4. Kesan Pertama

6 1 0
                                    

"Kinanti Satriawina, keluaran Institut ×× Bandung, jurusan bahasa, riwayat prestasi lumayan, IPK juga di atas rata-rata," katanya sambil membaca CV ku.

"Hmm...." kini ia mendongak menatapku tajam, "tapi kalau terlambat 15 menit di hari pertama kerja itu....parah sih, "
"lain kali jangan begitu ya."

"Iya bu, maaf...."

"Ibu? Haha, panggil saja Mbak Endah" ujarnya, sementara tangannya menungguku untuk bersalaman.

"Eh,maaf, bu, eh...Mbak Endah, saya gak bisa salaman"
ugh, aku benci ini, aku tak ingin melihat masa lalunya.

"Lho, kenapa? Saya gak gigit kok" memang mengherankan kalau orang yang baru pertama kali bertemu denganku ditolak berjabat tangan.

Aku yang berusaha mencari jawaban yang logis membuat susana hening dan canggung sementara waktu.

"Ya sudah, kalau begitu." Ujarnya. Aku menghela nafas lega. "Ingat, tugas kamu disini sebagai editor kepenulisan, untuk ilustrator, saya pilihkan Mas Fajar buat partner kamu."

"Iya, Mbak" kataku lesu sembari meninggalkan ruangan.

'Huft, capek deh. Udah tadi jatuh naik sepeda, direcokin kepala editor lah, hari ini hari apa, sih? Kok apes banget rasanya.' Batinku.

Kucoba untuk menghalau badmood ku di hari pertama kerja ini, dan yang harus kulakukan selanjutnya adalah mencari partner ku, Mas Fajar katanya.

Tapi sebelum itu aku harus mencari meja kerjaku yang terletak di ujung belakang ruangan. Saat aku mulai berjalan ke sana, tiba-tiba ada orang yang menepuk bahu ku dari belakang. Sontak aku menoleh dan aku pun terkejut.

"Lho? Mbak?"

"Mas?"

Aku dan dia-mas mas itu langsung bertatapan bingung. Melongo.
Bukan tanpa alasan, Mas itu adalah orang yang tadi menolongku saat terjatuh naik sepeda.

"Oalah...Mbak kerja di sini toh..." ujarnya.

"Iya, mas baru masuk hari pertama kerja ini." Jawabku.

"Di bagian editing naskah, mas. Eh, iya tadi saya disuruh cari yang namanya Mas Fajar, kalo boleh tahu orangnya yang mana ya?"

"Mas Fajar?"
Bukannya menjawab pertanyaanku, dia malah terdiam sejenak lalu tiba-tiba dia tertawa. Dan aku hanya memandangnya kebingungan.











To be continued

Don't Touch Me!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang