10

153K 10.8K 1.4K
                                    

Hari-hari berlalu begitu cepat, dan tak terasa kini kandungan Siska telah menginjak bulan ke sembilan, yang mana artinya bulan terakhir ketiga calon buah hatinya tumbuh di dalam rahimnya. Sebentar lagi, ketiga bayi yang jenis kelaminnya belum diketahui itu akan terlahir ke dunia, membuka kelopak mata mungil mereka dan mengisi kekosongan rumah dengan suara tangis yang menggelar. Siska benar-benar tak sabar menantikan hal itu terjadi, bayangan-bayangan betapa hangat dan ramai rumahnya sudah memenuhi seluruh isi kepalanya. Begitu pula dengan Raga, pria itu sudah mulai belajar sedikit demi sedikit tentang bagaimana cara menjadi ayah yang baik. Tak jarang Raga juga membayangkan betapa lucunya wajah ketiga calon buah hatinya. Terkadang, Raga berpikir bagaimana bisa ia membuat tiga orang anak sekaligus? Memikirkannya kadang membuat ia sering tersenyum geli, ketika bayangan seberapa panas pergelutan Siska dan dirinya di atas ranjang kembali terputar di pikirannya.

Raga memeluk pinggang Siska menggunakan sebelah tangannya ketika melewati koridor rumah sakit yang terasa lumayan senggang. Hari ini Raga mengantar istri mungilnya mengecek kandungan untuk yang terakhir kali sebelum proses persalinan tiba. Sebuah senyum tipis terbit di bibir Raga ketika proses pengecekan dimulai, karena pada saat-saat seperti ini lah dirinya dapat melihat calon buah hatinya yang terus berkembang di dalam rahim Siska. Walau hanya bayangan tak jelas, tetapi Raga tetap senang, rasanya seperti ada gelenyar kebahagiaan yang tak dapat diungkapkan dengan kata-kata. Siska? Tak perlu ditanya bagaimana perasaannya saat ini. Siska benar-benar tak menyangka jika selama sembilan bulan ini dirinya selalu membawa ketiga calon buah hatinya pergi ke manapun kakinya melangkah. Berbagi perasaan senang dan sedih yang sering kali menerpa hatinya pada ketiga malaikat kecil di dalam rahimnya, bahkan menyuruh Raga melakukan hal-hal aneh yang sebelumnya tak pernah sekali pun terbesit di dalam otaknya.

"Raga, itu anak kita," bisik Siska pelan. Raga mengangguk sekilas seraya mengelus surai lembut Siska sayang.

Siska benar-benar tak menyesal ketika harus merelakan masa mudanya untuk menjadi istri seorang psikopat yang harus terkurung di dalam rumah tanpa diperbolehkan mengerjakan pekerjaan apapun. Ketika wanita muda di luar sana lebih memilih untuk bekerja dan membahagiakan diri mereka sendiri ketimbang membangun rumah tangga yang memerlukan kesabaran ekstra, Siska sungguh tak menyesal. Karena kebahagiaanmu ada pada Raga, jika wanita di luar sana memilih untuk memiliki banyak uang dan pergi ke tempat yang mereka inginkan, maka Siska memilih Raga sebagai tempat tujuannya. Menjadikan Raga sebagai 'rumah' ketika dirinya merasa senang, sedih mau pun letih menjalankan kehidupan yang terasa semakin berat setiap detiknya.

Kini pasangan suami istri muda itu telah mendudukkan tubuh mereka tepat di depan meja kerja dokter kandungan yang telah menangani Siska sejak awal hingga saat ini.

"Janin di dalam kandungan, Bu Siska, tumbuh dengan sehat," jelas Dokter berjenis kelamin wanita itu, yang langsung mendapat sambutan senyum hangat dari bibir Siska. "Hanya saja, ada satu dari ketiga bayi yang tumbuh dengan tubuh sedikit lebih kecil dari kedua saudaranya," lanjut dokter itu.

Senyum Siska seketika pudar digantikan wajah cemas yang sangat kentara. "Tapi calon anak saya gak papa, kan, Dok? Mereka baik-baik aja, kan?" tanya Siska dengan nada khawatir.

Raga mengelus punggung tangan Siska lembut, bermaksud menenangkan hati istrinya yang ia yakini saat ini tengah diliputi perasaan khawatir.

"Bu Siska, tentang saja, tak perlu khawatir. Hal seperti ini memang kerap terjadi pada kasus bayi kembar, karena pada dasarnya nutrisi yang, bu Siska berikan harus terbagi menjadi tiga," jelas Dokter itu.

Siska menghembuskan napas lega. Walau di dalam hatinya masih tersisa secuil kekhawatiran, namun ia bisa sedikit tentang setelah mendengar penjelasan dokter berusia empat puluh tahun tersebut.

My Sweet DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang