Kulepas dirimu saat senja tenggelam bersama perahu tua itu
Sudah lama tekadmu berlabuh di negeri seberang
Dan aku hanya diam mendengar celoteh riangmu
tentang mimpi yang ingin kausemai
lalu memanennya di rantaumu kelak"Aku masih ingin tinggal di tanah kelahiran,
dimana kopi dan lada membuahkan bijian-bijian harapan.
Tapi aku juga ingin melempar sauh mimpiku jauh ke laut-laut masa depan,"
ucapmu membungkap setiap interupsiku.'Aku tak dapat melupakanmu walau sudah kutimbun wajahmu
di balik tumpukan manuskrip tua yang menguning dan kesepian.
Sama seperti diriku yang kautanggalkan layaknya daunan layu.'Senja meninggalkan gurat-gurat jingga di kanvas waktu
Awan-gemawan menuntunku kembali menuju lorong-lorong masa lalu
Dindingnya terpahat relief wajahmu juga aku
Dan segala tualang kita di kebun tua yang kesepian itu'Aku ingin berziarah bersama celotehmu yang subur dalam ingatan.
Bukan semata ingin menatap bianglala yang terbias di wajahmu,
melainkan duduk membaca mimpi yang kaubangun menjadi surga yang merindu.'Kutinggalkan dermaga tua dimakan senja yang hilang dimataku
Berharap dirimu berbalik pulang dan menyeretku berlayar bersama
Mengarungi laut dua negeri yang akan melahirkan kita kembaliBandar Lampung, 5 Mei 2015
dalam antologi puisi A Voice: Guitar