persian blue

435 82 4
                                    

(n) : Persian blue is a representation of the color of the mineral lapis lazuli which comes from Persia and Afghanistan.

*
*
*

Hangyul menggosok matanya yang terkena cahaya matahari dari jendela. Entah kenapa kelas primavista vokal yang biasanya ia sukai menjadi sangat membosankan. Ia lebih memilih memandang keluar melalui jendela dan mengabaikan dosennya yang mengoceh didepan kelas.

Pandangannya jatuh pada kumpulan pohon maple di taman universitas. Seseorang -- seorang pria, sepertinya -- berdiri di samping pohon maple terbesar. Si orang asing sedang mendongak dan menatap langit. Perlahan Hangyul mengikuti pandangan orang asing itu. Ia mengenal orang itu -- apa dan bagaimana ia mengenalnya sama sekali tidak penting.

Perhatian Hangyul teralih ketika profesornya mengumumkan bahwa kelas telah berakhir, ia keluar dengan tergesa namun ketika ia memandang tempat yang sama sosok itu telah pergi. Dengan bingung ia memandang ke segala penjuru, mencari tahu keberadaan seseorang yang bahkan hanya ia lihat selama 2 menit. Ia merasa bodoh karena mengira bahwa sosok itu adalah sosok yang sama dengan sosok yang mengirimkan ratusan bangau kertas. Perasaan itu mengikutinya selama sisa hari.

Dalam perjalanan pulang ponselnya berdering, sebuah katalk dari Yohan yang meminta -- sedikit memaksa -- Hangyul untuk menemaninya pergi ke coffee shop tempat crush-nya bekerja. Sudah hampir pukul 11 malam tetapi s i pria asal Seoul meyakinkan Hangyul bahwa coffee shop itu buka selama 24 jam.

Yah, besok hari minggu, rasanya tidak masalah memberi sedikit dukungan moral pada temannya yang sedang jatuh cinta. Jadi ia melangkah keluar kampus dan menuju coffee shop favorit Yohan.

Ia memejamkan mata selama beberapa detik ketika udara dingin yang menyenangkan menyambutnya begitu ia memasuki coffee shop. Ia menghirup aroma menyenangkan biji kopi dan seduhan coklat panas. Yohan yang sedang duduk di salah satu meja seberang pintu melambaikan tangan.

Ia menghampiri temannya yang serta merta menyodorkan blackcard-nya, meminta Hangyul memesan karena dia terlalu gugup bila berada dalam radius 2 meter dari Kang Minhee. Hangyul harus menahan diri agar tidak menertawakan yang lebih tua didepan umum. Tapi dibanding menganggu Yohan ia memilih berdiri dan berjalan menuju counter.

"Jika kau tidak keberatan, silahkan duduk selagi aku membuatnya. Aku akan membawakan pesananmu ke meja," tawar Minhee. Sedikit aneh karena itu diluar prosedur normal ketika costumer mengambil pesanan mereka sendiri tetapi Hangyul memutuskan tidak berpikir terlalu keras dan berterimakasih sebelum kembali ke sisi Yohan.

Hangyul mendudukkan diri disamping yang lebih tua sebelum mengamati bagaimana buku-buku Yohan tersebar merata diatas meja. Dia memilih tempat duduk paling terpencil di coffee shop ini, sebuah tempat duduk di sudut, dimana pengunjung lain tidak bisa melihat mereka secara langsung tapi mereka bisa memperhatikan pekerja dan pengunjung coffee shop ini.

"Aku suka tempat duduk ini," gumam Yohan.

"Yeah, disini lebih tenang," Hangyul menyetujui sembari mengeluarkan buku-bukunya sendiri. Ia baru mulai mengerjakan lagu untuk resitalnya ketika Minhee tiba, menempatkan latte Hangyul dengan hati-hati di bagian meja yang bersih dari buku.

"Umm, seseorang memintaku memberikan ini padamu," katanya sembari meletakkan sepiring macaron diatas meja. "Seorang customer membelinya untukmu dan dia juga memintaku menyerahkan ini," kata Minhee sembari mengulurkan sebuah origami bangau berwarna biru dari kantong apronnya.

"Oh. Itu -- terimakasih," kata Hangyul dengan terkejut sembari menerima origami yang diulurkan Minhee. "Bisakah kau memberitahuku siapa yang memintamu memberikannya padaku?"

Minhee menggelengkan kepalanya, "maaf, tapi dia memintaku untuk tidak mengatakannya."

"Baiklah, terimakasih," kata Hangyul pelan, Minhee mengangguk dan kembali ke counter-nya.

Hangyul sadar Yohan memperhatikannya dengan mata menyipit. Dia penasaran, Hangyul tahu. Selama beberapa saat mereka kembali berfokus pada pekerjaan masing-masing, tetapi rasa penasaran Yohan sepertinya tidak bisa dikalahkan. Dia menutup laporannya dan memandang origami diatas meja.

"Apa itu?"

"Origami bangau. I've been getting two of these every day from someone."

"Dari siapa?"

"Jika saja aku tahu," Hangyul menggumam.

"Itu romantis kau tahu," kata Yohan sembari mengangkat alisnya dengan tampang menggoda. "Mungkin seseorang menyukaimu sehingga dia mencoba untuk mendapatkan perhatianmu."

"Tidak seperti itu," Hangyul menyangkal. Ia tidak mengatakan bahwa ia sedikit berharap kata-kata Yohan menjadi kenyataan.

Yohan masih memandang Hangyul tidak percaya sedangkan Hangyul sendiri memilih mengerjakan tugasnya kembali. Ia mengabaikan Yohan yang sepertinya mencoba melubangi kepalanya hanya dengan sebuah tatapan. Yang lebih tua akhirnya menyerah dan kembali fokus pada laporannya.

Entah Yohan yang terlalu pintar atau bagaimana, tidak biasanya dia selesai lebih dulu dibanding Hangyul. Ketika dia mengemasi barang-barangnya Yohan membocorkan sedikit informasi tentang Minhee.

"Untuk project akhir tahun, kita biasanya dipasangkan dengan mahasiswa dari major lain. Kupikir aku ingin melakukan sesuatu yang berbeda tahun ini, daripada berduet dengan instrument major kurasa aku ingin berduet dengan dance major. Aku melihatnya secara tidak sengaja karena music studio kita letaknya bersebelahan dengan dance studio tapi," Yohan menarik resleting tasnya. "Dia luar biasa, Hangyul. Kau harus melihat bagaimana gerakan dancenya -- it was like water. He's really talented," kata Yohan sedih. Aneh.

"Kau harus memintanya menjadi partnermu kalau begitu," saran Hangyul.

Yohan menggelengkan kepalanya dengan lesu, "aku tidak bisa melakukannya."

"Mengapa tidak?"

"I just-can't. I'll find someone else to work with."

Hangyul ingin memberi lebih banyak dorongan pada temannya itu tetapi yang lebih tua sudah berdiri dari tempat duduknya.

"Terimakasih untuk malam ini. Tomorrow night as well?" tanya Yohan.

Hangyul mengangguk dan mengucapkan selamat malam pada Yohan yang kemudian segera bergegas keluar dari coffee shop.

#308 : nikmati macaronnya dan pastikan untuk menjaga kepalamu tetap dingin. Aku tidak ingin kau tidak terkena heat stroke dan berakhir di rumah sakit universitas.





TBC

Aku pernah kena heat stroke dan sumpah aku ga pingin ngalamin lagi :(

aku, kau, dan seribu bangau kertas || hangyul; junho✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang