Part 9

894 22 0
                                    

..., Dia tak mau berlama-lama mendekatkan diri pada tubuh wanita yang dicintainya itu, karena dia khawatir dirinya tak mampu menahan diri untuk tidak berbuat yang lebih jauh lagi ....

================================
🍂🍂🍂

PERUBAHAN SIKAP HAIZAL

Hiruk pikuk kota semakin meningkat di setiap tahunnya. Kepadatan terjadi di mana-mana. Bangunan-bangunan megah bertengger gagah di setiap sudut kota. Tak seperti dulu. Banyak pengusaha mengincar area strategis dan lahan kosong. Merogoh kocek ratusan ataupun miliyaran juta, demi melebarkan bisnis yang dijalankan.

Dua tahun belakangan, penginapan bertingkat tiga berdiri megah di tengah pemukiman warga. Warga sekitar mulai resah, seakan tak memiliki privasi di halaman rumah sendiri, walau dinding dan pagar tinggi mengelilingi pemukiman mereka.

Biasanya, para wanita yang terbiasa berhijab akan berjalan santai dengan pakaian seadanya saat menjemur cucian, membersihkan halaman ataupun sekadar bermain dengan anak-anak mereka. Namun, kini privasi itu seakan hilang. Sebagian dari mereka merasa tak nyaman, bahkan harus mendongakkan kepala terlebih dulu sebelum beraktifitas di halaman masing-masing.

Seperti halnya Zoya, karena dilahirkan di kota yang tidak terdapat banyak bangunan tinggi dan mewah, dia sudah terbiasa berpakaian ala kadar di halaman rumahnya. Namun, kini terpaksa menutup rapat tubuhnya walau hanya hendak menjemur pakaian di halaman belakang rumah Haizal yang berukuran cukup luas.

Pernah suatu ketika, sebelum memutuskan memakai pakaian tertutup walau hanya sekadar ke halaman belakang, dia melenggang santai hanya dengan tubuh berbalut handuk. Kala itu berniat menjemur cucian. Namun, betapa sangat shock saat wanita berkulit putih itu mendongakkan kepala. Ternyata dilihatnya sekumpulan pria, entah itu lima atau enam orang tengah asyik bercengkerama di atas balkon tingkat dua. Bahkan secara diam-diam mereka fokus mengamati dirinya dari atas. Entahlah, itu sudah berlangsung berapa lama, karena Zoya sudah terlanjur selesai menjemur seluruh cucian seember.

Bagaimana mungkin tidak akan terlihat, sedangkan halaman rumah dan penginapan hanya terpisah oleh sekat dinding?

Zoya yang merasa shock hanya mampu terbelalak dan berteriak menatap pria-pria tersebut, sedangkan para pria itu hanya tersenyum santai ke arahnya.

'Deg ... ' jantung wanita itu nyaris saja melompat dari tempatnya. Entah apa yang dirasakannya saat itu. Tiba-tiba kedua kakinya terasa lemas, tubuhnya gemetar. Segera dia berlari masuk ke dalam rumah. Kemudian menangis. Terdengar jelas tawa bergelegar bersama dari atas sana.

Mungkin bagi mereka, itu pemandangan biasa. Namun, bagi wanita seperti Zoya yang sudah bertahun-tahun rapat berhijab mulai usia dini, tepat awal mulai menstruasi pertamanya, Baligh, itu benar-benar adalah suatu hal memalukan yang membuat perasaannya amat terpukul. Rasa malu atau hilangnya kehormatan seakan berkecamuk menjadi satu dalam benaknya.

Padahal ... hanya tatapan, tapi mampu membuat hati wanita itu terasa patah.

Dari dalam rumah, sempat Zoya mendengar  percakapan mereka.

"Woi, Lu ... Lu ... pada!! Ngapain pagi-pagi dah ribut aja?" Pria satu.

"Kita lihat perempuan di bawah situ! Cakep, beud!!" Pria dua.

"Begh ... !!! Jangan ditanya. Bening, putih, mulus, Bro!" Pria tiga.

"Bikin kita nge-Hank dan jadi haus aja. Andai aja ntu perempuan deket, Ha ... ha ... ha ... !"
Pria ke sekian lagi.

"Kamvret! Lu, semua!! Ne, masih pagi!! Napa dah oleng? Dasar otak mesum semua, Lu ... pada!!" Pria satu.

"Jangan munafik, Lu, Bro!!!" ujar pria lain.

HAIZAL&ZOYA(SUDAH DINOVELKAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang