Satu,

17 3 21
                                    

Cahaya siang menyinari Seoul dengan begitu teriknya. Membuat Jeongguk yang baru saja keluar dari minimarket mengangkat tangannya, menghalangi cahaya kasar yang menyakiti matanya. Kalah dari taruhan gunting-batu-kertas merupakan hal yang begitu biasa, tapi suhu seoul hari ini berhasil membuat Jeongguk kapok mengikuti taruhan tersebut. Ia menatap kantong plasitk yang ia pengang, 7 minuman dingin sedang bersantai didalam. Setidaknya ia berhasil mendapatkan minuman yang diminta hyungsnya.

"Iya pa, udah deket. Santai dikit napa"

Suara tersebut membuat Jeongguk mengangkat kepalanya dan menatap sang pemilik suara. Haru sedang berjalan dengan lemas. Topi yang ia gunakan seakan-akan tidak berguna, matanya tetap saja membentuk garis tipis, saking teriknya hari itu. Ia menurunkan handphonenya dari telinganya, menaruh handphoenya dalam kantong dan menatap kedepan.

Mata keduanya bertemu, lalu senyum canggung muncul di wajah mereka. Tanpa berkata apa-apa, memberi sapaan lewat gerak-gerik. Haru berjalan sedikit cepat, mendekati Jeongguk yang tidak bergerak dari tempatnya.

"Dari mana?" tanya Haru, mencoba membuka perbincangan.

"Minimarket" kata Jeongguk sambil mengangkat kantong plastik yang dipegangnya sedikit. Haru menatap kantong plastik tersebut dan kemudian mengangguk sambil membentuk huruf O dengan mulutnya.

"Mau balik ke ruang latihan?" tanya Haru sekali lagi. Jeongguk hanya mengangguk pelan.

"Ahh… kalau begitu ayo bareng." kata Haru lalu mulai kembali berjalan. Jeongguk hanya menatap punggung Haru lalu kemudian berjalan, mencoba menyamai langkahnya dengan milik Haru yang begitu pendek.

"Ada apa ke agensi?" tanya Jeongguk kembali, memecah keheningan.

"Ah, papaku meninggalkan sesuatu dirumah" kata Haru sambil mengangkat map cokelat yang ia pegang. "Sepertinya konsep untuk projeknya selanjutnya" kata Haru lalu menatap jalan kembali.

"Dan ia menyuruhmu?" kata Jeongguk. Haru mengangguk dengan lemas.

"Iya, tega sekali bukan, menyuruh putrinya berjalan hanya untuk membawa beberapa lembar ini ketika hari sedang sangat sangat saaaaaangat panas" kata Haru dengan nada yang sedikit berlebihan. Jeongguk tertawa kecil, menanggapi Haru. "Kenapa juga ia tidak memindahkan filenya menjadi softfile. Ada yang namanya teknologi" kata Haru kembali sambil menghembuskan nafas dengan berat. Tiba-tiba ia terdiam. Lalu menatap Jeongguk.

"Ah. Aku begitu cerewet ya" kata Haru lalu tersenyum dengan bersalah. Jeongguk hanya menatap Haru yang kembali canggung dengan ekspresi rileks miliknya.

"Tidak. Tidak apa-apa" kata Jeongguk kembali sambil menatap jalan.

Perlahan didepan mereka mulai terlihat bangunan agensi BigHit, seseorang sedang berdiri didepan bangunan. Orang tersebut melambaikan tangan kearah keduanya. Haru menatap orang tersebut dengan bingung, lalu melontarkan pandangan kepada Jeongguk. Jeongguk sedang tersenyum, sepertinya mengenali orang yang berdiri didepan mereka.

"Maknae ya, lama juga kau" kata lelaki tersebut. Ia menatap Haru yang berdiri disamping Jeongguk lalu tersenyum kearah Jeongguk.

"Maaf hyung" kata Jeongguk lalu tersenyum dengan rasa bersalah. Sang lelaki menatap Haru lagi lalu tersenyum kearahnya.

"Perkenalkan namaku Namjoon," Namjoon mengangkat tangannya didepan Haru. Haru membalas jabatan tangan Namjoon.

"Namaku Haru" kata Haru.

"yaudah, ayo masuk Jeongguk. Bagaimana denganmu Haru?" tanya Namjoon.

"Ah, aku mau ke ruangan lantai dua" kata Haru sambil menunjuk jendela lantai dua. Ketiga berjalan memasuki gedung agensi.

begin. [Jeon Jungkook]Where stories live. Discover now