6

10.2K 508 15
                                    

"Seharusnya kau tak perlu marah." Hoseok masih mengomel sejak tadi karena aku terus mengabaikannya.

"Kau tau aku hanya menginginkanmu." Tiba-tiba kedua tangannya sudah melingkar di pinggang sampai perut. Hembusan napasnya terdengar berat mengusik pendengaranku karena jarak tubuhnya yang menempel rapat di balik punggung.

Menginginkanku?

Bukankah itu terdengar ambigu?

"Aku tak apa-apa," jawabku lesu. "Aku tau aku tak berhak marah ataupun cemburu. Aku tau posisiku."

Dia terdiam, mungkin mencoba mencerna ucapanku barusan.

"Rey ...," bisiknya lembut. "Zusy hanya temanku. Tak ada bandingannya denganmu."

Tak ada bandingannya dalam hal ranjang, benar, 'kan? Tapi tidak soal hati.

Ah, sudahlah semua perdebatan ini terasa makin menyebalkan.

"Sudahlah, Hoseok ... menjauhlah aku mau melanjutkan memasak." Aku menyerah.

Sungguh meski ingin berdebat, tetapi akhirnya aku tetap menyerah. Aku tau diri ini akan selalu kalah.

"Berikan aku ciuman baru kulepas," pintanya.

"C k. Apa kau tak pernah bosan?"

"Tidak akan, aku bahkan berkhayal memintamu berkeliaran di rumah tanpa busana agar lebih mudah melakukannya."

"YAKK!!! DASAR PRIA TUA MESUM." Reflek satu pukulan sotil mendarat di ubun-ubunnya. Hoseok meringis dan melonggarkan pelukan guna mengelus pucuk kepalanya yang sedikit berdenyut.

"Aku kan hanya bercanda," gerutunya kesal sambil melangkah menuju meja makan.

"Berani bicara macam-macam lagi akan kugunting kebanggaanmu itu," ancamku sambil memperagakan dengan tangan kosong, menatap tajam ke arah selangkangannya. Sontak dia memekik dan menutup benda keramatnya.

"Nanti kau juga yang rugi," gerutunya.

"Sudah diam, cepat makan dan jangan bicara lagi."

Dia mendelik ingin protes, tetapi diurungkannya, hingga yang terdengar setelahnya hanya suara denting sendok dan sumpit yang beradu dengan peralatan makan lainnya.

"Rey ...." Lembut suaranya masih terdengar memanggil namaku yang tengah bergelut dengan piring kotor. Aku mempertajam pendengaran bersiap dengan apa yang akan dia katakan selanjutnya.

"Malam ini aku akan tidur di ...."

"Di dorm?! Benar, 'kan?" putusku cepat membuatnya terdiam. "Kau sudah dapatkan jatahmu tadi sore jadi pergilah."

"Bukan begitu, Rey, de ...."

"Tidak perlu. Dua tahun kita sudah bersama aku sudah tau semua arah pembicaraanmu." Secepat kilat aku kembali memotong ucapannya.

"Kau salah, Rey," ucapnya masih terdengar sabar.

"Salah? Aku tak pernah salah, aku tau posisiku, Hoseok, karena itulah kau selalu berkata agar aku tak perlu marah ataupun cemburu. Aku tau yang kau inginkan dariku hanya tubuhku, benar, 'kan?!"

Dia terkesiap membeku mendengar kata-kata tadi, tapi aku tak peduli.

"Bagimu aku hanya gadis ONS benar kan? Hanya gadis panggilan!" lanjutku berang. Wajah pun terasa terbakar menahan amarah

"Aku lelah, Hoseok ... aku lelah dengan hubungan ini, aku tau aku juga merasa terpuaskan saat kau menyentuhku, tapi semakin lama aku semakin sakit. Aku ingin hakku sebagai istri. Aku juga ingin merasakan cinta suamiku bukan hanya sekedar menjadi rekan sex. Sementara hak menjadi ibu kau berikan pada orang lain. Aku muak!"

ONS GIRL (18++)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang