ebony

394 80 2
                                    

(n) : ebony is a representation of the color of the wood ebony, a tropical hardwood widely used to make fine furniture, notably for French kings.

*
*
*

Menurut Junho, kamar Hangyul benar-benar seperti pelangi, colorful. Menggantung di langit-langit, dalam jalinan benang demi benang terpasang puluhan atau mungkin ratusan origami bangau kertas -- origami Junho.

Origami ini berceceran di mana-mana; di rak buku, diatas meja, disekeliling jendela, beberapa tergantung diatas pintu, dan yang menarik perhatian adalah origami yang tergantung di dinding samping tempat tidur Hangyul.

Ini ironis, pikir Junho. Dari semua orang di universitas ini ia berakhir dengan Hangyul sebagai partner duet.

Lee Hangyul, orang yang kepadanya telah Junho tumpahkan semua titik dan koma. Semua rasa dan karsa. Semua kata yang tersembunyi dalam lipatan origami bodoh yang mungkin akan dibuang oleh orang lain. Tetapi Hangyul menyimpan setiap bangau kertas yang Junho kirimkan.

Mengapa?

"Wow," kata Junho ketika Hangyul mengundangnya masuk ke dormnya. Hangyul sepertinya mencoba untuk bergabung dengan pelangi yang memenuhi kamarnya.

"Pink?" tanya Junho, mencoba menyembunyikan ketertarikan dari suaranya.

"Aku hanya ingin mencoba sesuatu yang baru," jelasnya. "Sedikit tidak nyaman. Aku mungkin akan mewarnainya menjadi coklat lagi ketika warna asli akar rambutku sudah kembali."

Suara Hangyul lebih jelas dibanding beberapa hari lalu. Junho ingat bagaimana sosok didepannya ini terlihat sangat rapuh dengan selimut yang menutupi dagunya. Bagaimana ekspresinya yang sangat tenang walau dia sedang sakit.

Seungyoun -- diberkatilah Seungyoun hyung dan segala kebaikan hatinya -- menolak membiarkan Hangyul yang sakit begitu saja sehingga dia menemui Junho dan meminta bantuan. Sekarang Hangyul terlihat 1000 kali lebih sehat walaupun kantung matanya masih nampak mengenaskan.

"Aku menyukainya," kata Junho. Ia tidak yakin mengapa ia mengatakan hal itu, tetapi Hangyul seketika menegang sebelum sebuah seringai tergambar diwajahnya dan seketika Junho merasa ia mulai kesulitan bernafas.

Hangyul berdeham, dia menari kursi belajarnya dan mempersilahkan Junho duduk sementara dia sendiri memilih duduk di tempat tidurnya. "Jadi tentang project ini. Maaf, karena tiba-tiba aku bertanya seperti ini. Eum.. jika kau -- jika kau tidak ingin berduet denganku atau mungkin kau sudah memiliki rencana lain, it’s fine. You don’t have to do the project if you don’t want to," dia tergagap.

"Of course I want to do the project. Aku tidak akan mengiyakan jika aku tidak ingin melakukannya," Junho meyakinkan. Hangyul terlihat terkejut, seperti dia memperkirakan Junho akan menarik kata-katanya kembali dan menelantarkan Hangyul begitu saja.

"Oh," Hangyul menjilat bibirnya yang kering. "Okay then. That’s—good.
Really good. Apa kau sudah memiliki ide lagu yang ingin kau mainkan?"

Junho menggelengkan kepalanya, "Anything you want is fine. Apa kau sudah memikirkan sesuatu?"

"I --- yes," dia terlihat sedikit malu mengakuinya. "Kurasa ini bukan lagu yang dikenal general public. It's different," katanya. "Ini beresiko."

aku, kau, dan seribu bangau kertas || hangyul; junho✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang