(n) : honeydew is a representation of the color of the interior flesh of a honeydew melon.
*
*
*"Ada sebagian kecil dari diriku yang ingin menaiki kereta pertama dan pergi begitu saja," kata Hangyul, jemarinya memainkan anak rambut Junho.
"Pergi kemana?"
"Kemana saja."
"Kita bisa pergi bersama," kata Junho dengan kesungguhan di tiap katanya.
*
*
*"Apa kau akan pulang?" tanya Junho. Di tangannya ada tujuh lembar kertas origami sementara kepalanya sekali lagi bersandar di bahu Hangyul. Mereka kini ada di tempat tidur Hangyul, duduk di lautan bangau kertas.
Hangyul memikirkan pertanyaan Junho dalam kepalanya. Ia ingin menjawab pertanyaan itu dengan sesuatu yang cheesy seperti, home is where the heart is or my home is with you, karena sungguh, bagi Hangyul, Junho adalah rumahnya.
Sebaliknya, ia menjawab "ya."
Mereka terjaga sepanjang malam, berbisik, membicarakan begitu banyak hal. Mereka mengorbankan tidur mereka untuk ini, untuk hari terakhir mereka bersama tahun ini. Mereka mengorbankan tidur mereka untuk saat-saat seperti ini, saat ketika tidak ada yang lebih berarti dibanding presensi satu sama lain.
Hangyul hampir tertidur, dan Junho menyelesaikan origami bangaunya. "Aku ingin menyelesaikan semuanya sebelum musim dingin tiba," kata yang lebih muda dan dia melipat lima ratus bangau kertas dalam dua bulan.
Waktu menunjukkan pukul empat pagi ketika Junho menyelesaikan semuanya dan mereka melangkah keluar. Junho menguap dan menggosok matanya yang lelah. Hangyul menelepon taksi dan mereka menunggu dengan duduk diatas rumput yang basah karena embun.
Sebuah tas hitam berada di pangkuan Junho. Sebuah tas hitam berisi sembilan ratus sembilan puluh sembilan pemikiran, harapan, keraguan, dan ketakutan Junho. Hangyul meminta sopir taksi untuk membawa mereka ke sungai Han.
"Apa kau yakin?" Hangyul bertanya ketika mereka menatap sungai yang mengalir dibawah kaki mereka. Ia memikirkan pelangi yang memenuhi kamarnya. Pelangi yang memenuhi hatinya. Pelangi yang membawa Junho padanya. Sebagian dirinya tidak ingin membuang pelangi itu begitu saja.
"Ya," jawab Junho. "I made the last one."
Aku punya dua keinginan dan seribu bangau kertas sudah mewujudkan salah satunya.
Mereka membuka tas hitam itu dan melepas ke-999 bangau kertas yang diciptakan Junho dalam waktu sepuluh bulan ke air. Sebagian bangau itu jatuh begitu saja, sebagian tertiup angin, sementara sebagian lainnya tenggelam dalam air.
"They flew," kata Junho. Dia menarik nafas dan merasakan ke-999 kekhawatirannya terbang begitu saja.
Langit yang berwarna gradasi antara pink dan orange berubah menjadi kebiruan. Hangyul memperhatikan Junho, yang sedang memperhatikan bangau kertasnya terbang dan berenang menjauh. Ketika Junho akhirnya berbalik dan menatap Hangyul, senyumnya lebar dan tanpa beban.
*
*
*Mereka menunggu kereta yang akan membawa Hangyul ke Incheon. Ketika kereta akhirnya tiba -- terlambat beberapa menit dari jadwal -- Junho menciumnya dan Hangyul berpikir bahwa mungkin orang-orang melihat tapi ia sama sekali tidak peduli.
"See you soon," Junho bergumam.
"Yeah," jawab Hangyul sebelum mencium Junho lagi.
*
*
*Hangyul memperhatikan bayangannya yang terpantul di jendela kereta. Ia memperhatikan bagaimana bangunan demi bangunan berlalu begitu saja sehingga ia bahkan tidak bisa memprediksi dimana ia berada sekarang.
Ia memikirkan tentang musim dingin, tentang kembali pulang dan bertemu teman-teman lamanya. Ia memejamkan mata, mensyukuri kebahagiaan yang kini melingkupinya. Bangau kertas keseribu Junho kini ada di saku coatnya, dengan tidak sabar ia membuka lipatan bangau kertas berwarna honeydew itu.
#1000 : I love you.
Fin

KAMU SEDANG MEMBACA
aku, kau, dan seribu bangau kertas || hangyul; junho✔️
FanfictionHangyul unravels a thousand paper cranes, and with them, Junho's heart. © dreamchatter start : 30/07/19 finish : 28/08/19