Prologue

61 18 8
                                    

If only music love

Perkenalan kita memang tak semanis yang kuharapkan tapi aku ingin akhir kisah kita manis seperti yang kubayangkan.
Reyga



1

“Duduk, keluarin buku lo.”

tanpa sepatah kata, Atta menuruti perintah Reyga. Di lepaskannya tas yang sedari tadi ia gendong lalu Atta  mengeluarkan beberapa buah buku dan diletakkan di depan Reyga.


“Pak Jamali bilang kita enggak boleh cari di internet jadi sebisa mungkin kita ngerangkai kalimat sendiri,” kata Reyga pelan membuat hati Atta berdesir, dia menatap wajah Reyga yang penuh kesempurnaan. Alis, mata, rambut, bibir, semuanya sangat pas seolah Tuhan menciptakannya dalam keadaan tersenyum.

“Ta,” serunya lagi yang langsung menyadarkan Atta dari lamunannya.

“Lo kenapa?” Reyga menatap Atta geli, tidak ia sadari rona merah terpampang nyata di pipinya. Atta lalu membuang pikirannya jauh jauh dia berusaha menunduk agar Reyga tidak melihat pipinya yang memerah. Namun, sepertinya terlambat rupanya Reyga sudah melihatnya.

“Lo malu?” Reyga menatapnya dalam membuat Atta semakin malu.


“Enggak tuh, malu sama lo? Dih amit-amit.” Atta membuka bukunya, mencoba mengalihkan perhatian.


“Gue tadi ngomong apa coba?” tanya Reyga lagi.

Tugas dari Pak Jamali : Cari 4 kelompok sesuai dengan keinginan dan standar otak kalian. Buat penjelasan tentang proses masuknya agama Hindu Buddha di Indonesia. Dikumpul Minggu depan jangan ngaret!!



“Ga tau." Atta mengerjapkan matanya sambil tersenyum tanpa dosa. Reyga hanya menghela nafas berat, lalu menjelaskan dengan detail bak guru yang sebenarnya. Alih-alih mendengarkan, Atta malah memerhatikan lelaki yang tengah duduk di hadapannya dengan kaki bersila, seutas senyuman tercetak di bibirnya.


“mudeng?” Atta gugup ketika Reyga tiba-tiba menatapnya, dia takut kepergok sedang mengagumi sosok Reyga-pemuda menjengkelkan.


“Eh, em, duh masih bingung hehe.” Atta menggaruk kepalanya yang tidak gatal, bersamaan dengan itu Reyga langsung menjelaskannya kembali. Kejadian itu terus berulang-ulang sampai Reyga menangkap basah Atta yang tengah menatapnya.


“Hm... Pantesan aja dari tadi nggak mudeng-mudeng.” Reyga mengusap kepala gadis itu, secara otomatis Atta menunduk karena usapannya yang semakin mengeras hingga rambutnya awut-awutan.


“Ih, apaan, sih, Rey.” Atta menepis tangan ramping Reyga yang masih mengusap kepalanya.


“Pak Jamali, sih, rese jadi waktu dia jelasin gue ngebo,” sangkalnya ketika Reyga mulai menggodanya.


“Gue nggak rese tapi kok lo masih nggk mudeng?”


“Kata siapa nggak rese, huh,” sela Atta cepat lalu tangannya meraih apel di sampingnya memakan dengan ukuran besar, hingga pipinya menggembung.

Reyga mengamatinya dalam diam.


“Mau?” tawar Atta sembari menyodorkan apel yang dimakannya itu.


“Mau.” Reyga mengambil tangan Atta dan memakan apel ditangan gadis itu, bahkan gigitan Atta di apel itu ikut termakan sebagian. Atta tercengang lalu mengerjapkan matanya.


“Ih, kok lo makan punya gue sih! Itu kan ada banyak.” Atta menunjuk apel di sampingnya, tidak ada jawaban dari Reyga karena ia sudah kembali fokus pada buku tulisnya.


“Lo bisa ngerangkai kalimat yang ini enggak?” Reyga menunjukkan kalimat panjang yang menjelaskan tentang proses masuknya agama Hindu Budha di Indonesia.

“Dibuat persis kaya gitu cuman kata-katanya di bedain dikit lah, masa enggak bisa?” tanya Reyga sekali lagi.

Dengan mengerutkan keningnya Atta menggeleng “Susah,” keluhnya.


Reyga menepuk jidatnya sendiri pelan “Lebih susah mana? gue daritadi ngomong sama murid bekas yang tololnya enggak ketulungan, untung lo masuk IPS coba kalo masuk IPA gue jamin tubuh lo langsung kering kerontang.”


“Gue. Masih. Adaptasi. Nanti juga gue bakalan jadi juara kelas.” dengan ketus Atta menekankan nada bicaranya di setiap katanya.


Reyga memandang wajah Atta serius sebelum akhirnya tertawa terbahak-bahak, Atta pun menatapnya heran. “Lo kesambet?”

Reyga menghentikan tawanya, “enak aja gue kesambet! Maksud gue lo yang cuma punya otak standar, eh ralat di bawah standar, mau jadi juara kelas?” sedetik kemudian Reyga kembali tertawa.


Hilang sudah semua kekagumannya pada sosok Reyga yang memang sangat menyebalkan. Kekaguman Atta berubah menjadi kemarahan yang luar biasa seenaknya saja Reyga mengatakan bahwa otaknya di bawah standar.

“Dasar lo ya!” pekik Atta sebelum menyerbu Reyga dengan beberapa tinjuan yang mendarat di wajah perut punggung serta dadanya.


Posisi mereka sangat mengenaskan, mereka berdua berguling di hamparan rumput liar yang tidak terlalu tinggi mereka bahkan sudah berguling jauh dari tempatnya. Hingga akhirnya Reyga mencekal kedua tangan Atta yang sibuk memukulinya. Reyga juga mengubah posisinya yang tadinya dia dibawah menjadi dia di atas. Wajah mereka sangat dekat, sejumput rumput liar tampak menempel di pipi Atta yang membelalakkan matanya.

“jangan macem-macem sama cowok kalo di tempat sepi kaya gini.” Reyga menyeringai lebar penuh kemenangan dan Atta, astaga dia semakin membelalakkan matanya karna sekarang posisinya berada di bawah Reyga. Amarahnya kembali memuncak.

“Lo kaya barongsai kalau lagi melotot.” Reyga kemudian tersenyum lebar lalu bangkit berdiri. Sedangkan Atta masih diam ditempatnya. Wajahnya memanas.


~IOMLOVE~

Hello wellcome back to my lapak
Kali ini prolognya manis lah ya

  Ga ngemis cuma ngingetin, bintang kecil di pojok kiri:)

Follow ig
Vivipermatasari0675

If Only Music Love [Akan Terbit] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang