Empat minggu kemudian Hinata sudah Hamil dua minggu. Karena sejak penyatuan itu hubungan mereka benar-benar layaknya sepasang suami istri yang saling mencintai. Membuat Hinata benar-benar terbuai akan perhatian Naruto.
Namun mimpi tetaplah mimpi. Hinata akan bangun pada saat-saat yang tak terduga.
"Naruto, aku tidak tau kau begitu sangat kejam!" Sakura menatap geram sahabatnya. Hinata yang tidak sengaja melihat pertengkaran itu bersembunyi dibalik tembok. Niatnya datang ke perusahaan elit Namikaze bukan untuk melihat sebuah kenyataan pahit. Dia datang dengan niat baik yang ingin memberikan kabar gembira. Kabar tentang kehadiran mahluk mungil dirahimnya. Hasil buah cinta mereka. Tapi,
"Aku bisa melihat Hinata benar-benar mencintaimu. Dan kau tega membohonginya?"
Jantung hinata berdetak kencang. Dielusnya perut ratanya yang sama sekali belum menonjol itu.
Bohong apa?
"Aku terpaksa Sakura. Mereka mendesakku. Para tetua brengsek itu mendesakku!"
Harusnya Hinata Sudah berlari sejak tadi Tanpa mendengar pengakuan suaminya. Hinata bersandar meratapi nasibnya bahwa kini ia memang bukan siapa-siapa. Suaminya Sudah memperjelas semua hal yang selama ini ingin dipercaya Hinata.
Dia terlalu bodoh. Bagaimana mungkin perasaan yang terpendam puluhan tahun bisa terganti oleh sosok lain. Lihatlah dirimu Hinata, kau saja tidak dapat mengenyahkan cintamu pada Naruto. Lantas kenapa kau berfikir dia akan mampu berpaling kepadamu?
Cinta buta.
Hinata Sudah buta. Kini ia sadar bahwa ia sama seperti wanita lain dimata pria itu. Tidak penting dan hanya sebagai jembatan menuju kesuksesan.
Ah Hinata ... Mimpi tetaplah mimpi. Kalian tidak akan pernah bersama.
-
Hari ini Naruto pulang lebih awal. Entah kenapa dia begitu merindukan istrinya. Namun sesampainya ia dirumah. Naruto mendapati Hinata tertidur dengan mata sembab. Dia bertanya-tanya apa yang menyebabkan wanitanya menangis hingga dengan pelan ia melepas kemeja, sabuk dan jam tangannya kemudian beranjak mendekati wanita itu. Memeluknya dengan pelan agar sang istri tidak terganggu. Benar Hinata tidak terganggu sebab ketika penciumannya menghirup aroma khas Naruto ia malah berbalik dan memeluk suaminya dalam keadaan tidak sadar. Menenggelamkan wajahnya di dada bidang Naruto adalah kebiasaan tidur sang istri.
Naruto tidak tahu saja bahwa rahasianya sudah diketahui oleh Hinata.
-
Meski Naruto dapat dengan jelas melihat Hinata sedang tidak baik-baik saja. Noruto tetap diam saja sembari terus memerhatikan kegiatan Hinata di pagi hari. Tangan-tangan kecil itu sesekali mendekap mulutnya. Sebentar kemudian menghapus bulir keringat di wajah dan keningnya. Ingin bergerak membantu Hinata sejak tadi namun enggan mengingat istrinya mendiamkan dirinya sejak seminggu lalu. Jelasnya, Hinata berubah dingin kepadanya.
Apa aku berbuat kesalahan?
Baka Naruto. Harusnya ia sudah bertanya sejak beberapa hari lalu.
Tidak baik saling mendiamkan. Akhirnya Naruto menghampiri Hinata yang kini sedang mengaduk buburnya.
Bubur?
Ketika berada tepat satu langkah dibelakang Hinata. Naruto berhenti kemudian bergerak pelan memeluk tubuh mungil Hinata. Membuat sang istri terpekik kaget. Tapi dasar Naruto, dia mengabaikan kekagetan istrinya dan memilih menghirup aroma sang istri.
"Kenapa bubur?" Naruto ingin berlagak seolah diantara mereka tidak ada masalah.
"Aku sedang ingin makan bubur. Naruto-kun tidak suka?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Anata
Teen FictionMereka hidup bersama dengan sebuah syarat. #5 kategori Naruhina