Bagian 11

3.6K 181 4
                                    

Matahari telah naik ke puncak yang lebih tinggi ketika Stefan mulai membuka matanya. Tubuhnya lelah, tapi lega. Seakan semua beban yang selama ini di tahannya luruh ke dasar jurang yang paling dalam. Dan memang begitulah kenyataannya.

Saat jam menunjukkan pukul dua dini hari, Stefan baru menghentikan kegiatan panasnya dan Yuki. Bahkan ketika wanita itu sudah tak mampu membuka matanya lagi, Stefan tetap mendaki kenimatkanya seorang diri.

Laki-laki yang masih telanjang di balik selimut itu tersenyum, namun hanya sejenak, saat tangannya meraba ruang kosong di sisi ranjangnya. Kepala Stefan seperti dipukul godam, tersentak. Dia bangun dan mendapati dirinya seorang diri di kamarnya yang luas.

Stefan menatap ceceran bajunya di atas lantai, yang seharusnya bergabung dengan helaian baju Yuki. Stefan menyibak selimut, meraih celananya cepat kemudian memakainya kilat. Jantungnya bertalu keras ketika tak menemukan Yuki di kamar mandi, berjalan dengan langkah lebar menuju dapur, Stefan mengabaikan beberapa pelayan wanita yang merona melihatnya bertelanjang dada.

"Dimana dia?" tanyanya langsung pada Claire.

Tak perlu bertanya siapa yang tuannya maksud, Claire sudah paham. "Yuki bilang dia akan pergi sebentar."

"Kemana? Sejak kapan?" Stefan nyaris berteriak. Seharunya dia memastikan Yuki tidak lepas dari pelukkannya semalam.

"Baru saja tuan, dia bilang ingin mengunjungi ibunya."

Tak mengucapkan apapun lagi, Stefan kembali ke kamarnya. Dia membersihkan diri dan berpakaian secepat mungkin. Menyambar kunci mobilnya di atas meja kerja, Stefan lantas keluar dari rumahnya. Mengendarai mobil secepat yang ia bisa menuju area pemakaman di utara london.

Highgate cementery, merupaka pemakaman yang ada sejak tahun 1839. Banyak yang cerita berkembang di tempat yang juga merupakan cagar alam ini, salah satunya adalah cerita vampir yang melegenda. Tapi mengesampingkan semua kisah seram yang mengekori pemakaman highgate cementery, Yuki pikir ini adalah tempat yang indah dan tenang dengan semua bangunan makam yang tertata rapi.

Yuki duduk di samping makam ibunya. Tanpa kata, sudah sejak tiga puluh menit yang lalu. Apa yang terjadi malam tadi seperti proyektor yang terus berbutar dalam kepalanya. Tubuhnya pun masih bisa merasakan sisa sentuhan Stefan. Yuki bahkan hampir tak bisa bergerak tanpa menahan nyeri di pusat tubuhnya.

"Bu, apa kau ada di tempat yang bagus sekarang? Ku rasa kau sedang di sana." kalimat pertama yang Yuki ucapkan setelah lama berdiam diri. "Menurutmu, bagaimana jika aku menyusulmu. Apa kau keberatan?" Yuki tersenyum kecut. "Kau pasti akan memarahiku habis-habisan, ya."

Semilir angin menerbangkan helai rambut Yuki yang terurai begitu saja. Setetes air matanya jatuh, yang selanjutnya disusul oleh tetesan yang lain. Sesak di dada Yuki tak terelakkan, wanita itu menangisi hidupnya. Jika bisa Yuki ingin menyalahkan Tuhan, tapi mana mungkin, Yuki hanya boneka yang memiliki tugas dengan peran yang sudah ditentukan. Dia tak memiliki hak untuk protes, yang harus dilakukannya hanya menjalankan semuanya dengan sebaik mungkin.

Ibunya pernah bilang, jika hari ini kita dibuat menangis oleh Tuhan. Itu agar kita memiliki hati yang kuat. Dan, jika hari ini mendung menaungi langit birumu, percayalah jika sebenarnya Tuhan sedang menyiapkan hari yang cerah untuk kita duduk di bawahnya besok.

Yuki percaya, dia sangat percaya. Hanya saja, kapan langit cerah itu ada untuk Yuki.

Yuki lahir ditengah pernikahan tidak bahagia orang tuanya. Ibunya pergi meninggalkan Yuki bersama ayahnya yang pemabuk karena tidak bisa menahan sakit batin dan fisik, padahal saat itu Yuki baru berusia tiga tahun. Sejak saat itu, ayahnya yang sering lepas kendali ketika mabuk, mengganti sasarannya saat marah pada Yuki. Yuki kecil seringkali dipukuli, dia harus bekerja membersihkan rumah setiap hari dengan tangan kecilnya. Sampai ketika Reiko kembali ketika ayahnya berniat menjual Yuki, ayahnya dipenjara karena perbuatanya. Hingga sekarang Yuki tak lagi tahu kabar tentangnya, lebih tepatnya, tak ingin lagi tahu.

Maid Mine : FF version : StefkiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang