IFY | 1

74 1 0
                                    

Kring...kring..kring..

Suara alarm yang terletak diatas sebuah nakas berbunyi menandakan pukul enam pagi.

Membuat Tania terbangun dari tidur lelapnya. Menandakan waktunya Tania untuk bersiap-siap berangkat ke sekolah barunya.

"Tania, ayo sarapan" suara merdu yang terdengar dari ruang dapur itu milik ibuku. Ibu yang selalu menemaniku sedari kecil.

"Iya bu" sahut Tania yang sedang menyisir rambut panjangnya yang bergelombang.

Tania segera menuju ruang makan untuk menyantap sarapannya yang sudah dibuatkan oleh sang ibu tercinta.

"Emm... Enak bu" jawab Tania dengan wajah yang penuh kebahagiaan.

Ibu Tania yang mendengarnya dari kejauhan melebarkan senyumannya kepada anaknya itu.

"Tania, cepat makannya nnti kamu terlambat ke sekolah lho." Kata ibu yang sedang mencuci beberapa piring yang berada di westafell

"Iya bu, tenang saja aku inikan pelari yang hebat" sahut Tania sambil menyombongkan dirinya.

~~

Tania menarik napasnya yang tak beraturan sesampainya di depan gerbang sekolah. Gadis itu melihat jam di tanganya yang menandakan pukul tujuh lewat lima belas menit.

"Hhuufff... untunglah tepat waktu." kata gadis itu yang berdiri sejenak sambil membenahi dirinya yang tak karuan akibat berlarian sedari tadi.

Yah jarak rumah Tania dari sekolah memang tidak terlalu jauh. Menurut gadis itu berlarian setiap pagi membuat dirinya merasa bahagia tanpa harus mengeluarkan uang sepeser pun.

Plakk

Tiba-tiba ada yang memukul pundak Tania. Membuat gadis itu kaget.

"Duh" sahut Tania sambil memegangi pundaknya.

"Loe ngapain disini?"
"Ngak masuk kelas!!"
"Nanti kena hukuman loe baru tau rasa" Tanya Elina, teman Tania yang super cerewet.
Mereka berdua bertemu pada Masa Orientasi Sekolah (MOS).

Tania emang dari dulu tidak memiliki teman di sekolah, namun entah mengapa Tania yang bertemu dengan Elina merasa bahwa Elina adalah orang yang baik.

Tapi kadang kala Tania berfikir mengapa gadis ini mau berteman dengannya yang miskin dan berparas jelek. Apalagi Elina anak orang kaya dan cantik.

Ayahnya bekerja sebagai direktur pada sebuah perusahaan minyak dan ibunya seorang dosen di sebuah universitas terkenal.

Itulah mengapa banyak yang menyukai Elina. Tapi gadis itu hanya mau berteman denganku. Alasanya karna katanya aku beda dari teman-temannya yang lain.

"Ayukkss.. masuk!!" Elina menggenggam tangan Tania, menarik gadis itu ke kelas.

~Bel pulang sekolah berbunyi~

Hari ini memang tidak ada pelajaran sama sekali karna hari pertama sekolah. Yang dilakukan cuman pengenalan diri.

"ayo pulang bareng gue" kata Elina sambil merangkul tangan Tania.

"iya..iya.. Sabar" sahut Tania sambil mengemas beberapa bukunya.

"Cepettan.. duhh lama banget. Kayak putri solo aja loe" jawab Elina sambil ketawa mengejek, membuat Tania langsung melototinya dengan kesal sambil memakai tas ranselnya.

"Cciihhh... iya..iya putri malu" Tania tersenyum memandangi temannya yang cerewet tersebut sambil keduanya berjalan keluar kelas.

"Idih.. sorry yah aku ini bukan putri malu, tapi putri Elina.. Tau ngakk sihh..." jawab Elina dengan sorot mata tajam. Sambil memainkan rambutnya.

"Ter...Se...Rah" sahut Tania dengan nada mengejek.

Elina yang terus ngerocos tak henti-hentinya berbicara. Sedangkan Tania hanya mendengarkannya..

Sampai mereka berdua tidak menyadari bahwa mobil yang digunakan oleh mereka sudah berada di depan rumah Tania.


~

Ini cerita Romans pertama yang saya buat. Maafkan atas segala kesalahan dalam penulisan.

IF YouWhere stories live. Discover now