💔 3. Guru Privat

37 4 0
                                    

               Mama belum pulang. Biasanya setelah salat Dzuhur sudah ada di rumah. Memasak makan siang untuk kami. Aku dan mama. Berhubung lapar, aku memutuskan memasak nasi goreng. Lagian aku sudah belajar memasak dari mama. Semoga rasanya tak membuat mama sulit menelannya.

Aku terkekeh sendiri membayangkannya.

Sudah ada nasi di rice cooker. Aku mengambil bahan-bahan lain di dalam kulkas. Sosis, bawang bombai, tomat, sawit putih dan tiga butir telur. Bahan-bahan itu aku iris. Setelah itu aku mengulek bumbunya.
Kemudian aku menyalakan kompor gas, memanaskan wajan berisi margarin.

Saat margarin udah cair, aku menumis bumbu bersama bahan lainnya. Memasukkan nasi lumayan banyak.

Hum ... wanginya.

Nasi goreng sudah matang. Mengecilkan kompor. Lalu membesarkan lagi saat menggoreng telur dadar. Setelah matang, aku menyajikan di meja makan.

Bertepatan dengan itu pula pintu depan diketuk.

Pasti mama!

Aku membawa kaki ke pintu. Membuka pintu yang terkunci.

"Assalamu'alaikum," ucap mama setelah melihatku.

Wa'alaikumussalam.

Aku meraih tangan mama, membawanya di depan bibir.

Aku tak akan sadar ada seorang laki-laki remaja di belakang mama. Andai saja mama tak menegurnya untuk ikut masuk ke dalam rumah.

"Masuk, Candra!" Aku tentu saja langsung menoleh ke belakang. Di sana memang berdiri Kak Candra. Ada motornya juga di halaman. Kenapa aku tak mendengar suara motornya ya?

Kak Candra berjalan mengikuti Mama ke ruang tamu. Tepat sampingku. Namun, tak lama, karena aku ke kamar, mengambil dua benda kesayangan. Lalu kembali ke ruang tamu saat sudah berada di genggaman.

"Anggrek, sini!"

Aku menurut. Duduk di samping mama. Sepertinya akan ada yang mama utarakan.

Aku teringat nasi goreng yang kubuat. Akan tak enak kalau di makan saat dingin. Aku menulisnya di notes. Lalu menunjukkan pada mama.

"Ma, aku masak nasi goreng!"

Mama tersenyum membaca tulisanku. Matanya beralih ke Kak Candra.

"Kita ngobrol sambil makan siang aja ya, Candra. Kamu juga pasti belum makan, kan?"

Kak Candra terlihat akan menolak, tetapi mama sudah menyela. "Kamu janji loh, mau makan di rumah tante lain kali."

Kak Candra akhirnya mengangguk patah-patah. Ia sungkan atau apa?

Aku tak menyangka setelah seminggu mengenalnya, akan bertemu lagi. Di sini, di rumahku. Eh? Memangnya akan bertemu di mana lagi?

"Maaf ya, Ma, Kak Candra. Kalau cuma nasi goreng aja. Rasanya nggak bikin tersedak kan?" tulisku.

Mama tersenyum. "Rasanya malah enak kok, Sayang." Mama menoleh pada Kak Candra. "Iya kan, Candra?"

"Iya Tante. Ini bahkan lebih enak dari yang pernah aku masak," ucap Kak Candra sambil terkekeh.

Aku mengulum senyum. Setidaknya tak memalukan untuk seorang perempuan.

"Anggrek ... Candra akan jadi guru privat kamu!"

Aku yang akan menelan makanan langsuk tersedak.

"Kok kaget sih, ini minum." Mama memberiku segelas air yang langsung kuhabiskan.

Jadi guru privat? Maksdunya Kak Candra mengajariku? Bukannya Kak Candra sekolah? Kok bisa?

Seakan mengerti pertanyaan yang ada di pikiranku, mama menjelaskan. "Kamu tahu, kan, Anggrek? Kamu tidak diizinkan." Mama menatapku. Oh ... aku mengerti.

Kita dan Kata (ON HOLD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang