Part 7

128 23 6
                                    

HAPPY READING.

Seokjin merasa bersalah karena dirinya yang mempertanyakan itu semua, Joohye jadi menangis.

"Seharusnya aku tidak menanyakan ini semua padamu. Aku minta maaf, Joohye. Karena diriku yang penasaran ini, jadi memaksamu untuk mengungkit itu semua," ucap Seokjin pelan sambil mengusap punggung Joohye, berusaha memberinya kekuatan.

"Tidak apa, oppa. Aku juga ingin membaginya sedikit denganmu. Maaf juga karena aku curhat panjang lebar yang tidak penting seperti itu," ujar Joohye sambil mengusap sisa air mata yang masih menggenang di pipinya.

"Tidak penting apanya? Justru aku senang jika kau mempercayaiku dan mau terbuka denganku seperti itu. Jika kau perlu teman curhat atau sekedar sandaran saat kau lelah, jangan segan-segan menghubungiku," ucap Seokjin sambil membantu mengusap air mata Joohye di pipinya.

"Terima kasih banyak, oppa. Kau begitu baik padaku. Bagaimana caranya aku membalas semua ini?"

"Eumm, masakkan aku masakan buatanmu jika tanganmu sudah sembuh," ucap Seokjin kemudian disusul tawanya yang khas.

"HAHA, baiklah, oppa. Dengan senang hati," ucap Joohye dengan tawanya. Meski sedikit dipaksa dan tidak terlalu lebar.

Melihat Joohye yang kembali tertawa seperti itu, membuat Seokjin ikut senang.

Ia tahu, Joohye pasti adalah wanita yang baik hati. Tidak mungkin dia tega mengkhianati Namjoon. Tapi, kenapa Namjoon dengan mudahnya menceraikan Joohye? Ya, dia tahu juga bahwa itu adalah haknya.

Tapi, tunggu dulu. Seokjin ingat tadi Joohye mengatakan entah karena hasutan atau sebenarnya salah paham. Apa maksudnya hasutan? Apakah Namjoon dihasut seseorang untuk menceraikan Joohye? Entahlah, Seokjin tidak mau terlalu kepo dan menyuruh Joohye bercerita lagi. Dia tidak mau membuat Joohye kembali bersedih dengan mengungkit masa lalunya.

Hari itu pun mereka mengisi waktu dengan berbincang-bincang tentang kehidupan Seokjin maupun Joohye sehari-harinya. Untuk lebih saling mengenal satu sama lain.

Joohye dan Seokjin juga memiliki beberapa kebiasaan dan hobi yang sama. Seperti hobi memasak, bermain piano, dan membaca novel romansa.

Sungguh, mereka merasa sangat cocok dan nyambung satu sama lain. Seokjin pun sesekali melemparkan Joohye dengan dad jokes-nya yang garing. Meskipun begitu, Joohye merasa bahagia karena dengan sejenak ia bisa melupakan masalahnya.

Sampai tak terasa, jam sudah menunjukkan pukul 16:10. Joohye akan berangkat bekerja 50 menit lagi. Tapi ngomong-ngomong, kenapa Hyoonie belum datang juga, ya? Dari jalan-jalan. Padahal biasanya tidak sampai pukul 15:00 ia sudah pulang. Hmm, mungkin mereka tidak hanya ke kebun binatang. Mungkin ke suatu tempat lain juga. Sudahlah, yang penting Hyoonie bahagia bersama ayah dan istri baru ayahnya. Pikir Joohye.

Seokjin menengok arloji yang menempel pada pergelangan tangannya.

"Astaga, tidak terasa waktu berjalan begitu cepat."

"Kenapa, oppa? Kau ada pekerjaan hari ini?" Tanya Joohye yang melihat ekspresi Seokjin yang sedikit kaget.

"Tidak juga. Aku hanya tidak menyangka, menghabiskan waktu hanya dengan mengobrol denganmu bisa terasa secepat ini," ucap Seokjin disertai dengan tawanya yang khas itu lagi.

"Kau ada-ada saja, oppa," ujar Joohye dengan sedikit kekehan.

Mereka masih asyik mengobrol sambil bersenda gurau, sehingga tidak menyadari kehadiran Namjoon dengan Hyoonie dan Sooji. Tapi, Hyoonie digendong seperti karung beras pada bahu Namjoon. Ia pasti tertidur.

My Selfishness [KNJ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang