Bagian 3

4.3K 266 7
                                    

Saat akhirnya Yuki membuka matanya, dia mendapati dirinya berada di atas ranjang besar yang nyaman, dengan selimut abu-abu hangat yang membalut tubuhnya. Yuki mengerjap lambat, dia menatap langit-langit putih dengan sinar kekuningan yang membuat kesan hangat. Sesaat Yuki hanya terdiam, untuk kemudian terperanjat kaget saat menyadari dimana ia berbaring sekarang. Di atas ranjang Tuan Mudanya. Tergesa-gesa Yuki turun dari tempat tidur, dia nyaris terjatuh karena selimut membelit kakinya.

Yuki masih berdiri dengan linglung, dia menoleh kesegala arah, dan hanya ada dia di dalam kamar itu. Yuki melihat pintu keluar, mungkinkah pintunya sudah bisa dibuka. Yuki berjalan, setengah berlari, mencapai pintu keluar lalu mendesah kecewa saat pintu itu ternyata masih terkunci. Lalu, kemana Tuan mudanya itu pergi.

Saat itulah suara pintu terbuka menarik perhatian Yuki. Gadis itu menjerit kecil, secepat kilat tangannya menutup mata. Yuki sama sekali tak menyangka, jika Stefan akan keluar dari kamar mandi dalam keadaan setengah telanjang. Sekilas Yuki melihat tubuh liat Tuan mudanya, berotot namun ramping. Stefan hanya melirik Yuki sekilas, tanpa rasa bersalah Stefan berjalan ke lemarinya. Laki-laki itu mengambil satu setel pakaian santai, melepas handuk putih yang menutup pinggul sampai setengah pahanya.

Stefan mengenakan pakaiannya santai bersama suara panik Yuki yang menyuruhnya untuk segera berpakain.

"Apa yang tuan lakukan!?"

"Tuan cepat pakai baju!!"

Dan masih banyak lagi. Stefan menatap Yuki geli. Dengan tubuh yang telah lengkap dengan pakaian, Stefan mendekati Yuki yang masih menutup matanya erat.

Yuki mengerang kesakitan saat puncak kepalanya diketuk cukup keras. Refleks tangannya menyentuh kepalanya, membuat matanya terbuka. Yuki mungkin belum menyadari, jika kini Stefan berdiri begitu dekat darinya. Sampai Yuki mencium aroma yang familiar untuknya. Gadis itu mendongak lalu menemukan Stefan yang berdiri satu jengkal darinya, Yuki ingin mengambil jarak saat ia sadar punggungnya menyentuh daun pintu.

"Tu...tuan."

"Apa?" Stefan menyandarkan tangannya di sisi kanan kepala Yuki, dia membungkuk.

"Bisa anda, mundur sedikit."

"Kau memerintahku?"

"Bukan, hanya saja, ini terlalu dekat."

"Kau pikir begitu, kupikir sebaliknya."

"Apa?"

"Menyingkirlah, kau tidak ingin keluar dari sini." Stefan menatap Yuki dingin. Gadis itupun segera menyingkir dari pintu saat Stefan melangkah mundur.

Yuki memegangi dadanya yang bergemuruh, menekannya kuat agar detaknya kembali normal. Yuki menandang punggung kokoh di depannya, pasti nyaman jika bersandar di sana. Secepat pikiran gila itu merasuk ke kepala, secepat itu pula Yuki memukul kepalanya.

Bodoh, beraninya dia berfikir seperti itu pada Tuan Mudanya.

"Hei, masih tetap ingin di sini? Tidak masalah." Stefan akan menutup pintu kamarnya lagi, saat Yuki berjalan cepat melawatinya.

Stefan tersenyum miring menatap punggung kecil Yuki yang menjauhinya. Menutup pintu di belakangnya, Stefan mengikuti jejak Yuki yang turun ke lantai satu. Kakinya otomatis melangkah ke dapur, tempat Yuki berada sekarang.

"Buatkan aku makanan."

Suara bernada perintah itu mengejutkan Yuki. Gadis itu berbalik, dan mendapati Stefan telah duduk di meja makan yang ada di dapur.

Yuki melirik jam dinding yang tersedia di dapur. Pukul 4 sore, itu artinya mereka melewatkan makan siang. Pantas saja perut Yuki terasa perih. Tapi tiga jam lagi waktu makan malam.

Maid Mine : FF version : StefkiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang