2. Gigi

11 2 0
                                    

"Setabu apa itu, punggung bidang yang tanpa sadar kini aku kagumi?"






   Lorong yang paling dekat dengan gerbang depan sekolah adalah lorong yang terhubung langsung dengan ruang guru di lantai satu. Lima buah jendela berderetan secara rapih, membuat pemandangan geometris yang sangat indah dipndang mata. Terutama fakta bahwa warna hijau muda pastel一dinding sekolah一sangat cocok dipadukan dengan cokelat karamel muda nyaris pastel yang adalah warna bingkai kayu jendela ruang guru.

   Nyaris beberapa langkah lagi aku akan sampai ke depan ruang guru. Aku ragu-ragu, sangat-sangat ragu-ragu. Siapa yang tidak akan ragu-ragu untuk memasuki neraka dengan keda kakinya sendiri? Oke, neraka memanglah sebuah perumpamaan yang berlebihan, namun ini nyaris sama seperti neraka.

   Bukannya aku sebodoh itu untuk tidak memikirkan agar kabur saja dan tidak datang menemui Pak Yudhoyono. Namun, seingatku Yuliana dari kelas 2-2 pernah kabur dari panggilan beliau dan berakhir dikeluarkan dari sekolah atas alasan yang tidak jelas.

   "Ayo, Senja! Semangatkan dirimu..." Batinku berkata, tubuhku bergetar, akal sehatku melemah.

   Setelah kurang lebih lima menit aku diam di tempat, akhirnya aku memutuskan untuk masuk dan menghadapi semuanya. Aku memang bukan aktifis feminis, namun jika seandainya aku diperlakukan kurang baik atau sangat tidak baik dalam hal seksual di dalam, aku bersumpah akan menjadi aktivis feminis paling feminis di dunia.

   "Permi一" Ketika aku hendak membuka pintu ruang guru, seorang pria bertubuh jangkung dengan dada bidang dan bahu lebar atletis muncul entah dari mana dan hendak membuka pintu guru juga. "...hai...?" Aku berusaha untuk bersikap ramah, namun ia memalingkan pandangan sesaat setelah menatap ke arahku tajam.

   Jujur saja, tatapannya membuatku bergedik ketakutan.

   Siapa yang mungkin tidak takut jika mereka bertemu dengan Al-Farian zugi. Anak kepala sekolah yang kini sudah lulus, sebelum lulus ia adalah anak yang sangat terkenal. Selain terkenal karena ketampanannya ia juga terkenal karena sering membuat ulah. Yang paling parah? Bagaimana mungkin ada orang yang sanggup membuat chart seperti itu! Setiap ulah yang ia buat selalu sangat-sangat parah...

   Salah satu yang benar-benar heboh adalah mematahkan tulang kering adik kelasnya sendiri. Untungnya ia masih diberi kesempatan untuk berjalan dengan kedua kakinya sendiri oleh Yang Maha Kuasa walau sedikit miring...

   "...hai juga." Jawab Kak Gigi一panggilannya一dengan sangat singkat dan dingin. Kemudian ia membuka pintu guru, membawa hawa dingin akan pendingin ruangan yang terus hidup sejak pagi hari tanpa henti.

   Aku...

   Aku sangat terkejut!

   Apakah sapaannya barusan adalah pertanda jika ia hendak mencelakaiku? Mungkin saja benar... mungkin ia sengaja ingin membuat aku tenang sesaat (walau kini tidak sedang tenang, sih.) Agar kemudian ia bisa mencelakaiku seenak hatinya!

   Sudah diincar ayahnya sekarang aku juga diincar anaknya? Yaampun, Senja! Hidupmu ternyata penuh kesialan, ya... selama ini hidupmu tenang hanya untuk menabung sebuah kesialan besar seperti ini di hari ini.

   "Permisi..." Tapi sama seperti bumi yang akan terus berputar sesuai porosnya apa pun yang terjadi (kecuali pada saat kiamat) aku pun juga harus tetap melangkah ke depan dan membuka pintu menuju neraka ini. "Saya Senjakala Naisya dari kelas 3-6."

   Pada saat aku membuka pintu, pemandangan Kak Gigi yang hendak memukul Pak Yudhoyono adalah hal pertama yang aku lihat.

  "Ma...maaf!"

Bulan Dimata SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang