Suara langkah kaki bergema di gedung berdinding putih yang kecil tersebut. Bergema dari pintu masuk, hingga tangga menuju lantai dua. Suara langkah tersebut berhenti kembali ketika tulisan 'CEO' terpampang dengan jelasnya di sebuah pintu. Seorang gadis berjalan memasuki ruangan tersebut, mengikuti ayahnya yang berjalan didepannya. Suara seseorang menyapa telinga miliknya, hingga disapa kembali oleh ayahnya. Ia hanya menatap keduanya dalam diam.
"Halo selamat sore om" kata sang gadis sambil membungkuk kepada orang yang berada didepannya.
"Haii, sudah besar saja kamu, ayo silahkan duduk" kata orang yang dikenal sang gadis sebagai CEO ini. Sang gadis membuka mulutnya sebelum kedua orang tua ini kembali berbicara.
"Ayah, om, kalau bisa aku ingin lihat-lihat diluar saja bisa?" kata sang gadis.
"Ohh, tentu saja. Silahkan" kata CEO sambil tersenyum.
"Iyaa, daripada dia tertidur ya" kata ayah sang gadis, berhasil mengundang tawa CEO. Sang gadis membungkuk sekali lagi dan berjalan keluar dari ruangan tersebut.
Ia berjalan kembali, menuruni tangga yang tadi dilewati olehnya. Ia melihat kekiri dan kekanan sambil berjalan lurus. Menyusuri gedung tersebut dengan rasa penasarannya. Tiba-tiba suara yang begitu merdu berhasil membuat sang gadis diam ditempatnya. Suara yang begitu lembut dan menenangkan. Sang gadis kembali membalikkan badannya dan berjalan menuju sumber suara. Dengan langkah pelan, ia berusaha untuk tidak membuat suara dan menghancurkan momen yang dinikmatinya.
Terlihat sebuah ruangan dengan pintu yang sedikit terbuka, membuat sang gadis berhasil menebak sumber suara tersebut. Perlahan ia mengintip kedalam. Ruangan yang dibalut dengan kayu yang dipoles dengan kaca besar yang menempel disatu sisi ruangan. Sebuah ruangan latihan untuk trainee. Seorang lelaki sedang bernyanyi ditengah-tengah ruangan. Tangan kanannya diangkat seakan-akan sedang memegang microphone, dengan tangan kirinya yang ia taruh di perut. Entah untuk apa, sang gadis juga tidak tahu. Rambut hitam pekat agak panjangnya bergerak bersama gerak badannya.
Kata demi kata keluar dari mulut sang lelaki, bersama dengan melodi yang dilantunkan oleh dirinya. Sang gadis menatap sang lelaki dengan kaget, terkejut dengan suara sang lelaki yang begitu indah. Selama 15 tahun ia hidup dan terus mendengarkan musik dari berbagai negara, suara sang lelaki berhasil memikat sang gadis. Suara yang ia yakin akan menjadi candunya sampai ia meninggal.
Perlahan sang lelaki menutup nyanyiannya, menarik nafas dalam-dalam dan menatap bayangannya yang sedang menatapnya balik. Sang gadis masih terdiam. Perlahan ia mengangkat kedua tangannya dan tanpa ia sadari, ia mulai bertepuk tangan. Sang lelaki membalikkan badannya dengan terkejut, menatap sang gadis yang masih terjebak dalam dunia merdu yang diciptakan sang lelaki.
Tiba-tiba sang gadis tersadar ketika menemukan sepasang mata cokelat menatap mata hitam miliknya. Dengan buru-buru ia menatap tangannya yang masih terangkat keatas dengan kebingungan.
'Sial, kebiasaan nonton screening langsung apresiasi karya' Kutuk sang gadis dalam hati. Ia mengangkat kepalanya dan menatap sang lelaki dengan canggung.
"Suaramu sangat indah" kata sang gadis lalu tertawa, berusaha mengisi kekosongan yang begitu mencekik jiwanya.
"Em... terima kasih?" kata sang lelaki, masih menatap sang gadis dengan kebingungan.
"trainee?" tanya sang lelaki kembali. Dengan kaget, sang gadis menggelengkan kepalanya, menjawab pertanyaan yang tak disangkah akan didengar olehnya.
"Tidak-tidak, aku..hmmm" sang gadis terdiam kembali, bingung dengan perkenalan macam apa yang harus ia ucapkan. Menceritakan hubungan ayahnya dan CEO dari agensi ini terdengar tidak penting. Sang gadis tersenyum dengan lugu.
"Aku Haru. Kim Haru" katanya, memutuskan untuk mengucapkan namanya daripada menjelaskan posisinya di agensi ini yang nyatanya, begitu rumit. Sang lelaki hanya menatap Haru dengan bingung hingga senyum miliknya merekah dengan pelan.
"Jeongguk. Jeon Jeongguk" kata Jeongguk.
Diruangan sempit dengan bau keringat kerja keras setiap trainee, Haru dan Jeongguk yang masih muda bertemu dan saling bertukar tatapan. Pintu yang awalnya memisahkan keduanya terbuka, hingga membuat tali takdir mereka berlilitan. Kisah mereka pun dimulai.
/////
Halo para pembaca setiaku, bisa dibilang San (that's my pen name. karena 3.2425, so let's just take the number 3) jarang menulis author's note, jadi San akan lebih sering menulis A.N okaay.
This is the second book after stigma, projek dari SMA yang didedikasikan untuk fangorls squad.
SEE YOU NEXT CHAPTER!!
YOU ARE READING
begin. [Jeon Jungkook]
RomanceWings Series: Begin Sinopsis: Sang lelaki memulai perjalanannya mengejar impian miliknya dikota besar yang ia tidak kenali, melawan rasa takutnya sebagai seorang yang masih sangat muda. Sang gadis terus memandang punggung orang-orang didepannya. In...