Sudah Sembilan bulan Hinata menjalani perannya menjadi seorang wanita hamil. Suka duka mengidam selalu ia bagi bersama suaminya. Hinata ingat ketika pertama kali ia merasakan tendangan keras diperutnya. Dia langsung menelpon Naruto dan memberinya kabar bahagia itu. Sang suami lantas berteriak kencang meski saat itu dia sedang menghadiri meeting penting, ia tidak peduli. Semua orang harus tahu kebahagiaannya.
"Anakku menendang!" itulah yang diucapkannya setiap kali ia berpapasan dengan orang kantor bahkan dengan pengendara mobil sekalipun (ketika berhenti dilampu merah).
Lihat, ayah yang bodoh.
-
Dengan susah payah Hinata melahirkan bayinya. Pembukaan satu persatu hampir membuatnya kehilangan kesadaran. Andai suaminya tidak benar-benar berisik mungkin Hinata sudah menyerah. Melahirkan adalah sebuah perjuangan besar bagi kaum wanita. Sesekali Hinata menggeram mendengar ocehan Naruto.
"Ini semua karena Naruto-kun, uuughhh ah ah.. Sakit.."
"Bersabarlah kumohon, kau wanita yang kuat. Aku mencintaimu" sejak hamil Naruto dengan lancar dan selalu mengungkapkan perasaannya dengan lugas membuat Hinata merasa benar-benar dicintai.
"Aku sangat ingin Boruto lahir, tapi-tapi aaaaaakh huuu huuuu" Hinata benar-benar kualahan mengeluarkan bayinya. Namun dengan perjuangan yang tak henti itu akhirnya sosok yang sangat menyerupai Naruto lahir kedunia.
Tangisan bayi langsung menggema. Rasa sakit yang sangat kini hilang berganti rasa lega yang fak terkira. Hinata menangis haru.
"terimakasih banyak Hinata.." naruto tersenyum sembari meneteskan air mata.
Kedua insan yang berubah menjadi orang tua itu sama-sama meneteskan air mata penuh hatu dan bahagia.
Seorang bayi yang lahir benar-benar hampir merenggut nyawa sang ibu. Hinata kini tampak lemas. Istri dari Naruto itu kini memejamkan matanya. Dia sudah tidak memiliki tenaga.
"terimakasih sudah melahirkan dan dan terimakasih karena tetap bertahan hidup, aku sangat-sangat mencintaimu."
"Aku mencitaimu Naruto-kun." Naruto tentu sudah tahu sejak ia membaca diari Hinata. Tulisan-tulisan yang menggambarkan isi hatinya dari sejak mereka saling mengenal hingga saat Hinata mengetahui kehamilannya.
"Aku mencintaimu... sangat-sangat mencintaimu" balas Naruto dengan bisikan.
Naruto juga mencintai Hinata sudah sejak lama. Entah sejak awal pernikahan mereka atau sejak ia mulai menaruh perhatian lebih kepada istrinya atau sejak peyatuan pertama mereka atau sejak mengetahui kehamilan istrinya. Entah sejak kapan yang pasti Naruto selalu jatuh cinta disetiap pagi, disetiap malam dan bahkan selalu merindu ketika ia jauh dari istrinya. Entah sejak kapan, yang pasti ia sudah jatuh cinta pada wanita seperti Hinata.
-
"Ini sudah lebih dari dua tahun pernikahan kita. Aku rasa ini waktu yang tepat untuk kita berpisah."
"Kenapa kita harus berpisah?"
Tidak tau siapa yang memulai. Tapi kini keduanya bersitegang.
"Karena ini kesepakatan Naruto-kun"
"Aku sudah membuang kertas-kertas itu sejak lama."
"Apa?"
"Jadi tidak ada perpisahan diantara kita" Naruto bukanlah orang yang ingkar. Dia juga bukan pengecut. Jadi untuk mempertahankan belahan jiwanya dia rela melakukan kecurangan dengan melanggar perjanjian mereka. Dia bukan lelaki yang dengan bodoh meninggalkan istri yang dia cintai hanya karena perjanjian ynag bisa saja ia batalkan. Dia tidak ingin mengambil resiko dengan kehilangan harta yang paling berharga miliknya. Tidak!
"Kau ingin berpisah denganku?" tanya Naruto. Yang dibalas dengan gelengan, namun detik berikutnya wanita itu mengangkat wajahnya yang memerah.
"tapi kau hanya menginginkan anak, aku mendengar pertengkaran antara kau dan sakura. Kau tidak mencintaiku Naruto-kun. Tidak!"
Belum sempat Naruto menjawab Hinata sudah pergi keluar rumah dengan mobilnya.
"Bodoh. Ketika aku mengatakan aku terpaksa bukan berati aku tidak menginginkanmu. Bodoh" Naruto mengutuk kebodohan mereka. Jadi selama ini Hinata salah paham padanya.
-
KAMU SEDANG MEMBACA
Anata
Teen FictionMereka hidup bersama dengan sebuah syarat. #5 kategori Naruhina