Note : Vote sebelum membaca dan coment setelah membaca
****
"Selalu ada alasan dibalik seseorang yang pergi meninggalkan luka. Mungkin kita merasa disakiti. Namun sebenarnya, orang itu lah yang lebih jauh tersakiti."
****
Setelah Rey mengantarkan Geisha pulang. Kini, ia berada di sebuah taman dekat dengan komplek perumahannya. Ia hanya sendiri. Karena Dion, Rakha dan juga Eza tadi ikut pamit pulang dan berpisah saat dicafe.
Bukan tanpa alasan Rey berada disini. Dirinya hanya butuh ketenangan sebelum kembali ke rumah. Rumah yang begitu kosong dan sepi. Sejak kecil Rey selalu mendengar pertengkaran orang tuanya hingga sebuah kecelakaan menyebabkan mereka berpisah selamanya.
"Kalo sudah dewasa kamu harus jadi lelaki yang bertanggung jawab ya. Jangan pernah menilai sebelum mengenal. Gak boleh iseng dan harus nikmatin hidup kamu. Terkadang kamu akan mengalami kegagalan tapi dibalik itu sebenarnya kamu hanya mencari jati diri."
Kalimat itu selalu teringat dalam pikiran Rey. Kalimat terakhir yang dilontarkan Almarhum papanya sebelum kecelakaan itu terjadi.
Prinsip laki-laki pantang menyakiti wanita. Namun, Rey selalu mendengar orang tuanya bertengkar karena sebuah kesalahpahaman.
"Rey kangen papa. Mama udah gak sama. Mama udah punya keluarga baru. Rey gak nyaman." Gumam Rey sembari menatap sebuah foto di dalam dompet.
Rey menerawang setelah kecelakaan itu terjadi. Ayahnya dirawat beberapa hari hingga menghembuskan nafas terakhirnya. Sementara, Mamanya nampak kehilangan. Hanya kejadian itu yang ia ingat, sebelumnya sama sekali tak ingat.
Sebuah tangan mengulurkan minuman dingin kehadapan Rey, ia mendongak dan menatap orang dihadapannya datar.
"Di minum dulu, jangan kebanyakan ngelamun." Rey mengambil minuman tersebut dan memasukkan foto yang tadi ia pegang ke dalam jaket.
"Thank you" Kata Rey dan merasakan orang itu duduk disebelahnya.
"Ternyata bener ya, Gak ada orang di dunia ini yang benar-benar sempurna. Tapi, menyerah dengan keadaan bukan alasan untuk menghindar. Apapun masalahnya dia akan terus menghampiri." Setelah menyelesaikan kalimatnya gadis ini tersenyum.
Rey membenarkan dalam hati. Dan memandang kosong orang yang berlalu lalang didepan. Taman ini nampak ramai dengan anak kecil. Dan tetap saja Rey merasa kesepian.
Rey melirik gadis disebelahnya, "Lo yang tadi pagi terlambat kan?" Gadis itu pun menoleh lalu mengangguk ketika mendengar Rey berbicara.
"Lo terlambat dua puluh menit, hormat tiang bendera sekarang" Rere mengingat ucapan Aurin padanya tadi pagi.
"Itu-"
"Ucapan lo ketika ada murid terlambat kan?" Potong Rere membuat Rey mendengus. Ia membenarkan posisi duduknya hingga berhadapan dengan Rey.
"Kenapa lo gak ngehukum gue dan malah bantuin gue?" Rere memandang Rey curiga.
"Lo kenal gue sebelumnya atau lo stalker gue?" Tanya Rere dengan percaya diri.
Sejak pulang sekolah ia hanya bertanya-tanya dalam hati tentang pernyataan Aurin. Jika benar Rey tegas seperti yang dibilang warga sekolah seharusnya ia juga dihukum kan.
"Kenapa diem? Bisu?" Ucap Rere lagi karna melihat Rey tak kunjung berbicara dan terus memandang kosong ke depan.
"Kalo orang ngomong tuh di jawab. Dengerin. Tatapan matanya. Gak sopan banget si." Tepat setelah mengatakan itu Rey menoleh dan mendekatkan diri ke arah Rere. Rere melihat itu langsung terdiam. Ia gugup setengah mati. Mata Rey mengingatkan Rere dengan seseorang.
KAMU SEDANG MEMBACA
If I Can't Love Him
Teen FictionRey Andrenata sosok sempurna yang telah berpacaran dengan Geisha Varisya Aquella, ratunya SMA Laskar Dream. Hingga kedatangan siswi baru Reninda Pricilia Zeynin, membuat amnesia yang diderita Rey selama ini perlahan sembuh. Potongan Puzzle yang Rey...