Tinggalkan jejak sebelum membaca.
Caranya pencet tanda bintang ya guys jangan sia-siakan kuota.
Makasi.
"Kau cemburu?" Suara itu mengagetkanku. Terdengar lembut tanpa amarah ataupun kekhawatiran. Hanya membawa kehangatan.
Masih terdiam sambil menunduk aku enggan menoleh ke arahnya. Kuabaikan begitu saja dirinya yang perlahan duduk berdampingan.
Perlahan tangan lembut itu mengusap suraiku, menarik bagian sisi kanan kepala, memaksa rebah di bahunya.
Aroma tubuhnya menguar menenangkan. Aku menyukainya. Selalu menyukainya.
"Mianhe ...," ucapnya di balik masker. Meski malas meliriknya, tetapi aku bisa tahu ia mengenakan masker itu, karena suaranya sedikit teredam.
"Aku tak punya hubungan apa pun dengannya. Hyera hanya masa lalu, masa lalu yang sudah sejak lama aku tinggalkan," lanjutnya menjelaskan menanggapi kebisuanku.
Hoseok menghela napas berat. "Aku pernah mencintainya ... sangat," tegasnya lagi. "Namun rasa itu sudah hilang, tapi tidak dengan kenangannya. Karena kenangan tak akan pernah hilang dari ingatan kecuali kita amnesia," guraunya di akhir kalimat membuatku mencibir dalam hati. "Dan sejujurnya tadi kami memang janjian untuk membahas beberapa hal soal pekerjaan," imbuhnya.
"Kenapa kau melepaskannya?" tanyaku masih mode malas menatap. Urusan pekerjaan yang dia maksud aku tak tertarik, karena tak ada gunanya juga aku bertanya, jika akhirnya dia tak akan menjelaskan apa pun.
"Itu karena dia menghianatiku, aku benci penghianatan." Aku menangkap sedikit rasa kecewa dalam nada suaranya.
"Tapi sudahlah, itu hanya masa lalu, biarlah seluruh kenangannya tersimpan rapi dalam memoriku.Kau tak keberatan kan?"
Aku menggeleng. "Semua orang pasti punya kenangan dalam hidupnya tidak hanya kau, bahkan juga aku, selama itu tak mempengaruhi masa depan bagiku tak masalah."
Hoseok terdiam sejenak sebelum merengkuhku dalam pelukan. "Terima kasih," ucapnya sambil mendaratkan satu kecupan di ujung kepala dari balik maskernya.
"Lalu ... siapa yang kau cintai saat ini?" Pertanyaan yang kulontarkan mengagetkannya. Dia terdiam.
Tak ada respons apa pun atas ucapanku. Dia bahkan sedikit melonggarkan pelukannya. "Belum saatnya kau tahu," jawab Hoseok pada akhirnya.
Sekali lagi hatiku semakin sesak. Serasa diremas.
Apa sesulit itu menjawabnya?
Apakah bukan aku orangnya?
Bukankah lebih baik dia berterus terang saja maka hubungan gila ini bisa segera diakhiri.
"Aku rindu Indonesia," ucapku sambil berdiri mencoba menghalau sakit di dada. Melangkah menuju mobil mewahnya. Kudengar dia menghela napas berat sebelum menyusul langkah kaki ini.
"Kita bicarakan nanti di rumah," lirihnya sambil membuka pintu mobil yang sedari tadi terparkir tak jauh dari halte.
Baru kusadari kami masih ada di halte bus. Rasa was-was tiba-tiba menyelimuti hati ini. Kenapa aku bisa seceroboh ini? Bagaimana jika ada paparazi menangkap moment kami berdua.
Aku menatapnya penuh rasa khawatir dan rasa bersalah. Sementara dirinya tengah bersiap memutar kunci mobil.
"Ada apa?" Hoseok tersadar aku memperhatikannya. Ia menghentikan niatnya melajukan kendaraan.
Aku menggeleng. "Maaf, aku lupa kita masih ada di halte. Harusnya aku lebih hati-hati agar tak terjadi masalah yang menimpamu."
Senyuman itu mengembang di balik maskernya. Sesaat dia menurunkan masker itu memperlihatkan ketampanan wajahnya. "Aku suka kau menghawatirkanku," ucapnya. Kemudian Hoseok menarik tubuhku dan menjatuhkan bibirnya menimpa bibirku, melumatnya pelan di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
ONS GIRL (18++)
Fanfiction(follow dulu sebelum membaca) Mengandung unsur dewasa bagi yang merasa masih bocah harap menyingkir. Harap bijak memilih bacaan ya guys. Konten 18+++++ Cast : Jung Hoseok