。2

1.4K 278 45
                                    

donghyun menghela napas lega kala dosen di hadapannya menyelesaikan materi hari ini, kemudian keluar. kelas yang semula sepi kini menjadi ramai kembali.

segera anak manis itu membereskan alat tulisnya, memasukkannya pada ransel kecil yang selalu ia pakai tiap ke kampus.

“yuna, duluan, ya. nanti binder yang mau kamu pinjem aku titipin ke security asrama kamu.”

wanita dengan surai pirang itu tersenyum cerah, mengangguk sambil mengacungkan jempolnya.

setelah respon itu ia terima, donghyun lekas berjalan keluar kelasnya, menyusuri koridor yang cepat sekali sepinya―entah mungkin beberapa mahasiswa sudah pulang, atau masih ada jam mata kuliah di sore ini.

tungkai pendeknya lekas memasuki lift yang juga tampak sepi.

sambil melihat deretan tombol angka di samping pintu lift, donghyun berpikir sebentar, sebelum akhirnya memilih menekan tombol bernomor 5, lantai menuju rooftop gedung fakultasnya.

donghyun pikir, dia butuh angin sore hari ini dari pada keramaian kampusnya di bawah sana.

ting!

pintu lift terbuka, kakinya mulai melangkah keluar untuk menaiki tangga menuju rooftop yang selalu sepi.

ah, tidak sepi seperti dugaan donghyun, ada seseorang dengan rambut kelamnya di sana.

ini bukan kali pertama tiap donghyun kesana mendapati lelaki yang sepertinya lebih tua dari donghyun itu, sudah dari seminggu yang lalu.

“duduk aja, ini rooftop buat semua orang,” lelaki itu berseru.

sedikit membuat donghyun tersentak, tak lama sebelum ia menghampiri lelaki itu, duduk pada satu-satunya kursi di sana, di samping lelaki bersurai kelam itu.

ini kali pertama donghyun duduk di sampingnya selama mereka selalu bertemu di rooftop. karena biasanya, donghyun tak pernah mempedulikan eksistensi si lelaki, bukannya sombong, donghyun hanya tak pandai berinteraksi dengan orang baru.

mereka biasanya ada dalam posisi terpisah, seperti donghyun yang bediam diri sambil bertumpu tangan di pagar pembatas rooftop, dan lelaki itu yang duduk di kursi. atau sebaliknya, selalu seperti itu.

“kamu mahasiswa baru, ya?” lelaki itu membuka suara.

donghyun mengangguk, “iya. kamu sendiri?”

“semester lima, dua tingkat di atas kamu,” jawab si lelaki.

semilir angin berhembus, menggoyangkan surai kelam mereka masing-masing.

donghyun pikir, suasana di rooftop kali ini lebih menyejukkan di banding hari-hari sebelumnya.

“aku liat kakak sering di sini,” seru donghyun.

“hm, tempatnya nyaman, apalagi kalau sore. kamu juga..”

lelaki itu menoleh, donghyun cukup mengerti, lantas tersenyum.

“keum donghyun, kak.”

yang lebih tua ikut mengulas senyum, tipis namun menawan.

donghyun sedikit terpana, pahatan lelaki di sampingnya ini hampir sempurna. mata tajamnya, bibir merahnya, dan hidung bangirnya.

benar-benar mendekati sempurna.

“hwang yunseong, salam kenal donghyun.”

donghyun mengangguk, kembali memalingkan wajahnya dari pahatan semi sempurna di sampingnya, memilih menengadahkan kepalanya, menatap langit sore yang indah.

“kakak anak fakultas ini juga?” tanya donghyun, tanpa menolehkan kepala.

“hm.”

“prodi?” donghyun kembali bertanya.

“ilmu komunikasi.”

jawaban itu kembali membuat donghyun menoleh pada yunseong. wajahnya sedikit menunjukkan raut terkejut.

“satu prodi sama kak minhee dan kak jungmo, ya? eh, tapi kak minhee anak semester tiga―”

“aku kenal jungmo, kok.”

wajah manis itu terlihat antusias, “wah, beneran? aku juga sahabatnya loh, kak! kita satu asrama bareng kak minhee.”

“wah, iya kah? kebetulan, ya.”

yunseong terkekeh melihat keantusiasan bocah manis di sampingnya.

donghyun mengangguk antusias, “kak jungmo itu manis banget, senyumnya lucu, mana baik banget. pokoknya idaman banget,” katanya dengan semangat.

hal yang cukup membuat senyum yunseong melebar sedikit demi sedikit. sudah lama ia tak dibuat tersenyum selebar ini.

“kamu juga manis, donghyun.”

“eh?”

donghyun mengedip-ngedipkan matanya. sedikit terkejut mendengar pengakuan lelaki yang lebih tua di sampingnya.

“tuh, lucu lagi.”

biasanya, hanya minhee yang mampu membuat pipinya bersemu seperti ini, tidak ada orang lain selain minhee.

tapi, kenapa yunseong... bisa?

“a-apa―sih?”

tawa ringan mengalun dari mulut yunseong, entah punya keberanian dari mana tangannya terulur begitu saja untuk mengusak surai halus donghyun dengan gemas.

ini bukan kali pertama mereka bertemu, tapi kali pertama mereka berinteraksi. meski begitu, sebuah rekor di mana donghyun dapat berinteraksi sejauh ini dengan orang baru.

biasanya, donghyun akan merasa tidak nyaman. tapi yunseong benar-benar berbeda, sangat berbeda.

“jangan gugup gitu, makin keliatan salah tingkah, tau.”

“ka-kakak!”

donghyun menunduk malu, malu karena apa yang yunseong katakan benar-benar terjadi padanya.

ia gugup, dan semakin salah tingkah.

hal itu tidak bertahan lama, beruntung ponselnya bergetar dua kali, tanda sebuah pesan baru saja masuk.

donghyun dapat mengalihkan perasaan tak mengenakkannya saat ini pada ponsel di lengannya.

kak eunsang
|dongi, dimana?
|ke kantin, ya.
|minhee sama kak jungmo nunggu.
16.45

donghyun membalas pesan itu, sebelum memasukkannya kembali pada saku celananya.

“eum.. kak, aku duluan, ya.”

yunseong tersenyun tipis, lalu mengangguk, setelah itu, donghyun lekas pergi dari hadapannya.

meninggalkan yunseong dengan senyum gemasnya pada lelaki manis itu.

meninggalkan yunseong dengan senyum gemasnya pada lelaki manis itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

cuma mau bilang, chapter di cerita ini gak banyak. dan mungkin ceritanya bakal singkat banget karena gak lebih dari sepuluh.

see you❤️

want you, hwangkeumini✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang