9. Ciuman Selamat Pagi

1.6K 234 60
                                    

Shin Hye terlonjak dari tidurnya. Sedetik kemudian ia mengerang ketika merasakan sakit yang terasa menusuk di kepala. Ia memegang kepalanya yang berdenyut dan kembali berbaring untuk meringankan rasa sakit yang dirasakannya. Ini akibatnya jika minum terlalu banyak. Tapi mau bagaimana lagi, itu cara satu-satunya bagi Shin Hye untuk melupakan sakit hati atas ucapan pria berengsek itu.

Gerakan Shin Hye yang memegang kepalanya terhenti ketika menyadari dimana dirinya seharusnya berada. Seingatnya semalam ia masih duduk di depan gerbang rumah lamanya yang sialnya sudah terkunci rapat dan tidak bisa lagi dimasuki olehnya. Tidak ada siapapun di sana. Entah kemana pria berengsek itu membawa semua pekerja di rumahnya. Lalu pria berengsek itu datang dan...

Lagi, Shin Hye terlonjak dari tidurnya. Mengabaikan rasa sakit di kepalanya, ia meraba bibirnya. Benarkah ia mencium pria berengsek itu ataukah itu hanya mimpi seperti yang ia pikirkan sebelumnya? Tapi rasanya begitu nyata, ia seolah masih bisa merasakan rasa bibir pria berengsek itu di atas bibirnya saat ini. Rasanya begitu manis membuatnya kembali ingin merasakan bibir pria itu lagi.

Buru-buru Shin Hye menggeleng ketika pemikiran itu datang. Bagaimana mungkin ia malah berpikir untuk mencium bibir musuhnya sendiri? Tidak, ia yakin ciuman itu hanyalah mimpi dan mengenai dirinya yang kini sudah berbaring di tempat tidur yang sejak kemarin malam menjadi tempat tidurnya, itu pasti karena ia masih sanggup pulang sendiri. Tidak mungkin pria berengsek itu mencari dan membawanya pulang. Ia tahu, meskipun tidak mengatakannya secara gamblang, pria itu pasti lebih suka jika dirinya tidak pulang agar bisa menguasai harta peninggalan ayahnya.

"Huh," Shin Hye mendengus ketika menyadari pemikiran itu. Pria itu licik. Ayahnya saja berhasil dimanfaatkan hingga semua harta beralih padanya. Tapi tidak, dirinya tidak akan seperti sang ayah. Ia akan membuktikannya pada Yong Hwa.

"Kau sudah bangun rupanya," Shin Hye menoleh ke arah pintu dan menemukan Jung So Jung, musuhnya selama di kampus masuk dengan sebuah gelas di tangannya, "Minumlah. Ini akan membantu meringankan sakit di kepalamu."

So Jung meletakkan gelas yang di bawanya lalu berjalan ke arah meja belajarnya dan mengambil beberapa buku untuk di bawanya ke kampus. Ia berbalik dan menemukan Shin Hye yang hanya memandang gelas di dekatnya tanpa sedikitpun menyentuhnya, "Aku tidak menaruh racun di dalamnya jika itu yang kau khawatirkan."

"Aku tidak berpikir seperti itu. Aku hanya heran saja kau bersikap baik padaku padahal aku jelas tidak menyukaimu. Aneh sekali."

So Jung tertawa hambar. Bukan menertawakan ucapan Shin Hye tapi menertawakan dirinya sendiri. Ia juga heran kenapa berbuat seperti itu. Seharusnya ia memang tidak bersikap baik pada wanita yang selalu memusuhinya, tapi hatinya mengalahkan logikanya. Ia tidak tega melihat Shin Hye. Pasti berat bagi wanita itu menjalani apa yang terjadi padanya saat ini. Itulah kenapa ia menyiapkan minuman untuk meredakan sakit kepala Shin Hye. Lucu bukan? Dan sekarang Shin Hye malah mempertanyakan apa yang sejak tadi juga dipertanyakan oleh dirinya sendiri.

"Aku hanya kasihan padamu. Semalam kau pulang dalam keadaan mabuk dan aku tahu rasanya pasti sakit sekali setelah kau bangun tidur. Anggap saja hari ini aku sedang kerasukan hantu baik hati hingga membantu wanita yang selama ini tidak pernah menyukaiku."

Shin Hye terdiam beberapa saat, tapi Shin Hye tetaplah Shin Hye, wamuta keras kepala yang selalu menganggap dirinya benar dan enggan mengakui apa yang orang lain lakukan padanya tulus. Setidaknya hal itu berlaku pada wanita yang tidak di sukainya, "Kau terlalu banyak bicara," ucapnya ketus.

"Terserah padamu," So Jung meraih tasnya, "Aku harus ke kampus. Sebaiknya kau minum susu itu agar kau bisa bangun dari kasur. Aku juga sudah menyiapkan sup untukmu agar perutmu bisa lebih nyaman. Aku pergi duluan."

My Misterius BodyguardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang