular sampai mati? " tanya seoyeon lirih

Jaemin menatap pasrah, entah apa yang harus dibicarakan– bibirnya serasa mati rasa. Tidak ada satu patah kata pun yang ia lontarkan selain sebuah helaan nafas.












" kita dipilih, karena kita pernah membunuh seseorang. "


Siyeon menatap teman-temannya satu persatu, tangannya terasa basah karena terus menghapus air mata yang jatuh. Dirinya tidak bodoh, pasti ada alasan dibalik semua permainan konyol ini.

" kita? " jinyoung mengulang kalimat siyeon dengan penuh penekanan, matanya memincing menatap gadis berambut panjang didepannya itu. " elo juga? "





Siyeon menatap sendu pada bola mata jinyoung , lalu mengangguk.



" gue pernah ngebully orang sampai dia bunuh diri . . . Gantung diri dikamarnya. " jawab siyeon lirih








Seluruh manusia yang berada didalam ruangan itu hanya terdiam, tidak ada yang berani berbicara, semua menunduk menyesali apa yang telah mereka lakukan dimasa lalu kini berbalik menghadang.

Nyawa dibayar nyawa, sepertinya.















































" gue gak nemuin catetan nya heejin, apa ada yang liat? "

Seoyeon menengok kanan dan kiri memastikan seluruh kotak yang sudah ia buka dari tadi, tidak ada punya heejin ia dapati.













" kalian sadar gak sih— "

Hyunjin menggantung kalimatnya sebelum akhirnya bangkit berdiri dan menatap teman-temannya satu persatu.

" cuma dia yang gak bawa undangan buat dateng kesini. "

Escape Room. +00lineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang