Lagi-lagi mendapat tugas mengembalikan buku, hampir kewajiban bagi eunsang membalikan buku-buku paket yang kelas pinjam di perpustakaan.Dan seperti biasa, tidak ada yang membantu. Melakukan semuanya sendiri, lagian eunsang sudah terbiasa
“sudah dihitung dengan benar?” eunsang mengangguk, pak kim tertawa. Pria tua paruh baya, penjaga perpustakaan dengan senyum nya yang menyejukan
“nak eunsang, apa teman-teman mu masih mengganggu mu?”
Eunsang tertawa pelan, pak kim sudah eunsang anggap seperti ayahnya. Hati nya menghangat, pak kim benar-benar pria tua yang sangat baik “tidak”
“kamu berbohong anak muda” pak kim tertawa, menatap eunsang dengan tawa khas nya
“dulu saya pernah muda seperti mu, tapi saya lebih tampan” eunsang terkekeh, ia membantu pak kim merapikan buku-buku pinjaman siswa yang menumpuk di meja pak kim
“kamu tau nak? Terkadang diam itu bukan berati menyerah, betul bukan?”
Eunsang mendongak, menarik kedua sudut bibirnya “saya diam karena saya menyadari saya siapa pak”
“kamu ini masih muda, berfikir seperti itu tidak baik. Menyadari dan paham kondisi memang benar, tetapi kamu harus membuat strategi. Roda itu berbutar nak, kamu menganggap dirimu dibawah suatu saat pasti kamu akan berada diatas” eunsang mengangguk, berharap? Ya eunsang hanya berharap bahwa roda akan berputar
“tadi ada anak kelas 10, ia meninggalkan barangnya dan kemudian panik. Bocah sekarang memang pelupa apa ya? Ia sampai menangis didepan saya, ada-ada saja” pak kim tertawa, mengingat anak laki-laki yang meninggalkan dompet beserta handphonenya
Datang ke perpus sambil menangis, ceroboh sekali
“dia lucu, dia yang lupa temannya yang dimarahin” pak kim mengingat-ingat bocah pendek dengan jaket kebesaran yang baru saja keluar dari perpus
“coba kamu berkenalan dengan dia eunsang” eunsang mendongak, ahh pak kim selalu saja seperti ini. Setiap melihat siswa yang unik, menyuruh eunsang agar berkenalan dekat dengannya
“muka nya saja saya tidak tau bentuknya gimana pak” eunsang tertawa, masih fokus pada buku-buku yang berserakan di meja. Mengurutkan dengan teliti
Pak kim meletakan kacamatanya, ia menyenderkan tubuhnya pada kursi “yang kali ini coba saja berkenalan, siapa tau hidup kamu bisa berwarna nak”
Merotasikan bola matanya jengah, eunsang sudah malas jika seperti ini. Pak kim selalu selalu menyarankan siswa-siswi yang menarik baginya agar berteman dengan eunsang “ ya nanti saya coba pak”
“anak itu pendek seberapa ya nahh setelinga kamu apa ya kira-kira, jaketnya kebesaran, kalau berbicaraa ceriwis sekali. bapak sampai pusing mendengar tangisnya”
Eunsang tertawa, menangis? Apa ia sebegitu kekanakan hingga menangis seperti itu
“bapak ingat namanya nya?”
“tentu saja ingat, jaketnya warna kuning nyeter tasnya warna apa ya sinar-sinar bikin mata bapak sakit. Waktu saya kasih dompetnya ia tersenyum senang sampai memeluk saya, anak itu bilang namanya istri sah kang daniel. Ada-ada saja anak itu” eunsang terkekeh mendengarnya, sepertinya anak itu memang benar-benar lucu
“ada-ada saja”
“makanya bapak saranin kamu berteman dengannya, siapa tau hari-hari kamu bahagia nak” eunsang mengangguk, ia sudah selesai merapikan buku
KAMU SEDANG MEMBACA
BUCIN • Eunsang x Dongpyo
DiversosTidak ada yang perlu disesali, mencintai itu menyenangkan dan dongpyo mengakui itu bxb ©pinkybbeu