Udara pagi ini membuatku sedikit kedinginan padahal hari ini aku sudah memakai jaket hoodie, aku menggosok-nggosokan tanganku guna mengusir sedikit rasa dingin di tubuhku, aku sekarang duduk sambil menonton siaran televisi yang menampilkan kartun upin & ipin kesukaanku, walaupun kartun itu sudah tayang berulang kali tapi entah kenapa aku masih tetap menyukainya. Sesaat aku dibuat tersentak ketika ada seseorang menepuk bahuku, walau pelan tapi itu cukup membuatku terkejut.
"Apaan sih lo Hen bikin gue kaget aja, lagian ngapain juga sih lo kesini tanpa bilang gue dulu." Jawabku kesal.
Seakan tak punya dosa Heni malah terkekeh setelah melihat reaksiku. Dia memang sering kerumahku tanpa mengabariku terlebih dahulu, dan aku sudah terbiasa dengan sikapnya seperti itu, walaupun terkadang aku masih terkejut dengan kehadirannya.
"Oh, jadi ini ceritanya gue ga boleh main kerumah sahabat sendiri nih? Dan juga biasa aja kali Na, gitu aja kok lo marah sih." Ujar Heni dengan senyum geli yang menyebalkan.
"Bukan begitu, lo kalau kayak gini lebih mirip jailangkung tau nggak datang tak diundang pergi tak diantar." Balasku sekenanya. Dia masih terkekeh walaupun aku tadi menyamakan dia dengan boneka seram itu. Aku memandangnya malas. "Jadi, ada perlu apa lo kesini mendadak tanpa beritahu terlebih dahulu? Gue yakin itu hal penting kalau bukan hal yang penting lo gak bakal sampai kesini."
Sesaat dia berhenti terkekeh dan kemudian berdehem pelan, Heni seperti sedikit bimbang saat melihat wajahku bertanya-tanya.
"Gue—" Sesaat dia terdiam lalu kemudian melanjutkan dengan menghela napas. "Gue menemukan sesuatu di taman, di bawah pohon tempat biasa favorit lo sama gue disana." Jawab Heni dengan ragu.
Aku mengernyitkan dahiku karena aku tidak paham dengan maksud Heni. "Maksud lo apaan? Sesuatu yang kayak gimana? Ada orang yang lagi cipokan kah disana?" Jawabku membeo.
Heni membelalakan matanya ketika mendengar jawabanku kemudian dia berdecak. "Bukan."
"Lalu apaan? Langsung pada intinya saja deh, Hen." Ucapku tak sabar.
"Gue Menemukan sesuatu, seperti sebuah pintu portal..." Ujar Heni was-was dengan menunggu reaksiku.
Aku mengangkat sebelah alisku, merasa tidak tertarik dengan sesuatu yang diceritakan Heni.
Sahabatku itu menghela napas panjang. "Gue tahu lo nggak bakal percaya ini tapi please, kali ini aja lo harus percaya sama gue Ratna Cahaya Adara." Heni menatapku dengan memelas.
"Hen, lo tahu sendiri kan gue nggak percaya dan nggak tertarik dengan hal-hal yang semacam itu." Ujarku memandang bosan Heni.
"Ayolah Na, lo pasti bakalan tertarik dan—dan.., disana juga pasti bakal ada sesuatu yang seperti di kisah-kisah dongeng, cerita, dan di film-film televisi itu tuh!" Jawab Heni gelagapan.
Aku memang tidak percaya dengan hal-hal yang seperti itu, seperti cerita dongeng ataupun semacamnya yang terlalu tidak masuk akal menurutku. "Terus? Lo pengin gue kayak gimana?" Sahutku malas.
Heni tersenyum lebar. "Kita kesana yuk! Lo sama gue Na!" Sahabatku itu menatapku bersemangat.
Aku memutar bola mataku malas seraya memandangnya. "Baiklah, mari kita kesana. Tapi, jika disana tidak ada hal yang membuat gue tertarik, gue nggak mau lagi kesana oke?"
"Oke siap! tenang aja, gue jamin disana pasti akan ada banyak kejutan yang bakal membuat lo takjub!" Ujar Heni berapi-api.
"Oke sekarang tunjukkan pada gue sesuatu yang lo bilang itu."
_______________________
Aku tak percaya ternyata yang dikatakan Heni memang benar adanya, aku mengira perkataan Heni hanya sebuah bualan saja. "Hen." Panggilku tanpa mengalihkan perhatianku pada sebuah portal di depanku.
"Hm?"
"Lo yakin mau ngelakuin hal ini?"
Tanyaku ragu-ragu."Iyalah, kenapa? Lo berubah pikiran? Kata lo, lo mau kesini kalau ada sesuatu yang ngebuat lo tertarik, sekarang gue udah tunjukkan apa yang sudah gue ceritakan tadi gue gak bohong, dan sekarang jangan coba-coba untuk berubah pikiran." Jelas Heni dengan seringai di wajahnya yang membuatku mendengus, aku tidak mau mengambil resiko masuk ke dalam sana bagaimana jika nanti aku bertemu dengan monster di sana? Atau parahnya lagi aku tidak bisa pulang? Tidak! aku tidak mau.
"Hen kita sebaiknya balik pulang aja ya, gue lupa di sekolah kan ada pr dan gue harus ngerjain." Ucapku yang siap jalan dengan motorku.
Heni menatapku penuh selidik. "Sejak kapan lo jadi rajin gini? Udah nggak usah cari alasan deh, lo." Jawab Heni sambil memegang motorku yang siap kujalankan.
Tiba-tiba saja aku dan Heni dibuat panik seketika saat ada angin berhembus kencang, dan saat itu juga kami berdua tersedot masuk ke dalam portal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The King's Consort
FantasyRatna adalah seorang gadis biasa berumur 18 tahun. Tidak percaya dengan yang namanya cerita dongeng dan tidak suka dengan hal-hal yang menurutnya tidak masuk akal. Suatu hari ketika ia bersama dengan sahabatnya, ia menemukan sebuah pintu portal dan...