Bab. 4

5 1 0
                                    

Kami berada ditokoh es krim ternama milik palzaroom, kak Sam sedang memesan emapat mangkuk es krim raibow. Kalian bingung mengapa emat, tentu saja aku yang mendapatkan mangkuk ke empat itu hehe.

Ewil sibuk menghitung jumlah es krim pada buku menu, aku hanya memandangi orang-orang yang berlalu lalang dari tembok kaca tempat ini. Fikiran ku dipenuhi dengan rangkaian kata untuk menjelaskan tentang Fradika pada ayah, aku akan mengatakan ribuan pujian sebelum menjatuhkannya. Malam ini akan ku coba untuk menjelaskan semua kekonyolan ini pada ayah.

Hp ku bergetar, ada chat.

orang aneh : apa kau sudah menyelesaikan makalahnya batu.

Yang benar saja, dia mengatai ku batu, jika aku batu lalu dia apa. Seekor kera?

Aku : maaf tuan, kau salah orang. Ini bukan batu ;)

Orang aneh : lalu ?

Aku : lubang kloset, puas 💩

Orang aneh : pantas saja bau mu seperti selokan.

Sial, aku dibully. Aku hanya mengeread pesan chat itu. Oh iya, apa kalian tau siapa orang aneh ini? coba tebak!

Yups, yang menjawab Bilal kalian harus mendapat piala oscar teman. Aku tidak berbohong tentang orang aneh ini, dia bertingkah dingin pada ku tapi aku melihat ada kepedulian dari semua tingkah anehnya. Waktu itu aku terburu-buru mencari tempat duduk di aula untuk menyaksikan pelantikan ketua OSIS yang baru, tiba-tiba dia menarik ku saat ingin mendaratkan pantat ku disalah satu kursi panjang.

"Apa?" tanya ku datar, jangan heran. Semua ekspresi hanya kusimpan didalam kantong jika berada disekolah, kalian ingat kata Lukas waktu itu bahwa aku sangat cantik jika tersenyum. Jadi aku tidak mau memikat orang-orang bucin dari sekolah ini dengan senyuman ku, aku sok cantik? Persetan.

"Duduklah jika kau mau pantat mu dipenuhi permen karet" Bilal melepaskan tangannya dari lengan ku dengan kasar lalu pergi kebangku belakang yang masih kosong. Saat aku liahat, benar saja ada gumpalan permen karet besar disanan.

Kalin pasti tau ini ulah siapa, Lukas mendekati ku lalu berbisik "tolong cari tempat lain saja cantik, ini ku persiapkan kusus untuk Ratna"
Aku bergidik melihat kelakuan jahil anak ini. Hanya karna ditolak dia
benar-benar jadi gila, Ratna menolaknya karena Ratna tidak suka cara Lukas mengunyah permen karet hingga berdecak seperti sepatu karet yang bergesekan. Jangankan Ratna, aku rasa semua orang akan satu suara dengan Ratna. Tak jarang Lukas menyemburkan air liurnya karena berbicara sambil mengunyah, iyuwww.

"Sinting" aku menoyor kepala Lukas lalu melewatinya begitu saja, dia tertawa. Lihat, dia itu tidak waras. Dalam keadaan apapun pasti tertawa, dihina atau dipuji dia akan tertawa. Aku pernah menyarankan padanya untuk membuat produk permen karet bermerek Ketawa dengan dua farian rasa, rasa liur dan rasa jijik. Tapi dia menanggapi saran ku dengan TERTAWA.

Aku jadi senyum-senyum seperti orang gila sekarang, mata menatap hp tapi pikiranku berada jauh bersama hayalan menjijikan tentang Lukas. Ada tangan kecil menghantam bibir ku, jangan ditanya siapa. Tentu itu tangan Ewil, kalian tau apa yang dia katakan "bawa aku pulang, aku malu punya kakak gila"

Seketika tawa ku pecah, Ewil memang cengeng dan manja tapi dia ini anak yang pandai berbicara. Aku berfikir untuk menjadikannya seorang pengacara suatu saat nanti, yahh siapa tau bisa terkenak seperti Bang Hotman kan. Kak Sam datang dengan dua mangkuk besar es krim "hey ada apa ini, apa ada hal seru yang aku lewat kan" dia duduk lalu menunjuk keseorang pramu saji yang sedang membawa nampan berisi beberapa minuman dan sisa es krim pesanan kami " bantu dia Irene"

Aku beranjak menghampiri pramu saji itu, dia tersenyum. Manis sekali, saat aku berbalik hendak kembali pada meja kami Kak Sam sudah tertawa gila memandangi Ewil yang mengoceh, lalu dia meraik hp ku. Ehh mau apa, tak lama Kak Sam dan Ewil berbisik lalu tertawa gila bersama, saat menyadari kehadiran ku mereka berdua kompak menutup mulut.

"Ewil apa yang kau katakan" aku memegang ringan puncak kepala adik ku itu setelah meletakan es krim yang ku bawa tadi.

"Tidak ada" suara Ewil seperti dipaksakan menahan tawa. Aku menatap sinis pada Kak Sam meminta penjelasan.

"Sejak kapan kau jadi bahan bangunan" kata kak Sam disela-sela tawanya, sekarang aku tau yang terjadi.

"Membaca chat pribadi orang lain itu tidak sopan" kurampas paksa hp ku dari tangan kak Sam

"Iya iya kera ku sayang" iyuww, aku jadi ingin pulang. Kak Sam harusnya tau seberapa penting privasi bagi diriku, untung saja kami lahir dari rahim yang sama jika tidak sudah ku keluarjan isi perut bayi-bayi gila ini.

Aku menghentakan kaki jengkel, duduk dengan kasar lalu menyendok es krim ku hingga topingnya jatuh berantakan ke meja. Dua saudara nakal ku ini hanya mengikik geli, sungguh tidak ada yang lucu disini.
Dalam sekejap aku sudah membinasahkan satu mangkuk es krim jumbo, aku masih ingin lagi.

"Jika tidak mau biar aku yang makan" kurampas es krim hak milik Ewil yang baru berkurang satu sendok, toping wafernya pun sudah menciut seperti kerupuk terkena es krim yang muali mencair.

"Hey, apa selama ini kamu hidup dihutan belan tara" Kak Sam menepuk tangan ku kasar, lalu mengambil lagi mangkuk es krim milik Ewil dari cengkraman ku.

"Ya, dan kalian hanya orang hutan yang baru melihat hp" grutu ku dengan suara yang menekan, aku kesal. Ewil dan Kak Sam sibuk dengan hp mereka masing-masing. Tidak, Yang Ewil pakai itu punya ku dan aku diabaikan. "Dan aku seperti orang dungu yang menonton kalian" aku membuang muka. Ewil mengembalikan hp ku, entah merasa bersalah atau apa. Dia mulai memakan es krimnya yang sudah mencair.

"Apa dia cantik" Kak Sam mengulurkan hp yang menunjukan potretnya bersama seorang gadis manis dengan hidung yang sangat mancung.

"Siapa" kata ku kembali menatap meja.

"Dia yang akan menjaga ku di Kanada nanti" Kak Sam tersenyum memandangi layar hp nya.

"What, untuk apa? Kenapa kesana? kakak berlibur tanpa aku?" lihat sekarang orang-orang disekitar kami memperhatikan aku yang berbicara kasar dengan satu tangan menggebrak meja dan yang lainnya menunjuk dadaku sendiri, mungkin mereka akan mengira aku gadis yang tidak sopan. Persetan dengan itu, sekarang bayi besar ini harus dihakimi.

"Dengarkan dulu batu" Kak Sam memegang bahuku menyuruh duduk, sekarang aku duduk dengan tangan terlipat meminta penjelasan. Dan kalian tau apa yang dilakukan Ewil, menangis.

Kak Sam merangkul dan membisikan mantra ajaib lalu memberi Ewil tontonan dari hp nya. Dirumah kami adalah keluarga yang jauh dari kekasaran, sedikit saja kata kasar maka ibu akan mengeluarkan materi agama tentang akhlakul karimah secara rinci. Bagai mana dengan ayah ku yang kubilang selalu berteriak? Nanti kuceritakan, berteriak cara ayah ku berbeda dari orang kebanyakan.

"Katakan" aku menyondongkan wajah ku pada Kak Sam dengan ekspresi jahat, apa sekarang aku sudah seperti polisi yang mengintro gasi tahanan.





Wehh Irene sangat berbakat menjadi seorang polisi rupanya, wkwkw
Coba tebak, apa yang akan dilakukan kak Sam di Kanada nanti.
Jangan lupa dukungannya yah guys, suara kalian seperti emas bagi saya. Ciyaaaa,,,,,

ConfusedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang