Bagian 6

3.7K 235 4
                                    

Pagi ini seperti pagi-pagi biasanya. Semua pelayan sibuk membersihkan debu di kediaman Aldebaran sejak matahari belum menampakkan sinarnya, merawat kebun bunga kesayangan Nyonya Ellie, memoles koleksi patung, guci dan lukisan milik Tuan Adam. Yuki mendapat bagian menyiapkan sarapan bersama Claire, hari ini makanan yang dibuat mereka sedikit lebih istimewa. Karena Tuan dan Nyonya Aldebaran baru saja kembali setelah dua minggu melewati perjalanan bisnis mereka.

"Ini sudah selesai, sebaiknya kau segera bangunkan Tuan muda." Ujar Claire saat Yuki selesai menyiapkan puding roti kesukaan Nyonya Ellie.

"Oh, itu, sebenarnya. Bisakah hari ini kau yang membangunkan Tuan Muda Bibi Clai."

"Kenapa?" kening Claire yang sudah mulai keriput harus mengerut heran.

"Entahlah, dua hari ini Tuan muda sepertinya sedang marah padaku." Mungkin karena kejadian malam itu. Pikir Yuki murung. Dia sama sekali tidak berniat kurang ajar dengan menolak Stefan, tapi Yuki juga tidak bisa menerima perbuatan Stefan begitu saja. Trauma dan harga diri, Yuki masih memilikinya hingga sekarang.

"Memang apa yang kau lakukan. Astaga Yuki, kau tahu kan ini buruk. Membuatnya marah sama saja dengan membangunkan beruang tidur."

"Maaf." Yuki menunduk. Merasa bersalah.

Claire hanya bisa menghembuskan nafasnya panjang. Dia tak bisa sepenuhnya marah pada Yuki. Claire tahu betul seperti apa sifat Sang tuan muda, Stefan yang tak bisa ditebak. Yuki pasti kualahan jika harus terus berusaha mengerti tentangnya. Tapi mau bagaimana lagi, sejak Yuki menginjakkan kakinya di rumah ini, Stefan tak ingin siapapun menggantikan tugas gadis itu. Harus dia yang mengurus segala keperluan Stefan. Jika tidak laki-laki itu akan marah besar, dan itu jelas bencana bagi semua orang.

"Kau bujuk Tuan muda untuk bangun pelan-pelan, kau tahu jika bukan kau yang masuk ke kamarnya akan jadi apa setelahnya."

"Baik." Yuki mengangguk singkat. Setelah itu dia berjalan ke kamar Stefan dengan jantung berdetak keras.

Ragu-ragu Yuki mengetuk pintu kamar Stefan. Meminta izin untuk masuk. Tapi tidak ada sahutan dari dalam. Sebenarnya Yuki tahu pasti tak akan ada tanggapan, ini masih jam jutuh pagi, Stefan jelas masih di atas ranjang besarnya. Tangan putih gadis itu mendorong handel pintu, kepala Yuki yang pertama masuk. Dia melihat kamar yang begitu berantakan, padahal kemarin Yuki baru saja merapikannya. Dia meringis, memasukkan seluruh tubuhnya ke dalam kamar Stefan yang tak ubahnya kapal pecah.

Yuki menggulung lengan kemeja hijau mudannya hingga siku, siap untuk membereskan apa yang telah Stefan lakukan pada kamarnya sendiri. Sesekali Yuki melirik Stefan yang masih bergelung nyaman di atas ranjangnya, laki-laki itu tidur dengan posisi tengkurap, tubuh bagian atasnya tak mengenakan apapun, hingga Yuki dapat melihat jelas punggung tegapnya bersinar di bawah cahaya matahari yang masuk lewat jendela.

Berulang kali Yuki membiasakan diri, berulang kali juga ia gagal, Yuki tak pernah bisa terbiasa dengan pemandangan itu. Lagipula kenapa Stefan begitu tak tahu malu, memperlihatkan bagian tubuhnya pada gadis seperti Yuki.

Yuki memungut baju-baju bekas pakai yang Stefan campakkan begitu saja di sudut kamarnya. Wajah Yuki memanas setiap kali menemukan celana dalam Stefan di tumpukan baju itu. Sekali lagi, Yuki gagal membiasakan diri. Yuki memasukkan semua pakaian kotor pada keranjang baju, dia akan mencucinya setelah ini. Yuki lalu beralih pada kertas yang berserakkan di bawah meja kerja Stefan. Melihat banyaknya kertas tak berbentuk, pasti Tuan mudanya kesulitan dalam membuat desain mobil. Stefan mungkin hanya terpaut beberapa tahun diatas Yuki, ia bahkan sedang melanjutkan pendidikan S2 di tempat yang sama dengan Yuki, tapi Tuan Adam sudah mempercayainya untuk mengurus salah satu usahanya yang bergerak di bidang otomotif. Salah satu hal yang Yuki kagumi dari laki-laki itu adalah tanggung jawabnya pada apa yang telah Tuan Adam berikan.

Maid Mine : FF version : StefkiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang