。5

975 235 54
                                    

setelah membayar semua yang ia beli, donghyun bergegas keluar dari mini market yang jaraknya tak begitu jauh dari asrama.

langkahnya amat pelan, matanya menatap kosong jalanan di depannya. helaan napas selalu mengalun beberapa menit sekali darinya.

donghyun masih memikirkan hal tak logis yang baru saja ia alami di dapur asrama tadi.

“kayaknya emang bukan kak minhee,” gumamnya pelan.

kaki yang terbalut sandal rumah itu sesekali menendang kerikil kecil di jalan yang ia pijak.

“kak minhee gak pucat.”

iya, minhee yang ia temui di dapur memang agak berbeda.

“ish! ada apa sih akhir-akhir ini?!” gumamnya penuh rasa gelisa.

donghyun selalu merasa tidak tenang selama hampir satu pekan ini, ada yang berubah dengan hari-harinya. entah apa yang bisa dibilang berubah, karena secara visual harinya terlihat seperti hari-hari biasa yang sering ia lalui.

tidak, sepertinya ini memang bukan tentang visual. bukan tentang hal yang bisa ia lihat dan raba. tapi bisa ia rasakan.

karena, entah kenapa rasanya donghyun selalu tidak pernah merasa sendirian akhir-akhir ini.

sekarang saja, donghyun merasa jika jalan sepi ini bukan hanya ia sendiri yang pijaki. ada sesuatu yang ia rasa mengikutinya.

sebuah langkah, yang semakin mendekat―






“donghyun?”








“astaga!”

donghyun tersentak, benar-benar terkejut dengan sebuah suara dan sosok yang tiba-tiba muncul dari belakang.

ia menoleh, mengusap dadanya sambil menghembuskan napas.

“kak yunseong? ya ampun bikin kaget aja!”

donghyun tak berbohong, jantungnya berdetak lebih cepat dari laju normalnya. ia sedang merasa terintimidasi sesuatu, dan kehadiran orang yang baru ia kenal kemarin ini membuat terkejut.

“kamu habis dari mana?” tanya yunseong.

yang lebih muda mengangkat kantung plastik yang ia bawa, menunjukkannya ke hadapan yang lebih tua.

“dari mini market, beli cemilan.”

“sendirian aja?”

donghyun mengangguk, “hm, like.. what you see.”

“kakak sendiri? ngapain?” kini, donghyun yang bertanya.

“abis nemenin temen tadi,” jawab yunseong.

“oh..”

setelahnya, hening melanda, hanya ada suara gusuk kaki yang beradu dengan tanah. sangat berisik, dan itu terdengar dari kaki donghyun.

bocah keum itu memang tak pernah hening dalam melangkah, sangat berisik dan terdengar gasak-gusuknya. seperti anak kecil.

cara berjalannya sukses mengundang senyum gemas yunseong di sampingnya.

“jalan kamu berisik banget,” seru lelaki hwang itu.

donghyun refleks menoleh, kemudian tersenyum tak enak.

“maaf, kakak terganggu, ya?”

yunseong menggeleng kencang, “enggak, justru gemesin. kaya anak kecil,” jawabnya.

“a-ah gitu..”

donghyun menggaruk belakang kepalanya, merasa sedikit gugup setelah mendengar pengakuan dari lelaki tinggi di sampingnya.

want you, hwangkeumini✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang