6. Nge-date Perusak Suasana 01

117 44 3
                                    

Sudah sedari 10 menit Tina menatap putranya,  Bagas yang terus-terusan tersenyum tak jelas. Ia merasa takut,tak biasanya Bagas senyam senyum seperti orang gila.
Apalagi Bagas belum mencentakan apa-apa padanya Tina mengambil duduk disamping Bagas. Ia meletakkan senampan biskuit dan jus yang ia bawa dari dapur tadi di atas meja. Tina menyodorkan segelas jus pada Bagas. Bagas menerimanya dengan senang hati tak lupa juga Bagas mencium pipinya, membuat Tina semakin heran.

Memegang sebelah bahu Bagas, Tina memicingkan matanya "Anak mama lagi, jatuh cinta ya?" Tebaknya.
Bagas yang hendak meminum jus langsung tak jadi ia menyimpan jus kembali ke tempatnya. Bagas mengulum senyum, lalu menggigit bibir bawahnya. Perlahan Bagas mengangguk, lalu menyembunyikan wajahnya dengan bantal kecil yang selalu disediakan diatas sofa.

Tina tersenyum lebar "sama siapa? satu sekolah? satu kelas juga?" Pertanyaan bertubi-tubi itu keluar begitu saja dari Tina. Bagas mengerucutkan bibirnya. Ia mengambil sepotong biskuit dan memakannya.

Bagas menelan kunyahan biskuitnya. "Nina, Mah kenalkan?" jawab Bagas. Tina mengangguk, ia tersenyum. Ia kenal Nina, dan Nina adalah gadis yang baik, tak salah mungkin, kalau Bagas sampai suka" Aku udah nembak dia Mah, dan - "

"Dan apa?!" Potong Tina antusias.

Bagas memegang bahu Tina, menatapnya lekat-lekat "anak mama ini ganteng, cewek mana sih yang berani nolak, hum?" Bangganya mengingat kembali saat nina mengatakan iya, padanya tadi.

🍁🍁🍁

Rafika menyembulkan kepalanya kedalam kamar Arza. Ia mengetuk pintu, Arza yang tengah main ps menoleh dan memberi ijin untuk masuk Rafika duduk disamping putranya. Ia menatap layar komputer dan menggeleng prihatin, iba saja melihat generasi jaman sekarang lebih banyak menghabiskan waktu untuk bermain yang tak bermanfaat.

"Za, "panggilnya pelan, Arza hanya berdehem. Ia masih fokus pada aktivitasnya " kamu, kasih ini ke Nina ya, please!" Mohonnya, menyodorkan sebuah gelang dengan gembok kecil sebagai penghiasnya itu. Arza mem- pause game yang tengah ia mainkan.

Ia menoleh pada Rafika dan menerima gelang itu tanpa berkutit. Rafika keluar dari kamarnya, Arza menatap punggung Rafika sampai hilang dibalik pintu. Memastikan kalau Rafika sudah benar-benar pergi.

Arza menatap gelang itu. entah kenapa, ia merasa familiar saja.

"kok gue rasa, pernah lihat ya, gelang yang kek gini?" batinnya.

Arza bangun dari posisinya, ia meraih handphone yang ia simpan begitu saja diatas springbetnya ia membuka aplikasi chat dan mengedit sesuatu.

Babu Sialan

Lo dimana, gue mau
ketemu!

***

TBC

Zines_21

Haughty Boy | Oh SehunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang