Atta Cierla

22 8 3
                                    

Happy reading...

Sedikit takut memiliki karena akhirnya akan pergi
Atta

2

“Apa! Ayah mau pulang, beneran, Yah?”

(....)

“Wah Atta nggak sabar pengen ketemu Ayah, Ibu pasti seneng banget deh.”

(....)

“Iya pasti dong, Yah, besok Atta sama Ibu bakalan buatin makanan kesukaan Ayah. Rendang jengkol kan! Huah Atta bener bener nggak sabar.”

(....)

Oh, ya udah, iya, dada Ayah muah, Waalaikumsalam.”

***

Seorang gadis bertubuh mungil tengah berdiri di samping ranjangnya, dengan girang gadis itu berlari menuju dapur. “Ibu, Ibu!” teriaknya lalu menghambur ke pelukan sang Ibu.

“Iya sayang, ada apa, seneng banget kelihatannya.” Seorang wanita paruh baya itu tersenyum manis, guratan guratan halus di wajahnya terlihat saat tersenyum.

“Ibu, Ayah besok pulang!” tanpa melepas pelukannya dari sang Ibu, gadis bernama Atta itu melonjak girang bak seorang anak kecil yang baru mendapat permen.

“Aduh! Atta jangan goyang-goyang nanti ketumpahan minyak goreng.” Wanita paruh baya itu tengah menggoreng kentang sedangkan sebelah tangannya ia gunakan untuk memeluk Anaknya.

“Yang bener, Ayah mau pulang, bukannya tiga bulan lagi baru Ayah kamu pulang hm... Atau jangan-jangan kamu lagi tidur terus ngigo, ya?”

“Ih Ibu kok enggak percaya sih, Atta itu beneran, tadi Ayah telfon terus ngomong kalo besok Ayah pulang katanya sih mau ngomong sesuatu tapi enggak bisa lewat telepon,” jelas Atta.

“Kira kira Ayah kamu mau ngomong apa ya, Ta?” Sembari mematikan kompor, Anita memandangi wajah anak semata wayangnya itu dengan penuh tanda tanya.

“Atta juga enggak tau, yang penting Ayah pulang!” serunya lalu berlari meninggalkan sang Ibu yang hanya bisa tersenyum sembari menggeleng gelengkan kepalanya pelan.

***

Atta Cierla seorang gadis cantik bertubuh mungil serta rambutnya yang terurai sebahu itu tengah tersenyum bahagia menantikan kepulangan sang Ayah tercinta yang merantau ke pulau Jawa, Yudi-nama Ayah Atta yang bekerja sebagai karyawan di sebuah badan kemanusiaan.

Pagi ini di rumah mungil milik Atta sangat ramai meski hanya ada dia dan Ibunya, tapi karena Atta memang senang berceloteh jadi suasananya menjadi ramai, dia dan Ibunya tengah mempersiapkan segala sesuatu untuk kedatangan sang Ayah.

“Ibu buat rendangnya yang banyak ya biar Ayah nanti bisa makan banyak-banyak, Atta kan enggak bisa masak jadi Atta beresin ruang tamu sama taman aja ya?” Atta yang sedari tadi berceloteh sembari berdiri melihat Ibunya yang sibuk memasak itupun lalu melenggang pergi setelah Ibunya berkata 'iya'.

Cuaca sangat terik peluh membasahi pelipisnya, dia sudah selesai membereskan rumah serta menyirami bunga bunga yang ada di taman mini samping rumahnya.

“Atta, sudah Nak, masuk rumah sini!” seru Ibunya dari dalam rumah.

“Siap, Bu!” sahutnya lalu berlari ke dalam rumahnya.

“Kok Ayah lama ya Bu,” keluhnya sembari mengibas rambutnya yang basah terkena keringat.

“Sabar aja mungkin nanti malam baru nyampe."

“Ya udah Atta mau mandi dulu deh, biar wangi.” Atta meringis memamerkan deretan gigi putih miliknya.

“Gue harus dandan cantik biar Ayah tau kalo anaknya udah gede bukan anak kecil yang suka nangis lagi.”  Atta cekikikan memandangi wajahnya yang mungil di depan cermin. Wajahnya masih polos dengan mata yang berwarna cokelat kayu, rambut lurus sebahu, hidung mungil serta kulitnya yang kuning langsat menjadikan Atta seperti anak kecil meski usianya sudah menginjak 16 tahun.

“Hm... Wangi banget baunya,” Gumam Anita yang baru saja membuka pintu kamar Atta.

“Iya dong biar Ayah nanti kaget kalo anaknya ternyata udah gede.”

“Ayah kamu pasti bangga anaknya sudah menjadi seorang gadis cantik sepertimu sayang.” Anita menghampiri Atta perlahan di sisirnya rambut hitam Atta.

“Ibu besok aku ingin mengajak Ayah jalan-jalan liburan sekolah ini akan sangat menyenangkan jika bersama Ayah.”

Anita mengelus rambut Atta lembut di tatapnya wajah Atta lewat pantulan cermin di hadapannya. “Iya sayang, tapi jangan minta gendong Ayahmu karena pasti Ayah tidak akan kuat menggendongmu lagi.”

Anita terkekeh memandangi wajah Atta yang menggembungkan pipinya. “Atta kan kecil pasti Ayah enggak akan keberatan lah,” ujarnya bersih keras sebelum akhirnya dia mendengar deru mesin mobil yang berhenti tepat di depan rumahnya.

Tok... tok...tok...

Seribu langkah Atta gunakan meski jarak antara pintu rumah dengan kamarnya hanya terbatas oleh ruang keluarga yang kecil tapi Atta berlari demi untuk membukakan pintunya.

Cklek...

Suara kenop pintu yang ditarik ke dalam. Di luar terdapat seorang lelaki bertubuh tinggi besar dengan kacamata bertengger di hidungnya, guratan halus di keningnya yang membuat lelaki itu tampak berwibawa.

“Ayah!” seru Atta sedetik kemudian dia sudah menghambur ke pelukan hangat sang Ayah, di belakangnya Anita berdiri dengan senyum yang tak pernah memudar dari bibirnya.

“Oh Atta, anak ayah sudah besar dan cantik sekali,” puji lelaki itu yang hanya dibalas dengan anggukan kecil di kepala Atta.

“Atta biarkan Ayahmu masuk rumah dulu kasian dia pasti lelah setelah perjalanan panjangi,” tegur Anita. Perlahan di lepasnya pelukan dari Ayahnya ia lalu melangkah mundur membiarkan Ayahnya masuk kedalam rumah, sedangkan Anita dengan sigap mengambil dua koper di depan pintu lalu kembali menutup pintu rumahnya.

“Ayah, Ayah ayo makan Atta sama Ibu udah masak rendangnya, lho.”

Atta berjalan beriringan dengan Ayahnya menuju ruang makan diikuti oleh Ibunya. “Oh ya? sekarang Atta udah bisa masak?” gumam ayahnya tampak tidak percaya, diliriknya Anita yang berada di belakangnya.

“Atta emang dari dulu pinter, pinter ngomentarin masakan Ibunya yang pasti,” sahut Anita lalu menarikan kursi untuk Yudi duduk.

~IOMLOVE~

Kenalan dulu gih sama bocil alias Atta, tuh anak mukanya doang polos dalemnya mah warbiazah hahah, ini sengaja aku buat partnya dikit banget pemanasan dulu ye kan

Ngingetin lagi deh, liat tuh di pojok kiri ada bintang kecil kan? kalau di tekan bisa bersinar tauk!

Kamu juga bisa komen komen cantik lho:)

Follow ig
Vivipermatasari0675

If Only Music Love [Akan Terbit] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang